Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Hewani

Hewan Peliharaan, Korban Pandemi yang Terlewatkan

Pradipto Bhagaskoro oleh Pradipto Bhagaskoro
20 Agustus 2021
A A
Hewan Peliharaan, Korban Pandemi yang Terlewatkan terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Setidaknya sejak awal tahun lalu, saya menyadari ada yang berubah di perumahan tempat saya tinggal. Ketika sedang ngopi sembari menikmati semilir angin sore di teras, saya menyaksikan ternyata jumlah kucing yang melintas di depan rumah saya lebih banyak dari biasanya.

Kucing-kucing ini, setelah saya amati berhari-hari setelahnya, bukanlah kucing jalanan biasa. Saya cukup hafal dengan kucing-kucing jalanan yang berkeliaran di sekitar rumah saya, dan kucing-kucing yang belakangan ini berbeda. Beberapa di antara mereka punya bulu lebat yang sebenarnya terlihat indah jika rutin dirawat dan dibersihkan. Jelas, mereka bukan kucing lokal.

Sebagai orang yang lumayan sering berbagi kelebihan dan sisa makanan kepada kucing-kucing jalanan, peningkatan jumlah ini sulit luput dari perhatian saya. Dari kalung yang melingkar di leher mereka, jelas bahwa kucing-kucing ini adalah hewan peliharaan seseorang. Tapi bulu mereka yang tampak dekil, perilakunya yang tampak liar, dan selalu berkeliaran hingga malam hari, membuktikan sebaliknya. Apa mungkin kucing-kucing ini lari dari pemiliknya?

***

Kira-kira sebulan lalu, saya mendapati seekor anjing tidur di depan pagar rumah saya. Kondisinya amat mengenaskan, kurus kering dan terlihat luka sobek di wajahnya, yang mungkin disebabkan oleh pertengkaran dengan anjing jalanan lainnya. Yang paling menyiksa dirinya adalah luka parah di bantalan kakinya, memaksa anjing ini untuk berjalan hanya dengan tiga kaki.

Dalam beberapa hari, ia berkeliaran di depan rumah saya dan selalu tidur di depan rumah. Agak dilematis bagi saya untuk menolongnya, karena selain kulitnya yang entah budukan atau terkena parasit lain, juga ada resiko tergigit jika ingin merawat luka-lukanya yang cukup parah.

Sejujurnya, saya tidak pernah berurusan dengan anjing sebelum ini. Apalagi masih kentalnya stigma dalam lingkungan agama, cukup menjauhkan saya dari segala urusan mengenai anjing. Namun, rasa tak tega mendesak saya untuk mendekati anjing penuh luka ini.

Dalam beberapa hari setelahnya, saya dan istri memberinya makan dan obat, juga membiarkannya tidur di teras rumah kami. Karena kondisinya tak kunjung membaik, akhirnya kami menghubungi rumah sakit hewan yang kemudian datang menjemputnya untuk dirawat. Syukur, ada tetangga yang bersedia membantu membiayai pengobatannya.

Baca Juga:

Kucing Tak Hanya Hewan Peliharaan, bagi Petani, Kucing Adalah Pahlawan

Pengalaman Saya Menjalani KKN Gaib, Sendirian Ngerjain Proker, Tau-tau Selesai

Belakangan saya ketahui, berdasarkan informasi para tetangga, bahwa anjing ini sebelumnya kami kenali sebagai Jiro (bukan nama sebenarnya), anjing kecil yang setiap sore dilepas pemiliknya untuk bermain-main di gang kami. Kondisinya yang begitu memprihatinkan membuat kami sulit mengenalinya.

Sebagai anjing peliharaan, Jiro tidak punya cukup kemampuan untuk hidup liar di jalanan. Konflik dengan anjing-anjing jalanan tentu sulit dihindari. Tubuhnya yang mungil jelas bukan tandingan anjing jalanan yang besar-besar itu. Hal ini pula yang menyebabkannya kesulitan memperoleh makanan.

Usut punya usut, ternyata Jiro sengaja dilepas oleh pemiliknya. Si pemilik, karena telah diberhentikan oleh hotel tempatnya bekerja beberapa bulan setelah pandemi berlangsung, tak sanggup lagi membiayai pakan dan perawatan anjingnya sehari-hari.

Ternyata, hal senada pula yang menyebabkan bertambah banyaknya populasi kucing jalanan di lingkungan kami. Kucing-kucing cantik yang belakangan berkeliaran di di gang kami itu dulunya merupakan hewan peliharaan milik beberapa warga di perumahan seberang. Menurut kesaksian satpam perumahan yang sempat berbincang dengan salah seorang pemiliknya, kucing-kucing ini bukannya lari dari rumah, melainkan memang dengan sengaja dibiarkan lepas oleh pemiliknya.

Alasannya kurang lebih sama. Sebagian pemilik kucing ini kehilangan pekerjaannya, sementara lainnya tak sanggup lagi merawat kucingnya karena karena usahanya sepi, sehingga nyaris tak ada pemasukan. Singkatnya, mereka mesti menentukan prioritas yang dirasa lebih patut diutamakan.

Saat pertama mengetahui kenyataan ini, ada rasa kesal dan dongkol kepada mereka yang menelantarkan hewan peliharaannya. Namun, setelah saya pikir berulang kali, perasaan saya justru semakin campur aduk.

Di satu sisi, tidak sepantasnya hewan peliharaan ditelantarkan begitu saja di jalanan. Mengadopsi hewan peliharaan idealnya merupakan komitmen untuk merawat dan memberi perhatian kepada makhluk yang kita putuskan menjadi teman bagi kehidupan kita. Intensitas komitmen ini mestinya nyaris setara—jika sulit dikatakan sama—dengan merawat anak sendiri.

Setidaknya begitulah orang-orang terdekat saya memperlakukan hewan peliharaan mereka. Kematian hewan peliharaan adalah peristiwa yang dianggap sama menyedihkannya dengan kematian anggota keluarga, yang kehadirannya selalu kita dambakan dengan penuh cinta dan perhatian.

Di sisi lain, situasi saat ini memang terlampau sulit. Para pemelihara hewan tadi pada akhirnya harus memilih antara memberi makan keluarga atau hewan peliharaannya. Dan pilihan seperti ini bukanlah perkara mudah. Betapa pun buruknya keputusan ini, sulit untuk tidak membayangkan bahwa mereka juga merasakan kesedihan mendalam ketika mesti melepas hewan peliharaan kesayangannya.

Mencari orang yang mau mengadopsi mestinya bisa jadi pilihan. Sayangnya, di masa serba susah dan tak jelas ini, tidak mudah untuk menemukan orang yang ingin mengadopsi hewan peliharaan. Jika akhirnya ada, tentu butuh waktu yang tak sedikit, padahal roda kehidupan mesti tetap berputar.

Ini semua semakin membuktikan bahwa kemampuan memiliki hewan peliharaan saat ini adalah sebuah kemewahan. Pandemi ternyata tidak hanya memakan korban manusia yang berinteraksi dalam pola-pola sosial-ekonomi, namun juga berimbas kepada hewan-hewan peliharaan yang telantar ini. Kasih sayang terhadap hewan peliharaan, pada titik tertentu, akhirnya mesti mengalah dengan kebutuhan para pemiliknya untuk bertahan hidup.

Bagi saya sendiri, memelihara hewan, apalagi di masa-masa seperti ini amat tidak memungkinkan. Ini bukan sekadar tentang komitmen finanial yang sulit saya penuhi, melainkan saya juga tidak punya cukup kelonggaran emosional jika suatu saat hewan peliharaan saya sakit atau bahkan mati dalam pengawasan saya. Sejauh ini, cukup bagi saya untuk memberikan sisa atau kelebihan makanan bagi kucing-kucing dan anjing-anjing jalanan ini, sebagai ekspresi solidaritas sesama makhluk yang sedang berjuang di kehidupan yang keras.

***

Kucing-kucing peliharaan yang telantar telah menambah populasi kucing jalanan di lingkungan tempat tinggal saya. Dan populasi yang telah membengkak ini sepertinya masih akan berlipat ganda, seiring berkawin-mawinnya mereka. Salah satunya bahkan melahirkan lima anaknya di kardus bekas yang saya sediakan di teras rumah. Syukurnya, nasib kelima anak kucing itu cukup mujur.

Tetangga sebelah, yang kebetulan sudah lama mendamba untuk memelihara kucing, meminta bayi-bayi kucing ini beserta induknya untuk dipelihara. Mereka adalah sepasang suami istri yang memang belum ingin punya keturunan, sehingga punya cukup kelonggaran finansial untuk memelihara bayi-bayi kucing ini. Dan berkat ketelatenan mereka, kelima kucing itu sekarang sudah tumbuh besar dan sehat.

Melihat kucing-kucing itu dipelihara dengan baik membuat hati saya lebih lega. Rumah sakit hewan juga baru saja mengabari kondisi Jiro yang semakin membaik. Ketika kabar-kabar duka belakangan lebih sering terdengar, sedikit berita baik—meskipun sederhana—menjadi amat penting untuk disyukuri.

BACA JUGA Panleukopenia: Mimpi Buruk Para Pemilik Kucing.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2021 oleh

Tags: anjinghewan peliharaanKucingpandemi
Pradipto Bhagaskoro

Pradipto Bhagaskoro

Penulis dan seniman bunyi-bunyian.

ArtikelTerkait

Dajjal pun Minder di Hadapan Fitnah Ambulans Kosong dan Campaign Anti Info Covid-19 terminal mojok.co sopir jenazah mobil jenazah

Dajjal pun Minder di Hadapan Fitnah Ambulans Kosong dan Campaign Anti Info Covid-19

17 Juli 2021
fitnah tenaga medis mojok

Menyebar Fitnah terhadap Tenaga Medis Adalah Cara Bahagia Orang-orang dengan Otak Sebesar Kacang Polong

24 Juli 2020
tetaplah bahagia meski hampir gila mojok

Tetaplah Bahagia, meski Hampir Gila

17 Juli 2021
Memahami bahwa Anjing Bukan Hewan Ternak Hanya karena Ada yang Makan Daging

Hanya Karena Ada yang Makan Daging Anjing, Bukan Berarti Anjing Adalah Hewan Ternak!

1 Juni 2021
4 Tips Buat Kalian yang Berencana Bikin Rumah di Masa Pandemi Terminal Mojok

4 Tips Buat Kalian yang Berencana Bikin Rumah di Masa Pandemi

4 Januari 2021
Ospek Marah-marah Nggak Jelas ke Mahasiswa Baru Itu Udah Nggak Zaman terminal mojok

Ospek Marah-marah Nggak Jelas ke Mahasiswa Baru Itu Udah Nggak Zaman

15 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.