Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Gara-gara Pakai MacBook, Teman-teman Menganggap Saya Mapan dan Mau Meminjam Uang

M. Afiqul Adib oleh M. Afiqul Adib
17 Maret 2023
A A
Gara-gara Pakai MacBook, Teman-teman Menganggap Saya Mapan dan Mau Meminjam Uang

Gara-gara Pakai MacBook, Teman-teman Menganggap Saya Mapan dan Mau Meminjam Uang (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Padahal saya pakai MacBook buat kerjaan kan juga bukan karena uang saya turah-turah. Wong belinya seken, kok!

Standardisasi adalah budaya di negeri ini. Ada beragam standardisasi yang beredar di masyarakat, misalnya standar pintar ya jago matematika, standar cakep punya kulit putih, dll. Tapi yang paling lucu dan menyebalkan adalah standar sudah mapan itu ya pakai produk Apple.

Saya nggak paham dari mana asalnya standardisasi ini, tapi perlu saya akui produk-produk keluaran Apple memang cukup bergengsi di lingkungan sosial. Apalagi kalau di daerah pedesaan. Nggak peduli pakai produk Apple tipe apa pun, maka kamu sudah dianggap kaya. Bahkan kalau misalnya si A pakai Samsung S23 dan si B pakai iPhone 8, tentu saja si B akan dianggap lebih sejahtera ketimbang si A. Padahal harga Samsung S23 juga nggak main-main, lho.

Nggak cuma pengguna iPhone yang dianggap tajir, pengguna produk keluaran Apple lainnya, MacBook, juga mengalami demikian. Ketika saya pakai MacBook, beberapa orang mengatakan, “Cuma orang top nih yang bisa beli MacBook.” Sebagian lainnya bilang, “Pasti harganya mahal ya, Mas!”

Memang terkesan agak lebay, tapi begitu kenyataannya. Dugaan saya sih karena di desa tempat tinggal saya, pengguna MacBook bisa dihitung jari. Iya, saya jarang sekali menemukan tetangga yang pakai laptop keluaran Apple yang tipis dan presisi dengan ciri khas logo Apel kroak yang terlihat di bagian depannya ini. Kalau pengguna iPhone di desa saya sih sudah agak banyak.

Dianggap mapan itu beban

Saya pernah mengalami kejadian lain terkait MacBook ini. Waktu itu saya sedang mengajar dan membuka sesi pertanyaan. Alih-alih pertanyaan seputar materi, yang ditanyakan malah harga MacBook. Duh, bukannya gimana-gimana, tapi MacBook saya ini bekas, lho. Harganya nggak mahal-mahal amat untuk ukuran sebuah produk Apple.

Bahkan saya pernah membaca status WhatsApp teman saya. Isinya kurang lebih begini: syukur deh bisa beli laptop baru meski bukan produk Apple.

Maksud saya gini, standar capaian laptop bagus itu kan bukan MacBook, ya. Sebab, banyak MacBook bekas yang harganya 6 jutaan saja. Dan tentu saja ada banyak laptop bagus dan canggih yang harganya 20 jutaan meski bukan MacBook.

Baca Juga:

Bentuk iPhone 17 Jelek dan Kehilangan Kesan Mewah seperti Beli Android Kelas Menengah

5 Hal yang Perlu Kamu Tahu sebelum Membeli MacBook agar Tidak Menyesal seperti Saya

Akan tetapi kalau boleh jujur, secara performa, MacBook memang nyaman sekali dipakai. Saya hampir nggak menemukan sisi negatifnya selama menggunakan laptop ini. Tapi gara-gara standardisasi tadi, kadang saya jadi serba salah karena dianggap sudah mapan, banyak uang, dll.

Mungkin bagi sebagian orang, dianggap mapan itu menyenangkan. Tapi buat saya, dianggap mapan itu beban. Sebab, kondisi dompet saya sama sekali nggak gitu.

Gara-gara pakai MacBook, beberapa teman mencoba pinjam uang pada saya

Efek paling bahaya dari dianggap sudah mapan adalah beberapa teman saya mulai mencoba pinjam uang pada saya. Iya, pinjam uang, lho! Ya Allah, mana yang pinjam uang itu rata-rata teman-teman yang sudah lama banget nggak komunikasi sama saya. Sekalinya mereka nanyain kabar, eh malah mau ngutang.

Bukannya gimana-gimana ya, Gaes, tapi tolong lah, kayaknya kalian salah sasaran. Soalnya uang saya juga nggak turah-turah amat. Dan lebih nggak enaknya lagi karena saya nggak mau meminjamkan uang, saya dianggap sombong, pelit, dll.

Mungkin terkesan lebay, tapi coba bayangkan, Anda dianggap punya banyak sisi negatif hanya karena pakai MacBook. Iya, pakai Macbook bisa bikin kita dianggap jahat. Ngeri banget nggak, sih?

Kalau mau jawaban serius, mampu membeli barang-barang yang dianggap “mahal” oleh masyarakat seperti MacBook bukan satu-satunya indikator bahwa seseorang sudah mapan secara finansial. Lebih jauh lagi, dalam buku The Psychology of Money, dikatakan bahwa kekayaan adalah sesuatu yang belum dikeluarkan, bukan yang sudah dibelanjakan. Artinya, ketika ada orang yang sudah membeli produk “mahal”, maka kekayaannya sudah berkurang, bukan bertambah.

Jadi, tolong dong berhenti beranggapan kalau orang-orang yang mampu beli MacBook itu sudah mapan sehingga kalian bisa pinjam uang pada mereka. Itu asumsi yang keliru. Kecuali yang punya MacBook adalah anak dari Dirjen Pajak. Nah, kalau itu lain lagi, ya, Bestie.

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Niat Beli MacBook Pro 2020 biar Awet, Kenyataannya Bikin Kering Dompet.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Maret 2023 oleh

Tags: applemacbook
M. Afiqul Adib

M. Afiqul Adib

Penulis yang tinggal di Lamongan.

ArtikelTerkait

iPhone 11 masih worth it untuk 2023 (Unsplash)

iPhone 11 Bukan Tandingan Android Terbaru 2023

23 Mei 2023
3 Ekspektasi Ketinggian yang Dialami Pengguna Baru iPad

3 Ekspektasi Ketinggian yang Dialami Pengguna Baru iPad

28 Desember 2022
MacBook Pro 2012: Laptop Unibody yang Bisa Diutak-Atik Sesuka Hati

MacBook Pro 2012: Laptop Unibody yang Bisa Diutak-Atik Sesuka Hati

11 Februari 2022
Pakai iPhone 6s+di 2023, Masih Layak?

Pakai iPhone 6s+ di 2023, Masih Layak?

28 Maret 2023
Tahun 2024 Jadi Tahun yang Seru buat Pasar Smartphone: Banyak Brand yang Menggila, tapi Ada Juga yang Ngebadut

Tahun 2024 Jadi Tahun yang Seru buat Pasar Smartphone: Banyak Brand yang Menggila, tapi Ada Juga yang Ngebadut

4 Agustus 2024
kapan beli ponsel 5G mojok

Kapan Sebaiknya Membeli Ponsel 5G dan Merek Apa yang Dibeli?

22 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.