Desa Kedung Wedus Kabupaten Tegal: Dulu Dikenal sebagai Sarangnya Maling, Menggandeng TNI sebagai Solusi

Desa Kedung Wedus Kabupaten Tegal: Dulu Dikenal sebagai Sarangnya Maling, Menggandeng TNI sebagai Solusi

Desa Kedung Wedus Kabupaten Tegal: Dulu Dikenal sebagai Sarangnya Maling, Menggandeng TNI sebagai Solusi (unsplash.com)

Dulu, Desa Kedung Wedus Tegal terkenal sebagai sarangnya maling, lho.

Ada yang unik di Google Maps beberapa hari yang lalu. Sejumlah titik di wilayah Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tiba-tiba ditandai dengan nama yang tak lazim. Nama yang dimaksud yaitu “Kampung Maling” hingga “Desa Penadah”. Namun, tak ada asap jika tak ada api. Kita sama-sama tahu apa yang melatarbelakangi penamaan tak lazim tersebut, yakni peristiwa pengeroyokan yang berujung pada kematian seorang penyedia jasa rental mobil asal Jakarta.

Melihat bagaimana Sukolilo Pati dicap sebagai kampungnya maling, saya tiba-tiba teringat dengan salah satu wilayah yang ada di Kabupaten Tegal. Kebetulan wilayah ini dekat dengan tempat tinggal saya. Namanya Desa Kedung Wedus. Desa ini juga dikenal warga sebagai sarangnya maling.

Sekilas tentang Desa Kedung Wedus Kabupaten Tegal

Desa Kedung Wedus masuk ke dalam wilayah Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalisapu Kecamatan Slawi, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Jatibarang, sebelah selatan dengan Kecamatan Lebaksiu dan sebelah utara dengan Kecamatan Adiwerna.

Meskipun masuk ke dalam wilayah Kecamatan Dukuhwaru, kalian tidak akan menemukan nama Desa Kedung Wedus sebagai nama desa yang ada di Kecamatan Dukuhwaru. Memang secara administratif, hanya ada 10 desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Dukuhwaru. Kesepuluh desa tersebut adalah Blubuk, Bulakpacing, Dukuhwaru, Gumayun, Kabunan, Kalisoka, Pedagangan, Selapura, Sindang, serta Slarang Lor. Tak ada Kedung Wedus.

Hal itu terjadi karena Desa Kedung Wedus tidak memiliki tiga unsur desa yang terdiri atas wilayah, penduduk, dan pemerintahan sebagai satu kesatuan hidup. Walau begitu, bagi warga sekitar, keberadaan Desa Kedung Wedus Tegal ini cukup populer. Sayangnya, dia populer bukan karena keindahan atau prestasinya, melainkan karena perilaku warganya.

Baca halaman selanjutnya: Terkenal sebagai desa maling…

Terkenal sebagai desa maling

Sama seperti Sukolilo Pati yang disebut-sebut sebagai kampungnya maling, Desa Kedung Wedus juga dikenal sebagai sarangnya maling. Saking terkenalnya Desa Kedung Wedus Kabupaten Tegal sebagai sarang maling, perumahan yang dibangun berbatasan dengan desa tersebut sampai tidak dilirik oleh pembeli. Rata-rata, mereka merasa takut untuk beli rumah di sana. Apalagi di tahun 90-an penerangan jalan di daerah sekitar belum seperti saat ini.

Orang yang telanjur membeli rumah di sana pun merasa menyesal. Banyak sekali pemilik rumah yang mengeluhkan hilangnya properti milik mereka. Ya bahan bangunan, ya pompa air, dll. Bahkan, kusen dan gagang pintu di rumah yang sedang dalam tahap proses pembangunan juga bisa raib. Kasus pencurian ini tidak hanya terjadi di perumahan saja, tapi juga menyasar ke daerah lain di sekitaran Desa Kedung Wedus.

Menggandeng TNI sebagai solusi

Untuk mencegah terjadinya pencurian yang kerap menimpa warga di perumahan, serta demi unitnya cepat terjual, developer kemudian mengambil keputusan untuk bekerjasama dengan aparat TNI. Caranya dengan memberikan harga khusus untuk aparat.

Gayung pun bersambut. Banyak aparat TNI, terutama Angkatan Laut dan Angkatan Darat yang mengambil rumah di sana. Perumahan yang diberi nama Perumahan Mawar Putih itu seketika laku. Bahkan, perumahan tersebut menjelma seperti asrama TNI saking banyaknya aparat yang bermukim di sana.

Jika diibaratkan, Perumahan Mawar Putih yang berbatasan langsung dengan Desa Kedung Wedus Tegal ini layaknya pagar yang membatasi ruang gerak para pencuri. Alhasil, kasus-kasus pencurian yang semula marak di wilayah setempat jadi berkurang.

Susahnya menghilangkan stereotipe sarang maling

Meski kasus pencurian berkurang, label sarang maling masih susah dilepaskan dari Desa Kedung Wedus Tegal. Ada semacam trauma dalam benak masyarakat. Contohnya yang terjadi dengan kawan saya.

Ceritanya, teman saya membeli tanah di Desa Kedung Wedus. Tanahnya sangat luas hingga cukup untuk dibuat rumah mewah. Namun alih-alih mendirikan bangunan di sana, kawan saya memilih untuk menjadikan lahan tersebut sebagai tempat untuk bercocok tanam. Dia juga membangun pagar keliling yang tingginya seperti harapan orang tua. Alias, tinggi banget. Rupanya hati kawan saya masih waswas. Dia khawatir kalau-kalau terjadi pencurian, mengingat lahan tersebut terletak di Desa Kedung Wedus.

Ada pula baru-baru ini, kasus pencurian televisi di salah satu rumah yang lama ditinggal pemiliknya. Kebetulan rumah tersebut ada di Desa Kedung Wedus Tegal paling pinggir. Mau tak mau, banyak orang yang mengaitkan peristiwa tersebut dengan cerita kelam masa lalu warga Desa Kedung Wedus yang terkenal sebagai sarangnya maling.

Salah satu murid saya juga pernah mengalami kemalingan. Helm yang dia letakkan di atas motor hilang. Kalian tahu motornya diparkir di mana? Di depan rumah saya yang jaraknya hanya sekitar 5 meter dari Desa Kedung Wedus!

Banyak orang baik di Desa Kedung Wedus Tegal

Cerita kawan saya yang membangun pagar tinggi di sekeliling lahan miliknya saya yakini sebagai upaya preventif semata. Dua kasus pencurian yang saya ceritakan di atas pun sangat mungkin tidak ada sangkut pautnya dengan warga Desa Kedung Wedus. Toh yang namanya aksi pencurian, bisa dilakukan oleh siapa saja. Hanya saja, kebetulan dua peristiwa itu terjadi di dekat desa yang dulu dikenal dengan sarang maling.

Sebagai warga yang tinggal dekat dengan Desa Kedung Wedus Tegal, saya berani pastikan bahwa desa ini jauh dari kata seram. Banyak kok orang baik yang tinggal di sana. Kasihan jika mereka harus jadi tersangka tiap kali ada kasus pencurian yang terjadi.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jalan Pancasila Kota Tegal Nggak Seindah Gambaran di Instagram.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version