Membaca tulisan Mas Zubairi tentang Desa Rajun Sumenep memantik saya untuk menulis artikel ini. Katanya, desa tersebut adalah desa ternyaman di Kabupaten Sumenep. Untungnya hanya di Sumenep, sebab jika dibandingkan dengan Desa Jangkar yang berlokasi di Bangkalan Madura, tak ada yang lebih nyaman dari desa ini. Jangankan desa lain di Madura, dibandingkan dengan Kampung Durian Runtuh dalam serial Upin Ipin saja, Desa Jangkar ini jauh lebih nyaman.
Yah, meskipun desa ini terkenal cukup angker, bukan berarti kehidupan di sini tidak nyaman. Bahkan kalau kalian bertanya pada saya, apa yang bisa disyukuri dengan menjadi warga Bangkalan Madura, maka jawaban satu-satunya adalah lahir dan menetap di Desa Jangkar. Alasannya bukan karena KTP saya terdata di desa ini, tapi desa ini memang benar-benar sangat unik.
Di Madura, kalian tidak bakal menemukan desa senyaman Desa Jangkar. Bahkan banyak orang yang ingin mengunjungi desa ini karena desa ini menyimpan banyak hal menarik yang tak mungkin bisa ditemukan di desa lain.
Tanahnya subur mengalahkan Kampung Durian Runtuh Upin Ipin
Umumnya, tema basa-basi sesama orang Madura adalah menanyakan sedang musim apa di wilayah kita. Tapi jika pertanyaan tersebut dilontarkan kepada orang yang berasal dari Desa Jangkar Bangkalan Madura, itu bukanlah basa-basi. Mereka benar-benar ingin tahu sedang musim buah apa di desa ini. Sebab desa ini memang sangat terkenal dengan kesuburan tanahnya. Berbeda dengan desa-desa lainnya yang tidak begitu subur.
Menurut saya, Kampung Durian Runtuh saja kalah, lho. Tak ada bibit tumbuhan yang ditolak di Desa Jangkar. Semua pasti tumbuh jika ditanam di sini.
Beberapa tumbuhan yang mudah ditemukan di Desa Jangkar Bangkalan Madura namun sulit ditemukan di desa lainnya adalah rambutan dan durian. Bahkan rata-rata warga desa saya memiliki pohon buah ini. Sehingga kalau lagi musim, orang di desa lebih sering menjualnya lantaran panennya sangat melimpah. Sedangkan di desa lainnya, tanaman ini tak bisa tumbuh. Entah mengapa.
Nah, kalau sudah musim buah seperti ini, teman-teman saya banyak yang main ke rumah. Agenda utama mereka ya mencari buah yang sedang musim. Tapi tak semua orang saya ajak ke rumah, apalagi kalau sedang musim durian. Untuk durian, saya lebih sering menjawab, “Tidak punya pohonnya!” Hehehe. Bukan karena saya pelit ya, tapi kalau dijual bisa jadi uang, Gaes. Lebih untung!
Baca halaman selanjutnya: Desa ini juga dikenal sebagai pusat usaha konvensi…