Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Cinderella Complex: Sindrom yang Muncul dari Salah Pola Asuh

Aileen Zahran oleh Aileen Zahran
2 Juli 2021
A A
cinderella complex mojok

cinderella complex mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Di zaman yang sudah serba modern ini, kayanya cukup mudah ya untuk kita berbicara mengenai mental health. Kaum muda sekarang cukup aware sama banyak isu sosial. Eitsss, walau kedengarannya keren, tapi nggak serta merta generasi ini cukup pandai menyadari betapa seksisnya struktur masyarakat kita. Masih banyak pengaruh—eksternal atau internal—yang bikin kita masih kelihatan “kolot”. Kok bisa gitu?

Dari sekian banyak isu mental health, yang satu ini paling menarik perhatian saya: Cinderella Complex. Buat sebagian orang, istilah ini nggak asing karena isu ini udah lumayan sering dibahas di berbagai media. Yang belum pernah dengar? Ingat aja gimana mirisnya dongeng Cinderella. Pada kenyataannya, si “gaun biru” itu yang ngasih inspirasi ke Colette Dowing untuk menciptakan istilah ini.

Dowing, dalam bukunya yang berjudul The Cinderella Complex: Women’s Hidden Fear of Independence menulis kekhawatirannya tentang perempuan-perempuan mandiri. Didasari pada dongeng Cinderella, sindrom ini digambarkan sebagai keadaan yang dialami seorang perempuan cantik, anggun, sopan, penurut, pekerja keras, mandiri, dan sepadan dengan para perempuan dalam masyarakat, namun ia tidak dapat mengubah keadaannya dengan tindakannya sendiri dan harus minta tolong kepada orang lain, biasanya laki-laki. Di beberapa artikel populer, Cinderella Complex disebut sebagai sebuah keinginan di bawah ketidaksadaran untuk diurus oleh orang lain atau keadaan yang dialami seorang perempuan di mana ia sangat ingin dilindungi dan membutuhkan seorang pria sebagai tameng dalam kehidupannya.

Mengutip Halodoc, sindrom Cinderella Complex sebenarnya belum diteliti secara mendalam, karena berupa istilah populer saja. Cinderella Complex belum bisa dijadikan sebagai sebuah gangguan secara psikologis. Namun, sindrom ini cukup erat kaitannya dengan gangguan psikologis kepribadian dependen. Kepribadian dependen merupakan gangguan di mana seseorang sangat tergantung dengan orang lain, sehingga nyaris tidak sanggup untuk hidup mandiri. Istilah Cinderella Complex menjadi semakin populer karena didorong oleh kebiasaan stereotype tentang perbedaan pria dan wanita.

Secara kasat mata, penyebab utama Cinderella Complex ini adalah perbedaan pola asuh. Di banyak budaya yang berkembang, anak perempuan sejak kecil lebih sedikit didorong orang tuanya untuk menjadi mandiri. Beberapa di antaranya bahkan mendapat tekanan dalam membangun identitas diri, diikuti dengan pola asuh yang overprotective. Berbeda dengan pola asuh anak laki-laki yang ditempa untuk menguasai diri sendiri dan menghindari sikap manja, karena sifat tersebut dianggap sebagai sifat wanita.

Sadar atau tidak, Cinderella Complex kian mendarah daging bukan hanya karena faktor internal. Tetapi, juga dipengaruhi maraknya dongeng sejenis yang hadir dalam konsumsi hiburan. Banyak penulis dan penggiat film menggagas ide cerita sejenis berbalut romansa. Persepsi fiktif seperti ini kemudian menjadi mimpi yang didamba dalam dunia nyata. Banyak perempuan mandiri yang sangat menginginkan hadirnya pangeran hebat yang akan melengkapi kisah hidupnya. Sedang para laki-laki bertingkah seolah pahlawan untuk perempuan idamannya.

Sampai sini sudah paham kan, apa itu Cinderella Complex? Coba pahami tipe pasangan ideal yang diinginkan. Tidak salah jika berangan-angan menikahi pangeran, tapi jangan sampai bikin kamu berada dalam toxic relationship. Eh, kok jadi toxic relationship sih?

Yap, Cinderella Complex bisa jadi awal mimpi buruk yang mengarah pada toxic relationship. Cinderella Complex membangun karakter dominan dan submisif dalam suatu hubungan. Dalam hal ini, perempuan yang umumnya menjadi karakter submisif. Kuasa dalam hubungan yang ada hanya pada salah satu pihak, akan merugikan pihak lainnya. Kalau sudah dalam tahap ini, akan sulit bagi submisif untuk keluar dari hubungan tersebut. Akan ada dalih yang membuatnya menjadi sangat terikat secara emosional dengan pasangannya yang dominan.

Baca Juga:

Pengalaman Mengakses Layanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Murah, tapi Dapat Ceramah yang Bikin Down Dulu

Kursi Besi Indomaret Tempat Terbaik untuk Merenungi Hidup

Kiranya, toxic relationship ini nggak perlu dibahas panjang lebar bagaimana dampak buruknya karena bukan lagi jadi hal yang abu-abu buat kebanyakan dari kita. Sebagai perempuan, kita bisa menghindari lingkaran toxic relationship ini. Setting ulang “desain” pangeran impian. Walau pada dasarnya manusia itu makhluk sosial, tapi jangan sampai bikin kita ketergantungan dengan orang lain ya!

BACA JUGA Haruskah Diciptakan Undang-Undang ala SJW? dan tulisan Aileen Zahran lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 19 Oktober 2021 oleh

Tags: cinderella complexkemandirianmental healthpendidikan terminal
Aileen Zahran

Aileen Zahran

Penulis amatir yang menulis hanya ketika masa langganan streaming berbayarnya berakhir.

ArtikelTerkait

KKN online urgensi manfaat kampus mojok

Kalau Nggak Ada Manfaatnya, buat Apa Kampus Memaksakan KKN Online?

13 Juli 2021
Merasakan Tua di Jalan: Naik KRL Transit Manggarai Harus Bayar Pakai Mental Health

Merasakan Tua di Jalan: Naik KRL Transit Manggarai Harus Bayar Pakai Mental Health

15 September 2023
Bikin Skripsi Sampai Ratusan Halaman Itu buat Apa, sih_ terminal mojok

Bikin Skripsi Sampai Ratusan Halaman Itu buat Apa, sih?

9 Juni 2021
Panduan Move On dari Hasil SBMPTN untuk Kalian yang Kurang Beruntung terminal mojok

Panduan Move On dari Hasil SBMPTN untuk Kalian yang Kurang Beruntung

15 Juni 2021
5 Salah Kaprah Istilah Matematika dalam Percakapan Sehari-hari terminal mojok.co

5 Salah Kaprah Istilah Matematika dalam Percakapan Sehari-hari

8 Agustus 2021
Kok Bisa Mahasiswa Bangga Kuliah di Kampus yang Punya Gedung Kayak Mal, Ya_ terminal mojok

Kok Bisa Mahasiswa Bangga Kuliah di Kampus yang Punya Gedung Kayak Mal, ya?

11 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Mensiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.