Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Diimbau Jangan Mudik Tapi Boleh Mudik Itu Maksudnya Gimana, sih?

M. Farid Hermawan oleh M. Farid Hermawan
3 April 2020
A A
diimbau jangan mudik

Diimbau Jangan Mudik Tapi Boleh Mudik Itu Maksudnya Gimana, sih?

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai masyarakat yang saat ini aktif melakukan swakarantina di rumah. Hampir setiap hari selalu terbersit di pikiran saya pertanyaan terkait kapan virus corona di Indonesia mereda. Pertanyaan itu seolah-olah belum ada jawabannya ketika setiap sore laporan yang disampaikan Pak Achmad Yurianto selalu menyoal adanya penambahan mereka yang positif dan meninggal.

Ketika saya menengok sudah sejauh mana tindakan yang dilakukan pemerintah, khususnya pemerintah pusat terkait langkah apa yang dilakukan guna mencegah penambahan korban terpapar virus. Saya seringkali dibikin mengernyitkan dahi. Mulai dari pemilihan istilah antara karantina wilayah atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang bikin masyarakat garuk kepala. Sampai yang terbaru adalah adanya imbauan pemerintah agar masyarakat tidak mudik tapi masih memperbolehkan masyarakat untuk mudik. Lah, ini gimana maksudnya?

Bukannya saya menutup mata dengan tindakan pemerintah pusat yang menggelontorkan dana sebanyak 405 T agak lebih itu. Saya akui itu adalah langkah yang baik. Namun penggelontoran dana besar-besaran saja tidak akan cukup jika tidak ada kebijakan tegas terkait larangan jaga jarak dan pendisiplinan masyarakat agar tidak berkerumun.

Memang banyak faktor yang saya yakin menjadi pertimbangan ketika pemerintah pusat tidak memilih tindakan karantina wilayah alih-alih memilih pembatasan sosial berskala besar. Namun ketika membaca berita yang disajikan oleh TIrto yang berjudul “Jokowi Tak Larang Mudik Lebaran, Pemda Diminta Siapkan Protokol ODP.” Di dalam berita tersebut nampak keputusan pemerintah cukup unik. Pemerintah memperbolehkan masyarakat untuk mudik, tapi pemerintah juga akan melakukan kampanye besar-besaran untuk masyarakat diimbau jangan mudik.

Ini seperti seseorang yang sedang menggali tanah di tengah orang-orang yang sedang menimbun tanah. Diimbau jangan mudik tapi boleh mudik malah bikin orang jadi lebih berani untuk berbondong-bondong mudik sebelum pada akhirnya mudik benar-benar dilarang.

Ketika beberapa daerah sudah ancang-ancang untuk mencoba membatasi keluar masuk orang dari dan luar daerahnya. Kebijakan pemerintah pusat yang memperbolehkan mudik ini jadi sesuatu yang cukup berisiko melihat situasi Indonesia yang sejauh ini masih tidak ada tanda-tanda membaik.

Dengan memberikan status ODP bagi mereka yang mudik pun pada akhirnya tidak akan membuat langkah pencegahan efektif. Justru hal tersebut seperti sebuah langkah mundur terkait penerapan tindakan pencegahan. Bukannya dicegah untuk tidak ke mana-mana, lah kok ini malah dibolehkan pindah dari satu lokasi ke lokasi yang baru?

Saya merasa bingung, apakah pemerintah sudah benar-benar menerapkan arti kata mencegah? Mencegah agar semuanya tidak semakin memburuk. Mencegah berbagai kemungkinan yang membuat penyebaran virus corona di Indonesia tidak semakin meluas. Seharusnya pemerintah benar-benar mendalami makna kata mencegah.

Baca Juga:

Derita Merantau ke Luar Pulau Jawa: Gaji Lumayan, tapi Tetap Miskin karena Ongkos Mudik Nggak Masuk Akal

Stop Generalisasi Plat B yang Menyebalkan di Jalan Itu Pasti Orang Jakarta

Sejauh ini langkah mencegah masih terbilang sangat longgar. Rata-rata hanya berupa imbauan saja. Pemerintah seharusnya sadar bahwa kondisi yang terjadi di Indonesia terkait virus corona ini harus dihadapi dengan langkah tegas dan tidak bertele-tele. Karena di situasi saat ini, seharusnya pemerintah lebih sayang nyawa masyarakatnya alih-alih bersikap inkonsisten yang ujung-ujungnya bikin bingung masyarakat.

Diimbau jangan mudik tapi tetap boleh mudik menjadi salah satu dari beberapa langkah pencegahan terhadap virus corona oleh pemerintah pusat yang justru bikin saya bingung. Saya pikir, apa salahnya sih jika pemerintah dengan tegas melarang mudik. Toh, itu fungsinya untuk kemaslahatan kita semua.

Katakan saja kepada masyarakat yang sejujurnya. Bahwa mudik memang benar-benar harus dilarang. Katakan saja bahwa saat ini kita semua benar-benar harus menerapkan physical distancing secara nyata. Katakan saja bahwa larangan tidak mudik adalah cara terbaik untuk mencegah meluasnya penyebaran virus corona. Tidak ada yang salah dengan bersikap tegas dengan bahasa yang lugas. Katakan saja mudik dilarang, saya yakin semua orang pasti juga akan mafhum karena melihat situasi dan kondisi saat ini.

Di tengah situasi menghadapi musuh yang tidak terlihat saat ini. Memang banyak faktor yang harus benar-benar didisiplinkan. Sudahnya kita dianjurkan untuk jaga jarak, tidak keluar rumah, dan rajin cuci tangan. Tapi tetap saja ada oknum yang tidak mengindahkan hal tersebut. Dan jika yang keluar dari mulut hanya diimbau, dianjurkan, dan diimbau. Tapi tetap memperbolehkan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan.

Anjuran yang hampir setiap hari disampaikan Pak Achmad Yurianto pada akhirnya hanya sekadar anjuran yang layaknya angin lalu.

Ketika banyak negara sudah mempertontonkan langkah-langkah mereka dalam usaha untuk mencegah penyebaran virus corona di daerahnya masing-masing. Seharusnya pemerintah Indonesia tidak kehabisan referensi guna bertindak lebih tegas dan disiplin demi kebaikan dan kesehatan masyarakatnya.

Langkah pencegahan yang berdasarkan budaya dan kebiasaan orang Indonesia juga sebaiknya tidak diadopsi seratus persen. Masa kebiasaan santuy jadi salah satu langkah pencegahan? Coba tengok Filipina, Pak Duterte sudah menerapkan sistem tembak mati bagi mereka yang melanggar peraturan lockdown. Di Indonesia? Mudik aja masih boleh~

BACA JUGA Arus Pulang Kampung di Tengah Covid-19: Mereka Bukan Pemudik, Mereka Pengungsi atau tulisan M. Farid Hermawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2021 oleh

Tags: imbauan jangan mudikkebijakan pemerintahMudikvirus corona
M. Farid Hermawan

M. Farid Hermawan

Manusia

ArtikelTerkait

naik krl

Berjibaku Naik KRL di Bawah Bayang-Bayang Virus Corona

13 Maret 2020
Sleeper Bus_ Transportasi Roda Karet Paling Nyaman_ terminal mojok PO Bus mudik

Rekomendasi PO Bus untuk Mudik dari Jakarta ke Daerah Pantura  

16 April 2023
Alangkah Baiknya Tiga Kementerian Ini Dibubarkan Saja terminal mojok.co

Alangkah Baiknya Tiga Kementerian Ini Dibubarkan Saja

22 Desember 2020
5 Peralatan Rumah Tangga yang Nggak Saya Sangka Dijual Alfamart

5 Barang yang Pemudik Wajib Beli Saat Mampir Alfamart  

25 Maret 2025
Saya Setuju Tunjangan PNS Kembali dalam Bentuk Beras, Asal 6 Syarat Ini Dipenuhi Terminal Mojok

Saya Setuju Tunjangan PNS Kembali dalam Bentuk Beras, asalkan 6 Syarat Ini Dipenuhi

6 Februari 2023
Lockdown Mandiri di Desa Bikin Sadar kalau Cuma Ketua RT yang Bisa Nyelametin Kita

Lockdown Mandiri di Desa Bikin Sadar kalau Cuma Ketua RT yang Bisa Nyelametin Kita

30 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.