Ini cerita saya, seorang fresh graduate yang baru dapat pekerjaan setelah mengirim 40 lamaran pekerjaan
Semasa kuliah, saya memang mahasiswa yang biasa-biasa aja. Saya nggak terlalu menonjol di bidang akademik dan non akademik. Organisasi pun saya nggak aktif-aktif amat. Tapi kalau di lihat dari IPK, saya bisa bilang lumayan lah. IPK saya nggak pernah di bawah 3,69. Kalo ditanya bangga nggak, ya bangga dong, wong normalnya di Indonesia kalo mau kerja di perusahaan keren, IPK minimal harus 3,5.
Saya wisuda bulan September 2023 lalu. Fyi, saya adalah lulusan Unesa (jurusannya nggak perlu disebutkan). Biasanya sih orang dinyatakan sebagai fresh graduate itu setelah wisuda. Tapi saya punya definisi sendiri. Saya menyatakan diri sebagai fresh graduate setelah selesai sidang skripsi. Ini nggak salah ya guys, karena sebetulnya, pertama kali mahasiswa dinyatakan lulus itu adalah ketika dosen penguji mengucapkan ‘selamat, Anda dinyatakan lulus’ pada waktu selesai sidang skripsi.
Selesai sidang skripsi, saya langsung beresin semua urusan revisi, administrasi, dan tetek bengek lainnya. Supaya setelah semua kelar, saya jadi punya banyak waktu luang sambil nunggu nilai IPK turun, lalu yudisium dan wisuda. Nah, waktu luang itu lah waktu emas saya buat ngelamar kerja.
Kalau kamu nanya, ngapain sih masih fresh graduate kok buru-buru amat cari kerja? Hehehe, saya itu korban dari orang-orang yang suka ngomong, ‘cari kerja itu susah’, ‘jaman sekarang mau kerja harus pake ordal’, ‘lulusan S1 kalo nggak punya skill dan koneksi siap-siap aja jadi pengangguran’. Saya bener-bener merinding denger yang begituan. Ngeriii!
Dari situ, pokoknya tekad saya bulat, saya nggak boleh nganggur setelah lulus. Sebisa mungkin harus dapet kerja sebelum wisuda.
Daftar Isi
Transkrip nilai adalah kunci untuk fresh graduate
Gimana caranya cari kerja, kan ijazah belum turun? Jadi selepas nilai IPK saya keluar, saya ngelamar kerja bermodal transkrip nilai. Walau tanpa ijazah, transkrip nilai menurut saya sudah cukup kuat kok buat ngelamar kerja. Apalagi di transkrip sudah muncul nilai skripsi dan bahkan judul skripsi. Cukup kuat untuk jadi bukti kalau saya sudah lulus.
Sambil ongkang-ongkang kaki di kamar kos, kegiatan saya setiap hari adalah scrolling akun-akun lowongan kerja di IG, Telegram, dan LinkedIn. Segala berkas seperti CV, pas foto, ijazah SMA, KK, dan KTP, semua saya siapkan dan saya jadikan dalam satu PDF. Uniknya di sini adalah, saya melamar kerja tapi saya sengaja tidak melampirkan surat lamaran kerja atau bahasa kerennya cover letter. Harusnya sih fresh graduate wajib tahu ini, tapi saya nggak lakukan.
Jadi gini, saya mengirim semua lamaran kerja via email. Jadi hal-hal yang umumnya ditulis di cover letter, saya menulisnya di body email. Karena di dalam cover letter itu memuat: salam hormat pada HRD di PT. xxx, tanggal, dan sumber informasi lowongan kerja. Nah, poin-poin tersebut pasti akan berubah-ubah kalau saya ngelamar kerja di perusahaan yang berbeda-beda. Jadi akan lebih mudah kalau saya menuliskannya langsung di body email. Supaya apa? Supaya saya nggak ribet ngetik cover letter di word yang harus di export ke pdf dan digabungkan dengan berkas pendukung lainnya.
Mengirim lamaran kerja terasa sangat mudah bagi saya. Saya cuma perlu ngetik body email yang udah ada template-nya dan melampirkan berkas yang sudah saya jadikan satu. Belum lagi saya mengirim email lamaran tersebut cuma dari HP. Alasan itu lah yang bikin saya bisa melamar sangat banyak pekerjaan dalam satu waktu.
Fresh graduate anti pilih-pilih kerjaan
Nggak cuma itu, saya juga orangnya nggak pilih-pilih pekerjaan. Saya nggak saklek cari pekerjaan yang sesuai jurusan saya. Jadi semua lowongan yang saya rasa sesuai dengan minat dan bakat, langsung aja saya gaskeun. Dalam satu hari, target saya adalah mengirim lima lamaran kerja. Ya, walaupun dalam sehari kadang belum tentu ada lima pekerjaan yang relevan sama saya. Tapi tetap saya usahakan minimal ada satu lamaran kerja yang terkirim dalam sehari.
Saat saya ngerasa sudah cukup banyak lamaran yang terkirim, momen yang ditunggu-tunggu adalah mendapat panggilan interview. Dengan banyaknya lamaran yang saya kirim, tentu saya juga banyak dapat panggilan interview. Saya mulai dapat panggilan tersebut kurang lebih setelah belasan lamaran yang saya kirim dalam dua minggu.
Sayangnya, beberapa interview yang dijadwalkan seringnya bentrok dengan interview lainnya. Jadi mau nggak mau, ada interview harus saya korbankan. Beberapa interview juga pada akhirnya nggak saya datangi karena tiba-tiba saya berubah pikiran. Maklum saya masih fresh graduate, kadang suka agak-agak labil.
Bisa tahu dunia kerja
Seringnya saya ikut interview, akhirnya bikin saya yang lulusan baru ini punya gambaran tentang dunia kerja dan range gaji normal yang perusahaan tawarkan kepada fresh graduate. Nggak cuma itu, saya juga pada akhirnya terbiasa dan nggak gugup lagi untuk berhadapan dengan recruiter. Intinya saya mulai menikmati proses untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan saya.
Hingga tiba saatnya saya datang ke panggilan interview ke-10 saya dalam 3 minggu. Lucunya, ini adalah pekerjaan eventual yang durasi kerjanya cuma 2 mingguan. Saya cuma iseng-iseng ngelamar pekerjaan ini karena reputasi dari perusahaannya cukup bagus. Waktu itu kurang lebih ada 13 pelamar dan perusahaan membutuhkan setidaknya 8 orang untuk pekerjaan tersebut. Tidak seperti interview pada umumnya. Kami di sana disuruh presentasi bergantian untuk menjelaskan isi CV, lalu ada sesi tanya jawab dengan HRD terkait pekerjaan yang ditawarkan.
Tiba giliran saya presentasi. Tiba-tiba HRD yang sedang menyimak CV saya, memotong presentasi dan memberikan saya pertanyaan seputar hobi saya. Saya sih, suka banget kalau ditanya hal-hal yang berkaitan dengan passion saya. Dan nggak disangka-sangka, belum 1 menit saya menceritakan tentang hobi, beliau menawarkan saya pekerjaan full time pada saat itu juga.
Setelah 40 kali percobaan
Nggak pakai pikir panjang, saya langsung menyetujui dan siap untuk lanjut ke tes selanjutnya. Pekerjaan ini sangat sesuai dengan passion saya. Nggak heran kalau pada akhirnya saya lolos tes dan resmi di terima di perusahaan tersebut. Bukan sebagai pekerja eventual, tapi sebagai karyawan full time. Saya start kerja setelah satu minggu kemudian. Dan bulan ini adalah bulan kelima saya bekerja di perusahaan tersebut.
Bersyukur sekaligus masih nggak nyangka kalau saya dapat pekerjaan semudah itu. Ya walaupun kedengerannya emang mudah. Tapi setelah saya scroll email terkirim, ternyata perjalanan saya sampai ke titik tersebut harus mengeluarkan effort sebanyak 40 kali mengirim lamaran kerja. Hahaha, sekarang saya jadi paham apa yang dikatakan orang-orang kalau cari kerja emang susah. Walau susah, tapi seenggaknya saya bisa dapat kerja dua bulan sebelum saya wisuda. Artinya saya start lebih awal dari teman-teman saya, hehehe.
Penulis: Adissa Indriana Putri
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 6 Kesalahan Fresh Graduate yang Kerap Dilakukan karena Tidak Diajarkan Waktu Kuliah