Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Bilangnya Disuruh Belajar di Rumah, tapi Malah Dikasih Banyak Tugas

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
20 Maret 2020
A A
Bilangnya Disuruh Belajar di Rumah, tapi Malah Dikasih Banyak Tugas
Share on FacebookShare on Twitter

Pemerintah kita sudah menetapkan status darurat virus Corona (Covid-19). Maknanya kita diimbau agar nggak keluar rumah, jika nggak ada keperluan yang terlampau mendesak. Sekolah dan kampus juga ikut diliburkan tetapi menggunakan narasi belajar di rumah. Tujuannya jelas buat menghindari kerumunan dan bisa mencegah penularan virus.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sih pernah bilang kalau sistem pembelajaran diganti dari yang semula tatap muka ke sistem jarak jauh, atau via daring (dalam jaringan). Sekolah diminta buat menerapkan sistem itu. Pemerintah juga katanya telah menyiapkan ruang online buat belajar jarak jauh.

Seperti Ruang Guru, Zenius, hingga Quipper bisa menjadi pilihan. Niat awalnya sudah bagus, melalui platfrom-platfrom tersebut guru atau tenaga pengajar bisa mengirimkan materi pembelajaran lebih mudah. Supaya murid-muridnya bisa mempelajarinya di rumah. Kampus pun demikian.

Masing-masing kampus pasti punya sistem e-learning. Mahasiswa bisa mengaksesnya untuk mendapatkan materi secara daring. Sementara dosen bisa membikin ringkasan materinya dan mengirimkannya kepada mahasiswa. Jadi semacam pembelajaran tatap muka tapi via daring.

Namun sayangnya, harapan itu nggak sepenuhnya benar di lapangan. Guru, dosen, atau tenaga pengajar lainnya malahan memanfaatkan momentum belajar di rumah untuk memberikan tugas lebih banyak dari biasanya kepada anak didik. Adik saya pun merasakan demikian.

Di benak siswa dan mahasiswa, belajar di rumah maupun kuliah online adalah guru atau dosen bakalan ngasih materi. Nah nanti tinggal dipelajari di rumah, kalau belum jelas, boleh ditanyakan ke guru atau dosen terkait. Bisa lewat WhatsApp atau aplikasi apa pun.

Ealah bukannya materi, guru dan dosen malah ngasih tugas yang jauh lebih banyak dari biasanya. Jika di pertemuan biasa, pelajar dan mahasiswa mendapatkan materi lebih dahulu kemudian tugas. Kini mereka harus cari materi sendiri buat mengerjakan tugasnya.

Alhasil banyak di antara pelajar dan mahasiswa ini kelabakan. Niat hati mau rebahan aja sambil mainan Twitter harus diurungkan. Waktunya pun tersita buat mengerjakan tugas. By the way, bukannya karena banyaknya tugas bisa meningkatkan stres ya? Dan orang stres itu rawan terserang penyakit, loh. Au Ah~

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Menjamurnya Bimbel Bukan karena Pendidikan Kita Ampas, tapi karena Mengajar di Bimbel Memang Lebih Mudah

Saya juga nggak habis pikir, kenapa kalau pas libur panjang selain libur semesteran, apalagi dadakan semacam ini, dosen sama guru itu kok suka sekali ngasih tugas. Jangankan pas libur panjang dadakan seperti sekarang ini, ketika dosen nggak masuk sekali saja pun tugasnya sudah double-double. Numpuk sampai bingung mau mengerjakan yang mana dulu.

Anehnya lagi, ada sebagian dosen atau guru yang malah ngasih tugas kelompok. Dengan dalih bisa dikerjakan di salah satu kediaman anggota kelompok, jadi pikirnya nggak berkumpul sama orang banyak. Aduh, jika di antara kelompok itu ternyata terinfeksi gimana? Siapa yang mau tanggung jawab? Orang tua-nyalah.

Belum lagi soal kemungkinan terkena stres seperti yang saya tulis tadi. Bukannya ini berburuk sangka atau negative thinking. Tetapi coba cerna baik-baik. Jika tugas diberikan nggak kira-kira, tingkat stres di kalangan mahasiswa dan siswa bisa saja meningkat.

Padahal dalam kondisi rawan penyakit seperti saat ini, kita memerlukan kekebalan tubuh yang baik. Sehingga tubuh kita memiliki imunitas dan terlindung dalam menghadapi penyakit dan virus. Sementara terlalu banyak stres bisa memicu hormon kortisol. Menurut beberapa studi hormon ini bisa mengurangi tingkat kekebalan tubuh.

Jika diberi tugas seabrek, jangan heran apabila mahasiswa dan siswa ini bakalan stres, dan semoga saja tidak mudah disusupi virus. Yang jelas, menghindari stres ini juga sangat diperlukan. Produksi hormon Serotonin, Dopamin, Endorfin, dan hormon-hormon lain yang menimbulkan rasa bahagia juga seharusnya bisa diperhatikan dan diciptakan.

Sejatinya sewaktu diumumkan libur, para siswa dan mahasiswa ini sedikit senang dan bahagia. Bagaimana mungkin ada orang yang murung kalau disuruh libur, iya kan? Ironisnya, setelah itu mereka dibikin kalang kabut, bingung mengerjakan tugasnya.

Terkhusus buat mahasiswa semester senja seperti saya bisa lebih parah lagi tingkat stresnya. Pengumuman status darurat Covid-19 yang diperpanjang saja sudah bikin risau. Gimana nggak risau coba? Hampir semua jadwal mulai dari jadwal Seminar Proposal, Munaqosah (Sidang Skripsi), KKN, PPL, sampe wisuda berpotensi diundur. Nangis darah pasti mahasiswa yang sudah mati-matian ngejar deadline wisuda kalau wisudanya saja diundur.

Itu buat mahasiswa lama. Sedangkan buat mahasiswa yang masih unyu-unyu juga bisa jadi tak kalah stresnya diberikan tugas segudang. Sampai terkadang bisa membuat bingung mau ngerjain yang mana dulu. Tipikal mahasiswa yang hobi mengejar IP sama perhatian dosen pasti repot sendiri, stres sendiri. Tapi bagi mereka yang bodo amat sama nilai, karena tugasnya yang terlampau banyak bisa jadi justru memilih nggak dikerjakan semua.

Alangkah lebih baik konsep belajar daring ini bisa dikembalikan ke fitrahnya. Guru atau dosen membuat materi kemudian pelajar atau mahasiswa mengaksesnya, mempelajarinya, dan jika nggak ada yang kurang paham bisa ditanyakan. Atau biar lebih mudah, kelasnya via WhatsApp, dibuatkan grup dan ada kelas tiap jam berapa gitu.

Lebih enak begitu, daripada memanfaatkan keadaan untuk memberikan tugas yang terkadang tugasnya nggak perlu-perlu sangat, dengan dalih belajar mandiri. Seolah menempatkan guru dan dosen sebagai penguasa yang berhak menyuruh-nyuruh, sementara anak didiknya adalah kacung yang dibayar dengan nilai di rapor atau Indeks Prestasi. Bukankah kita pengin mengubah sistem pendidikan yang semacam ini? Jangan-jangan harapan itu hanya pepesan kosong. Duh~

BACA JUGA Tidak Belajar tapi Bisa Mengerjakan, Memangnya Bisa? atau tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Maret 2020 oleh

Tags: banyak tugasbelajar di rumahSekolah
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

Perempatan Jetis, Perempatan Paling Berpendidikan di Jogja Sejak Masa Kolonial

Perempatan Jetis, Perempatan Paling Berpendidikan di Jogja Sejak Masa Kolonial

12 Januari 2024
5 Dosa Guru pada Murid yang Jarang Disadari, Salah Satunya Korupsi Waktu

5 Dosa Guru pada Murid yang Jarang Disadari, Salah Satunya Korupsi Waktu

29 Agustus 2024
Sekolah Pajang Foto Peraih Juara Olimpiade Segede Gaban biar Apa sih? Biar wow Gitu?

Sekolah Pajang Foto Peraih Juara Olimpiade Segede Gaban biar Apa sih? Biar wow Gitu?

15 Februari 2023
Guru BK tukang hukum

Derita Guru BK: Dianggap Tukang Hukum dan Paling Ember Satu Sekolah

30 Oktober 2021
Guru dan Siswa Nggak Sempat Baca Buku: Guru Diburu Berkas, Siswa Diburu Tugas

Guru dan Siswa Nggak Sempat Baca Buku: Guru Diburu Berkas, Siswa Diburu Tugas, Literasi Kandas

16 April 2024
Wakasek Kesiswaan, Jabatan di Sekolah yang Paling Nggak Enak

Wakasek Kesiswaan, Jabatan di Sekolah yang Paling Nggak Enak

10 Januari 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.