Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Fenomena Sekolah Kekurangan Murid, Apa yang Salah dari Sistem Pendidikan Kita?

Erma Kumala Dewi oleh Erma Kumala Dewi
30 Juli 2022
A A
Fenomena Sekolah Kekurangan Murid, Apa yang Salah dari Sistem Pendidikan Kita Terminal Mojok

Fenomena Sekolah Kekurangan Murid, Apa yang Salah dari Sistem Pendidikan Kita (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada yang menarik dari tayangan Mojok Mentok edisi minggu lalu (20/7) yang dipandu Mas Agus Mulyadi. Bukan pembahasan tentang Citayam Fashion Week seperti thumbnail video, melainkan pembahasan sekolah kekurangan murid.

Informasi itu seketika mengingatkan saya pada obrolan dengan beberapa orang di rumah nun jauh di sana. Ternyata sambatan sekolah kekurangan murid itu bukan terjadi secara lokal di Malang atau Tulungagung saja. Bahkan ada daerah-daerah lain yang mengalami kondisi lebih parah. Itu masih di Pulau Jawa, lho, di luar Pulau Jawa yang jauh dari jangkauan media kondisinya pun nggak lebih baik.

Banyak yang percaya bahwa maraknya fenomena sekolah kekurangan murid itu adalah dampak turunnya angka kelahiran karena suksesnya program KB. Tapi, ada juga yang dibarengi kepercayaan pada teori konspirasi tingginya angka melahirkan lewat jalur operasi caesar di zaman modern sehingga ibu-ibu nggak bisa punya anak lebih dari dua. Namun menurut saya, turunnya angka kelahiran adalah hal yang patut dirayakan, bukannya dipermasalahkan mengingat jumlah penududuk Indonesia memang perlu dikendalikan.

Justru dinas pendidikan lah yang perlu menyesuaikan diri dengan fluktuasi angka kelahiran penduduk Indonesia. Keterdapatan sekolah perlu dipetakan ulang agar seimbang dengan jumlah penduduk di daerah. Sebab selama ini keterdapatan sekolah terutama jenjang SD di suatu kelurahan/desa sudah terlalu padat.

Sekolah peninggalan puluhan tahun lalu di mana jumlah penduduk saat itu memang sedang banyak-banyaknya sudah nggak relevan lagi untuk zaman sekarang. Pemetaan ulang ini menjadi kebutuhan mendesak yang perlu digarap sesegera mungkin mengingat beberapa tahun belakangan fenomena sekolah kekurangan murid masih terus berulang di setiap tahun ajaran baru.

Berbekal dari hasil pemetaan sebaran sekolah itu kemudian bisa ditentukan sekolah mana saja yang perlu ditutup karena sepi penduduk usia sekolah dan mana yang perlu dipertahankan. Pada akhirnya, menempuh perjalanan yang lebih jauh dari biasanya adalah konsekuensi yang harus diterima. Menurut saya, itu masih lebih baik daripada kegiatan belajar mengajar nggak berjalan dengan maksimal karena sekolah sepi pendaftar.

Bagaimanapun sekolah bukan cuma soal belajar dengan guru di kelas, melainkan juga belajar bersosialisasi dan bermain dengan teman-teman. Betapa kasihannya anak yang mendaftar di sekolah seorang diri, bukan? Benar kata Mas Agus Mulyadi, adik-adik ini nantinya nggak akan bisa merasakan serunya main bola voli atau permainan grup lainnya.

Masalah kekurangan murid karena padatnya jumlah sekolah ini masih diperburuk dengan invasi sekolah swasta. Zaman dulu, para orang tua berlomba-lomba memasukkan anaknya ke sekolah negeri karena prestisenya cukup tinggi. Namun, saat ini sekolah negeri bukan lagi menjadi satu-satunya unggulan di mata masyarakat. Banyak sekolah swasta baru yang menawarkan program-program menarik semacam menambah porsi pendidikan agama sehingga anak-anak bisa sekolah sekalian mengaji ala TPQ.

Baca Juga:

Menjamurnya Bimbel Bukan karena Pendidikan Kita Ampas, tapi karena Mengajar di Bimbel Memang Lebih Mudah

Selain Gaji Kecil, Inilah 4 Sisi Gelap Menjadi Guru Sekolah Swasta yang Jarang Terekspos

Menurut testimoni para orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah swasta (terutama jenjang SD) menyatakan bahwa sekolah swasta banyak mengimprovisasi diri dengan mengadaptasi sistem pendidikan negara maju. Ada yang menerapkan pembelajaran bilingual, hubungan guru dengan siswa yang lebih cair, proses pembelajaran dua arah yang nggak kaku, dan sebagainya. Bahkan banyak yang mengadakan makan siang ala kyushoku di Jepang untuk menanamkan doktrin pola diet sehat kepada anak.

Lagi pula sekolah swasta lebih fleksibel ketimbang sekolah negeri yang terikat aturan zonasi. Setidaknya sekolah swasta nggak pilih-pilih murid selagi mereka mampu membayar. Walaupun biaya yang dikeluarkan lebih mahal, nyatanya banyak orang tua yang nggak keberatan karena merasa kualitas yang didapatkan sebanding dengan harga yang dibayarkan, bahkan jauh lebih layak.

Saya jadi ingat cerita tante saya. Dulu di kampung halaman ibu saya, ada sebuah sekolah swasta berbasis pendidikan islam yang selalu kekurangan murid. Sekolah ini sudah berdiri belasan bahkan mungkin puluhan tahun lamanya. Bahkan sering terdengar rumor bahwa sekolah tersebut akan ditutup. Tapi, sang pemilik yayasan dan para staf pengajarnya tak henti-hentinya melakukan manuver beberapa tahun belakangan yang terbukti ampuh menyelamatkan sekolah dari penutupan.

Para pengajar nggak henti-hentinya mempromosikan sekolahnya di berbagai forum ibu-ibu. Strategi itu terbukti manjur, banyak ibu muda—termasuk tante saya—yang tergiur memasukkan anaknya ke sekolah itu karena merasa sudah mendapat paket lengkap pendidikan formal dan agama yang nggak sekadarnya.

Saat ini kondisi berbalik, sekolah negeri jadi kekurangan murid karena para orang tua berbondong-bondong menyekolahkan anaknya di sekolah swasta tersebut. Bukan berarti saya menghendaki kewajiban sekolah berbasis agama tertentu. Poin yang saya sorot adalah upaya keras sekolah swasta untuk berinovasi dengan mengadaptasi hal-hal baik dari pendidikan di negara maju di samping tetap memenuhi tuntutan kurikulum Kemendikbud sebagai pakem. Hasilnya pun bisa dibilang memuaskan.

Sungguh suatu upaya berliku yang hanya akan guru-guru sekolah swasta rasakan. Sekolah negeri sering kali merasa di atas angin karena segalanya terjamin pemerintah. Sayangnya, peraturan yang diterapkan pemerintah melalui Kemendikbud sering kali terkesan kaku dan ketinggalan zaman. Pemerataan kualitas sumber daya pengajar dan fasilitas penunjang KBM bahkan menjadi masalah tersendiri yang menuai kritik atas pemberlakuan sistem zonasi. Nggak heran jika orang tua rela merogoh kocek lebih dalam demi pendidikan yang terbaik dan lebih pasti untuk anaknya. Lha, buat anak kok coba-coba?

Naiknya popularitas sekolah swasta seyogianya bisa menjadi peringatan bagi institusi pendidikan plat merah bahwa sistem yang mereka terapkan sedang nggak baik-baik saja. Nggak perlu angkuh mempertahankan sistem kuno yang sudah berumur puluhan tahun lamanya dengan dalih menjaga tradisi. Akui saja jika memang kita sedang malas berinovasi.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA PPDB SMA/SMK Ditutup, Sekolah Pinggiran di DIY Kekurangan Murid.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Juli 2022 oleh

Tags: kekurangan muridKemendikbudSekolahsekolah negerisekolah swasta
Erma Kumala Dewi

Erma Kumala Dewi

Penggemar berat film kartun walaupun sudah berumur. Suka kulineran dan kekunoan.

ArtikelTerkait

Beberapa Kegiatan Aneh yang Dilakukan Siswa di Perpustakan Sekolah

Beberapa Kegiatan Aneh yang Dilakukan Siswa di Perpustakaan Sekolah

30 April 2020
Toyota Sienta, Mobil yang Nggak Cocok untuk Antar Anak ke Sekolah

Toyota Sienta, Mobil yang Nggak Cocok untuk Antar Anak ke Sekolah

23 April 2022
Guru BK tukang hukum

Derita Guru BK: Dianggap Tukang Hukum dan Paling Ember Satu Sekolah

30 Oktober 2021
Perbedaan Gaya Menyontek dari Generasi Ibu, Kakak, dan Saya Sendiri terminal mojok.co

Kenapa Sekolah Selalu Jadi Lebih Bagus pas Saya Sudah Lulus? Hah???

15 Mei 2020
Wakasek Kesiswaan, Jabatan di Sekolah yang Paling Nggak Enak

Wakasek Kesiswaan, Jabatan di Sekolah yang Paling Nggak Enak

10 Januari 2023
Membeli Sepatu Itu Nggak Selalu Mudah, Sering Rumitnya

Membeli Sepatu Itu Nggak Selalu Mudah, Sering Rumitnya

23 November 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.