Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Belajar Ikhlas dari Berbenah ala Marie Kondo

Vivi Elvani oleh Vivi Elvani
3 Mei 2019
A A
berbenah

berbenah

Share on FacebookShare on Twitter

“Konsumerisme membawa kita pada sebuah zaman berkelebihan, kondisi yang saya sebut, ‘0besistuff’. Banyak dari kita memiliki barang yang sebetulnya tidak tahu bagaimana menangani, bahkan menyadari kondisi itu.”

Kutipan diatas adalah salah satu komentar Dee Lestari seorang penulis mengenai buku The Life-Changing Magic of Tidyng Up yang ditulis oleh Marie Kondo yang mengajarkan tentang berbenah yang dapat merubah hidup, mungkin terdengar aneh dan tidak mungkin. Tapi buku ini jika dibaca dengan detail, beberapa poin akan membuat kamu sadar, bahwa hal kecil yang buruk juga akan memiliki dampak yang cukup besar.

Aku beli buku ini (The Life-Changing Magic of Tidyng Up) awal tahun 2017 dan aku membaca buku ini butuh waktu dua tahun, ya karena bacanya nunggu mood dulu hahaha. Aku akan mereview buku ini namun bukan berapa tebalnya, bagaimana sampulnya, bagaimana alur cerita buku tersebut, bukaan. Tapi practek effect dari buku ini tentang hidup yang minimalis. Lembar per lembar ku baca dan dimana aku berada pada posisi di titik oh iyya benar aku begini, oh gini efeknya, bisa kaya gitu yah, dimana tingkat kesadaran dan keinginan ku untuk berubah semakin menggebu-gebu. Semakin mencari tahu konsep ini aku bisa sangat relate karena memiliki barang yang banyak yang terkadang tidak dibutuhkan akan merepotkan.

Beberapa tahun belakangan, memang gaya hidup minimalis emang sedang tren. Banyak yang yang mendengar istilah minimalis mungkin sesuatu yang berhubungan seni atau arsitektur. Tapi ternyata minimalis lebih dari itu. Dari buku Marie Kondo yang saya baca intinya: jangan menaruh barang sembarangan, buang barang yang tidak berguna, dan hiduplah bahagia. Sadar atau tidak, ternyata terlalu banyak barang juga membuat tingkat kebahagiaan berkurang. Alasannya karena sering mengeluh dengan banyak barang, sering ngomel kalo cari barang yang tidak ketemu, yang membuat pikiran positif kita bisa berkurang.

Terkadang kita sering melakukan kegiatan setiap hari yang sepele tapi kalau kita perhatikan, sebenarnya bisa merubah hidup kita. Oke, sebelum menjelaskan lebih lanjut, Saya awali dengan moto “Membuang Barang, Membuang Kenangan”.

Saya sering sekali menyimpan barang pemberian teman, kado, kertas bekas, yang kadang bisa numpuk dalam penyimpanan dan tidak tersentuh sama sekali dan akhirnya usang dan kebuang. Contoh nya menyimpan dashboard hape, menyimpan kartu ucapan ultah dari teman, menyimpan kado/souveniar pernikahan teman, kabel-kabel rusak, charger rusak, kertas-kertas catatan kecil yang numpuk, itu kebiasaan kita bukan? Ternyata itu kebiasaan buruk. (kalo mau hidup minimalis). Dalam buku ini banyak yang menulis detailnya, dari gimana cara nyimpan slip gaji, menata buku yang benar, bagaimana menyikapi uang receh.

Saat ini aku sedang kearah minimalis. Saya ingin merumuskan gaya hidup minimalis yang harus saya lakukan. Masih jauh perjalanan saya, masih banyak ketololan-ketololan yang saya lakukan dengan sadar. Saya sekali lagi, igin mengingat ini dan menulis beberapa poin penting yang harus saya benahi dan menyikapi barang.

  • Uang Receh

Saya pastikan uang receh itu langsung masuk ke dompet bukan ke celengan. Jika memasukan uang receh, saya hanya memindahkan dan akan menelantarkan lagi. Sejujurnya memang banyak orang yang tak pernah menggunakan uang receh apabila sejak awal tidak memiliki tujuan yang jelas akan diapakan uang tersebut. Demi menyelamatkan uang-uang yang terbengkalai di rumah, saya akan masukkan ke dompet!.

Baca Juga:

Menurut K.H. Anwar Zahid, Sedekah Itu Nggak Hanya Ikhlas, tapi Juga Pantas

Orang Bisnis Kontrakan kok Disuruh Ikhlas, Memangnya Lagi Buka Pengungsian?

  • Menyortir kertas

Buang kertas yang tidak terpakai, jangan hanya didiamkan. Simpan kertas secara vertikal. Membuang kertas apa saja yang tidak termasuk tiga kategori ini.: masih dipakai, dipakai dalam kurun tertentu, atau harus disimpan dalam waktu tak terbatas.

  • Kartu ucapan dan semacamnya

Buang saja jika dengan membaca tidak memberi kebahagian. Karena pada akhirnya, kartu tersebut akan terlantar.

  • Buku yang boleh disimpan

Daripada banyak buku yang terlihat tapi tidak terbaca, lebih baik disortir buku kesukaannya biar bisa sering dibaca daripada harus menulis di notes, yang saat itu kita berfikir bisa say abaca lagi kemudian hari”. Tetapi pada akhirnya tidak pernah terbaca.

Dan masih banyak lagi hal kecil yang sudah saya sadari, pun yang masih belum saya sadari.

 

“Membuang barang, membuang kenangan”.

“Buang saja barang yang tidak membangkitkan kebahagiaan.”

Saya sudah mencoba menerapkan slogan diatas. Saya mencoba memilah benda mana yang mendatangkan kegembiraan. Ketika saya menyentuh barang, dan saya bertanya pada diri sendiri, apakah saya butuh barang ini? Pasti menemukan jawabannya. Yang sulit adalah ketika sudah tahu barang itu tidak berharga, yang sulit membuat keputusan membuang atau mempertahankan. Kita sering memiliki banyak dalih supaya tidak membuang, misalnya, “saya akan menyimpan charger rusak ini, siapa tahu bisa dibenahi dan  aku membutuhkannya kapan-kapan.. “ atau, “aku akan menyimpang tas pemberian teman saya ini, walau sudah rusak…”. ketika kita enggan untuk membuang barang tertentu sejatinya akan berakar pada dua hal: keterikatan masa lalu atau kecemasan akan masa depan.

Proses berbenah itu menyakitkan terkadang. Proses berbenah seringkali memaksa kita untuk bersikap jujur menghadapi ketidaksempurnaan diri, kekurangan kita, dan pilihan bodoh pada masa lalu.

Kalau kita sudah terbiasa membuang barang yang tidak berguna, kita akan mudah melupakan kenangan yang buruk. Kok bisa? Secara perlahan ternyata juga mengajarkan kita tentang keiklasan. Keiklasan yang besar lahir dari keiklasan yang kecil. Sekarang saya merasakan hal tersebut, saya sering bersikap datar tentang-tentang hal yang bersifat kesukaan, saya sering yasudahlah… lapang dada dan sabar dalam menghadapi kondisi. Suatu hari baju kesukaan saya hilang di laundry, dan saya dengan mudahnya mengiklaskan barang tersebut. Memang ga gampang, tapi tidak ada perbuatan lain selain mengiklaskan. Mengumpat hanya akan menambah kemarahan bukan? Jangan lupa, Ucapan terimakasih terhadap barang tersebut yang sudah menemani, bisa jadi akan mengurangi negative thing pada barang tersebut. Karena sesungguhnya sesuatu yang hadir dalam hidup kita, selalu bisa bermakna jika kita selalu mensyukurinya.

Dalam proses berbenah rumah, berbenah diri. Pusatkan perhatian untuk melihat barang membangkitkan kebahagian untuk menikmati hidup berdasarkan standar diri sendiri.  Kebahagiaan mutlak hanya kita yang bisa menemukan.

Terakhir diperbarui pada 27 September 2021 oleh

Tags: IkhlasMarie Kondo
Vivi Elvani

Vivi Elvani

Vivi Elvani yang sedang studi di Universitas Brawijaya, program studi Ekonomi Pembangunan. Mahasiswa semester akhir yang sedang bergelut dengan rasa malas.

ArtikelTerkait

bisnis kontrakan

Orang Bisnis Kontrakan kok Disuruh Ikhlas, Memangnya Lagi Buka Pengungsian?

5 November 2021
Bahasan 'Ditinggal Nikah Mantan' Makin Usang dan Sudah Saatnya Ditinggalkan terminal mojok.co

Merapikan Kenangan Mantan dengan Metode Marie Kondo

28 Juni 2019
Tips Gunakan Tas ala Marie Kondo: Ia Alat untuk Membawa, Bukan Menyimpan terminal mojok.co

Tips Gunakan Tas ala Marie Kondo: Ia Alat untuk Membawa, Bukan Menyimpan

23 Februari 2021
Menurut K.H. Anwar Zahid, Sedekah Itu Nggak Hanya Ikhlas, tapi Juga Pantas

Menurut K.H. Anwar Zahid, Sedekah Itu Nggak Hanya Ikhlas, tapi Juga Pantas

7 April 2023
sedekah riya pamer medsos mojok

Kenapa Kalau Sedekah Harus Difoto? Antara Riya’, Branding, dan Buat LPJ

26 April 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.