Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Media Sosial

Grup WhatsApp Adalah Tempat Debat Kusir Paling Brutal Kedua Setelah Twitter

Dani Ismantoko oleh Dani Ismantoko
9 Oktober 2020
A A
Grup WhatsApp Keluarga Besar Adalah Kawah Candradimuka Sebelum Berdebat di Sosial  Media

Dilema Privasi dan Serb Salah Saat Memutuskan Keluar dari Grup WhatsApp terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sudah jamak diketahui pengguna medsos bahwa Twitter adalah medsos yang penggunanya paling barbar dalam urusan debat kusir. Tak hanya itu, banyak aku dengan isi konten yang begitu liar. Yang bahkan jika diceritakan banyak orang yang akan terperangah dan mengatakan, “kok ada yang kayak gitu sih?”

Oleh karena itu siapa pun yang memutuskan untuk menggunakan twitter harus berpikir berulang-ulang jika tidak ingin naik pitam saban hari. Yang jelas, sebusuk-busuknya masyarakat Facebook dan Instagram, tidak sebusuk masyarakat Twitter. Bahkan, sering lho masyarakat Facebook marah karena keributan yang terjadi Twitter. 

Di manakah di dunia maya, area yang kebrutalannya di bawah Twitter? Twitter tetap nomor satu dalam urusan debat kusir barbar, tidak bisa disaingi lagi. Facebookkah? Instagramkah? Menurut saya, bukan. Jawabannya WhatsApp, khususnya WhatsApp grup. Ya, grup WhatsApp adalah tempat kedua yang brutal dan menyebalkan setelah Twitter.

Sebelum kita ulas bagaimana sisi brutal dan menyebalkannya, kita bahas dulu perbedaan umum antara kedua platform itu. Begini.

Di Twitter banyak orang yang tidak saling mengenal satu sama lain. Sebab, jangkauannya lebih luas. Maka banyak yang ngemis “mutualan yuk” setelah bikin thread rame. Itu menandakan follow dan follback di Twitter diawali dari tidak kenal dan setelah kenal pun, mungkin tidak kenal dekat.

Jadi, jika satu pihak menghujat pihak lain, debat kusir sampai jungkir balik, ya wajar karena tidak kenal-kenal amat. Bebas-bebas aja. Tidak usah pakai hati banget.

Bisa dikatakan bahwa di Twitter jiwa pengecut penggunanya memang cukup mencolok. Ibaratnya, lempar batu sembunyi tangan. Sebab, banyak juga akun-akun alter dan anonim yang banyak cingcong dan hujat sana-sini.

Fakta tersebut dijadikan kesepakatan tidak tertulis tentang “cara main” Twitter. Yang jelas tidak boleh baper.

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Grup WhatsApp tentu saja lebih privat. Untuk bisa saling membaca status saja harus saling simpan nomor. Dan biasanya kalau tidak kenal-kenal amat sama si pemilik nomor, atau si pemilik nomor tidak penting-penting amat, tidak akan disimpan.

Normalnya, jika lebih privat dan saling kenal justru lebih bisa kondusif dong. Tapi, sayangnya tidak. Sebuah grup WhatsApp itu kondusif kalau anggotanya tidak begitu saling kenal. 

Kalau saling kenal, praktik debat kusir lebih mungkin terjadi. Yang dimaksud grup WhatsApp tidak kondusif bukan tentang bercanda atau broadcast tidak pentingnya. Tetapi, kesalahpahaman yang berujung pada debat kusir.

Misalnya, saya pernah mengalami masalah di lingkungan dusun saya dan berkaitan dengan perhubungan sosial. Logikanya, grup whatsapp warga dusun normalnya kan untuk kepentingan publik dan warga dusun. Pertama, jelas untuk berbagi informasi penting tentang dusun. Kedua, diskusi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan dusun.

Saya meminta solusi atas masalah tersebut di grup dusun. Anehnya, saya malah digas. Ngegasnya di luar konteks masalah. Lagian saya tahu betul, si orang yang ngegas adalah tipe yang cenderung kooperatif jika ada broadcast-an tidak penting bahkan cenderung mesum. 

Kalau ada hal-hal penting yang urgen untuk diselesaikan, tanggapan masyarakat grup WhatsApp bukan solusi, tetapi debat kusir. Sedangkan kalau ada broadcast-an tidak penting, walau membuat banyak pihak diam karena tidak suka, malah tidak ada yang berani ngegas.

Hal itu muncul karena beberapa hal. Banyak orang yang tidak paham apa itu grup WhatsApp. Grup whatsapp berisi orang-orang yang lebih dekat dan lebih kita kenal, ia juga sebuah tempat untuk berkomunikasi intensif. Bukan untuk broadcast informasi tidak penting dan menyampaikan guyonan klise. Beda kalau sejak awal tujuan dibuat grup memang untuk hal-hal receh semacam itu.

Kalau grup whatsapp saja bisa tidak efektif, ya ngapain bikin grup. Mending ikutan debat kusir di Twitter aja deh.

BACA JUGA Sulitnya Hidup Bertangga dengan Orang yang Tidak Paham Adab dan tulisan Dani Ismantoko lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Agustus 2021 oleh

Tags: berdebatMedia Sosial
Dani Ismantoko

Dani Ismantoko

Penulis yang kadang-kadang jadi guru MI

ArtikelTerkait

Society of Spectacle

Jadilah Society of Spectacle yang Baik dan Tidak Meresahkan

24 September 2019
TikTok, SnackVideo, dan Reels Instagram: Mana yang Lebih Cocok dengan Circle Kalian? terminal mojok.co

TikTok, SnackVideo, dan Reels Instagram: Mana yang Lebih Cocok dengan Circle Kalian?

22 Juli 2021
Kebahagiaan dan Merasa Eksis di Media Sosial Saat Mention Dibalas oleh Tokoh Idola

Kebahagiaan dan Merasa Eksis di Media Sosial Saat Mention Dibalas oleh Tokoh Idola

4 Desember 2019
Membedah Alasan Bapak-bapak Pakai Nama Kota di Akun Media Sosialnya terminal mojok.co

Membedah Alasan Bapak-bapak Pakai Nama Kota di Akun Media Sosialnya

11 Februari 2021
Dilema Lucu Content Creator: Cari Uang dari Mengajar Orang Menghasilkan Uang

Dilema Lucu Content Creator: Cari Uang dari Mengajar Orang Menghasilkan Uang

16 Juli 2024
facebook media sosial kenangan nostalgia fitur mojok

Memangnya Kenapa kalau Nggak Main Media Sosial?

13 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.