Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Film ‘Ayat-Ayat Cinta’ Bikin Saya Sempat Terobsesi Jadi Ke-Fahri-Fahrian

Aly Reza oleh Aly Reza
27 April 2021
A A
Film 'Ayat-Ayat Cinta' Bikin Saya Sempat Terobsesi Jadi Ke-Fahri-Fahrian terminal mojok.co

Film 'Ayat-Ayat Cinta' Bikin Saya Sempat Terobsesi Jadi Ke-Fahri-Fahrian terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Medio antara 2008 hingga 2010 bisa dibilang menjadi era keemasan bagi karir kepenulisan Habiburrahman El Shirazy. Di tahun-tahun tersebut, secara beruntun beberapa novel karyanya yang bergenre romance-religi itu diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar. Dan rata-rata meledak, loh. Sebut saja di antaranya, Ayat-Ayat Cinta (2008), Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2 (2009), dan Dalam Mihrab Cinta (2010).

Bagi saya pribadi, film Ayat-Ayat Cinta adalah film yang cukup memorable. Pasalnya, gegara film ini, nih, seenggak-enggaknya dulu banget saya sempat mencoba menjadi sosok lelaki yang saleh, pribadi yang religius, dan tentunya pintar urusan agama. Pokoknya, saya pengin jadi sosok lelaki yang ke-Fari-Fahrian gitu lah. 

Motif saya simpel saja, kalau saya sudah jadi sosok seideal Fahri, ah pastinya saya juga bakal jadi lelaki idaman, dooong. Saya direbutin banyak perempuan cantik dan salehah. Bahkan ditaksir sama anak kiai juga loh, tokoh kita ini. Motif yang saya kira, waktu itu, nggak mustahil-mustahil banget buat diwujudkan. Toh, saya juga nggak jelek-jelek amat. Ya, tipis-tipis lah sama Mas Fahri (Fedi Nuril). Jadi, kan, nantinya paket komplit gitu, sudahlah cakep, saleh pula. Uhuk! 

Ya bayangin saja, Rek, Fahri yang secara materiil pas-pasan, bisa jadi rebutan ughtea-ughtea, mulai dari Nurul (Melanie Putria Dewita Sari) yang seorang anak kiai; Noura (Zaskia Adya Mecca), tetangganya yang sering ia tolong dari siksaan ayahnya sendiri; hingga yang beda agama sekalipun ikut-ikutan naksir, Maria Girgis (Carissa Putri), seorang Kristen Koptik. Sebelum akhirnya dia resmi menikah dengan Aisha (Rianti Cartwright), sosok bercadar yang bermata indah. Ha wes mbuh, jan tenan og Mas Fahri iki. Itu semua karena satu, religius. Eh, cakep juga, nding.

Ayat-Ayat Cinta sendiri baru mulai saya tonton di tahun-tahun antara 2012-2013, pas saya masih duduk di bangku kelas dua MTs. Begitu juga sederet film Kang Abik lainnya—seperti Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2 dan Dalam Mihrab Cinta—yang baru saya tonton di tahun-tahun tersebut. Pasalnya, beberapa kali memang sempet tayang di salah satu stasiun televisi. 

Seingat saya, dulu Ayat-Ayat Cinta pernah tayang juga di waktu Ramadan. Saking maniaknya saya sama film ini, sampai-sampai waktu itu saya rela nggak berangkat tarawih ke masjid demi bisa nonton film ini dari awal hingga akhir, tanpa terlewat satu adegan pun. Pasalnya, waktu itu dia tayang sekitar pukul 19.30 WIB, sementara Tarawih di masjid desa saya selesainya pukul 19.40-an. Kalau saya Tarawih dulu, kan, mestinya kelewatan adegan awal, to. Eman!

Pola cerita dalam karya-karya Kang Abik yang difilmkan sih sebenarnya mirip-mirip. Di film Ketika Cinta Bertasbih 1 & 2 misalnya, menceritakan seorang mahasiswa asal Indonesia yang harus struggling semasa kuliah di Al-Azhar, Kairo. Karakternya pun mirip-mirip, antara Fahri bin Abdillah dalam Ayat-Ayat Cinta dengan Abdullah Khoirul Azzam di Ketika Cinta Bertasbih sama-sama merupakan pemuda yang cerdas dan berada di jalan yang lurus. Dan satu lagi, keduanya jadi idaman ukhti-ukhti. Namun, dibanding Azzam, menurut saya sosok Fahri lah yang paling ideal. Itulah kenapa waktu itu saya bener-bener punya obsesi tersendiri buat mengikuti jejak Mas Fahri. Semua-muanya mau saya ikuti, tanpa terkecuali. 

Dan nggak bisa dimungkiri, di masa-masa itu, film Ayat-Ayat Cinta, lebih khusus tokoh Fahri membuat hidup saya berubah 180 derajat lebih lurus dari sebelum-sebelumnya. 

Baca Juga:

Film Pangku Jadi Gerbang untuk Saya sebagai Laki-laki Memahami Isu Gender

Empire XXI Saya Nobatkan sebagai Bioskop Kesayangan di Jogja

Gara-gara Fahri nih, saya akhirnya memutuskan buat menyetujui permintaan ibu agar saya masuk pesantren. Padahal sebelumnya mati-matian saya menolaknya. Sebelumnya saya bersikukuh nggak mau masuk pesantren karena nggak siap hidup penuh aturan yang ketat, nggak siap bangun subuh tepat waktu, dan lebih-lebih nggak kebayang sama jadwal ngaji yang luar bisa padet.

Namun, kemudian karena inget kalau saya harus jadi sosok kayak Fahri, maka saya mantap dan ikhlas untuk menjalani itu semua. Lantaran saya pengin bisa bahasa Arab, pinter ngaji, menguasai ilmu agama, terus lulus SMA nanti bisa dapet beasiswa buat lanjut studi ke Al-Azhar. Saking obsesifnya saya sama Mesir, di beberapa kitab milik saya bahkan sampai saya tulisi, “Al-Azhar Mesir, I’m Coming”.

Lucunya, demi bisa terlihat sebagai lelaki seperti Fahri, saya sempet loh bener-bener menolak pacaran. “Apa itu pacaran? Islam hanya mengajarkan taaruf. Pacaran itu dosa karena merupakan perbuatan mendekati zina,” begitu jawaban saya tiap kali ditanya soal pacaran. Tentu dengan dalil klise Walaa taqrabu al-zina ituh. Sampai-sampai tiap kali lagi pas-pasan sama cewek di jalan, kadang saya milih buat nundukin kepala. Buat menjaga pandangan, hehuheuheu. Lebih-lebih kalau misalnya kebetulan pas-pasan sama cewek yang nggak berhijab, saya mesti bakal menunduk dalam-dalam sambil istighfar berulang-ulang. Sama yang berhijab pun kalau diajak ngobrol biasanya saya ngusahain nggak bertatap-tatap muka dalam waktu yang lama.

Agar hidup saya tetep stay di jalan yang lurus, semasa di pesantren dulu saya betul-betul menjaga pergaulan. Alih-alih manfaatin waktu luang buat nongkrong-nongkrong di warkop sambil sebats-sebats, saya lebih milih manfaatin senggang ngaji buat baca Al-Quran atau sesekali mendaras kitab-kitab. Masya-Allah tabarak-Allah pokoknya. Di samping buat ngamalin slogan, “Gunakan waktu luang untuk hal-hal bermanfaat” memang waktu itu saya juga berupaya menjaga diri dari perkara-perkara makruh dan syubhat. Itulah alasan saya menolak keras buat rokok, makruh, Bro! 

Di titik yang paling ekstrem, waktu itu saya tumbuh jadi sosok lelaki yang pro terhadap poligami. Saya juga masuk dalam barisan lelaki yang mengamini bahwa perempuan harus tunduk pada suaminya secara total, kalau nggak mau dilaknat sama Allah. Beberapa kali dalam diskusi mengenai poligami, saya pasti membantah siapa pun yang berani-beraninya menolak poligami. Hla wong jelas-jelas dibolehin Al-Quran dan dipraktikkan sama Nabi kok malah ditolak itu, loh. 

Itu belum seberapa. Sebagai fans Fahri garis keras, saya pernah bercita-cita suatu saat bisa menikah sama dua jenis wanita. Kalau nggak syar’i bercadar kayak Aisha, ya sama perempuan non-Muslim, lah. Tentu dengan niat yang warbiayasa adiluhung, apalagi kalau bukan buat men-syahadatkan si perempuan non-Muslim istri saya tersebut. Seperti Fahri yang akhirnya bisa membuat Maria Girgis memeluk Islam dari yang sebelumnya merupakan pemeluk Kristen Koptik. Coba, to, kurang Fahri gimana saya ini?

Namun, ya jalan hidup siapa yang tahu. Tirakat saya buat menjadi ke-Fahri-Fahrian ternyata cuma bertahan dua tahun. Habis itu, seiring dengan terjadinya banyak hal dalam hidup saya, saya akhirnya memutuskan untuk menjadi biasa-biasa saja. Apalagi setelah saya disadarkan oleh seorang teman kalau Fahri hanyalah tokoh fiktif, manusia ideal yang utopis. Dan ternyata saya mengamininya.

Saya sepakat kalau ternyata Kang Abik terlau hiperbolis dalam menggambarkan nuansa Mesir dan tiap tokoh yang dia ciptakan. Lain itu, jujur, jadi orang yang  lurus-lurus amat ternyata capek juga, Cuy! Wqwqwq. Mangkanya setelah itu saya milih, ah mending gini-gini aja, bisa nakal, bisa rokok, bisa pacaran. Jadi diri sendiri ternyata lebih asyik!

Sumber Gambar: YouTube MD Pictures

BACA JUGA Mengabadikan Nama Pengarang Novel ‘Ketika Cinta Bertasbih’ Menjadi Nama Anak Pertama Saya yang Lahir di Bulan Ramadan. #TakjilanTerminal05 dan tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Agustus 2021 oleh

Tags: ayat-ayat cintaFahriFilmKairo
Aly Reza

Aly Reza

Muchamad Aly Reza, kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Penulis lepas. Bisa disapa di IG: aly_reza16 atau Email: [email protected]

ArtikelTerkait

Pesan Moral dari Film Akhir Kisah Cinta Si Doel: Jangan Cari pasangan yang Terlalu Baik

Pesan Moral dari Film Akhir Kisah Cinta Si Doel: Jangan Cari pasangan yang Terlalu Baik

30 Januari 2020
20 Rekomendasi Film Action Terbaik Netflix Bulan November 2023

20 Rekomendasi Film Action Terbaik Netflix Bulan November 2023

16 November 2023
Perbedaan Nonton American Pie Saat Remaja dan Dewasa terminal mojok

Perbedaan Nonton ‘American Pie’ Saat Remaja dan Dewasa

13 April 2021
Saya Lebih Takut KPI Ketimbang Isu Kebangkitan PKI terminal mojok.co

Saya Lebih Takut KPI Ketimbang Isu Kebangkitan PKI

24 September 2021
Memboikot Film yang Diperankan Si Problematik Itu Nggak Adil

Memboikot Film yang Diperankan Si Problematik Itu Nggak Adil

15 Juni 2023
3 Rekomendasi Film Perang Korea Selatan yang Greget Abis

3 Rekomendasi Film Perang Korea Selatan yang Greget Abis

27 Februari 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.