Kerja part time ternyata mengerikan
Yang paling menyebalkan adalah bahwa pekerjaan ini tidak sesuai dengan minat dan bakatku. Aku yang lebih nyaman bermain dengan kata-kata dan pikiran, malah harus menghabiskan waktu di tempat yang penuh dengan karung beku dan suhu dingin. Itu bukanlah pekerjaan impian yang kubayangkan ketika mencari kerja part time.
Aku mulai bertanya-tanya, apa gunanya mengejar uang tambahan jika harus merelakan kenyamanan dan kebahagiaan? Bagaimana mungkin aku bisa tetap santai dan menikmati hidup sebagai mahasiswa tukang rebahan jika setiap hari harus bertarung dengan es beku dan boks berat yang harus diangkat?
Akhirnya, aku membuat keputusan. Aku tidak akan melanjutkan kerja part time di tempat itu lagi. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak pernah melangkahkan kaki ke gudang pabrik frozen food itu sekali pun. Meskipun hanya bekerja sehari di sana, pengalaman itu menyisakan bekas yang cukup dalam.
Namun, badan pegal-pegal yang aku rasakan masih terus mengingatkanku akan pengalaman pahit itu. Setiap kali melangkah, setiap kali berusaha bangun dari tempat tidur, tubuhku mengingatkan bahwa pekerjaan harian bisa meninggalkan dampak yang cukup serius.
Tetap ada hikmahnya
Meskipun kapok dan bersumpah tidak akan mengambil pekerjaan serupa lagi, aku akhirnya menyadari bahwa setiap pengalaman memiliki hikmahnya masing-masing. Pekerjaan di gudang itu mungkin tidak sesuai dengan keinginan dan ekspektasiku sebagai mahasiswa yang sedang mencari kerja. Tapi di balik itu semua, aku belajar tentang ketahanan diri dan keteguhan hati. Meski badanku masih terasa pegal-pegal, setidaknya aku bisa melihat sisi positif dari pengalaman itu: aku lebih menghargai waktu luang dan kebahagiaanku sekarang.
Dan meski aku putuskan untuk tidak mengambil part time di tempat itu lagi, setidaknya pengalaman itu telah membuka mataku tentang realitas pekerjaan di dunia nyata.
Penulis: Irfan Nurkholis
Editor: Rizky Prasetya