Film Kaka Boss yang diproduksi Imajinari Pictures dan disutradarai oleh Arie Kriting sedang ramai diperbincangkan warga net lantaran dianggap sepi penonton. Sejak tayang di bioskop pada 29 Agustus hingga tulisan ini dibuat, jumlah penonton Kaka Boss belum mencapai 1 juta.
Banyak netizen mengaitkan tidak populernya Kaka Boss dengan alasan politik. Terutama keterlibatan Arie Kriting (sutradara Kaka Boss), Mamat Alkatiri, dan Abdul Arsyad (aktor dalam film Kaka Boss) dalam Aksi Peringatan Darurat pada 22 Agustus 2024 lalu.
Kebetulan, saya sudah nonton film Kaka Boss. Alih-alih sepi lantaran aksi demonstrasi, saya kira ada persoalan lain yang membuat film ini belum berhasil menembus Box Office (di Indonesia angka 1 juta penonton dijadikan patokan sebuah film masuk jajaran Box Office).
Idenya segar dan berbeda
Mayoritas film yang mengusung tema Indonesia timur biasanya menonjolkan dua hal, yaitu romantisasi keindahan alam dan kisah haru soal kesenjangan sosial. Namun, Kaka Boss mengambil tema yang berbeda, film ini lebih menonjolkan manusia Indonesia timur dengan segala persoalan hidupnya.
Mengusung genre drama komedi, Kaka Boss cukup mampu membuat penonton tertawa. Saya menonton film ini di Ternate. Mayoritas penonton di teater tertawa di banyak scene. Kalaupun ada part komedi yang tidak berhasil membuat saya tertawa, semata-mata karena saya orang Jawa yang kurang menangkap maksud humornya saja.
Di luar masalah pribadi (selera humor saya kurang) secara keseluruhan film Kaka Boss bagus. Temanya membumi, dramanya cukup mengena di hati, sinematografinya tidak asal-asalan, dan musiknya menarik.
Masalahnya, kenapa film bagus penontonnya sedikit? Ya gimana mau banyak penonton, ha wong jumlah bioskop di Indonesia timur pun sedikit. Meskipun Kaka Boss bisa dinikmati oleh penonton dengan latar belakang budaya lain (Jawa, Sunda, Bali, dan lainnya), tapi segmen pasar utamanya adalah orang Indonesia bagian timur.
Baca halaman selanjutnya: Papua dan Maluku kekurangan bioskop…