Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Balasan untuk Artikel Film ‘The Social Dilemma’ yang Katanya Nihil Solusi

Sirojul Khafid oleh Sirojul Khafid
22 September 2020
A A
Balasan untuk Tulisan tentang Film The Social Dilemma yang Katanya Nihil Solusi terminal mojok.co

Balasan untuk Tulisan tentang Film The Social Dilemma yang Katanya Nihil Solusi terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Pada 19 September 2020, Terminal Mojok mengunggah tulisan Kak Muhammad Fikri Arrahman yang berjudul “Film ‘The Social Dilemma’ Nihil Solusi dan Melahirkan Ketakutan Belaka.”

Bagi yang belum nonton, The Social Dilemma merupakan film dokumenter tentang dampak negatif sosial media dan sejenisnya. Beberapa topik pembahasan termasuk cara perusahaan seperti Facebook, YouTube, dan lainnya dalam mempengaruhi perilaku manusia dalam menggunakan produknya. Ada pula pembahasan tentang alur uang yang menjadi landasan sistem “perusakan” media sosial terhadap manusia.

Menariknya, orang-orang yang memberikan informasi tentang bahaya sosial media dan sejenisnya merupakan orang-orang yang dahulu merancangnya sehingga informasi ataupun opini mereka terasa meyakinkan. Selain pemaparan narasumber, ada pula animasi serta adegan-adegan sebagai bentuk ilustrasi masalah.

Tulisan Kak Fikri mempermasalahkan film The Social Dilemma yang hanya memberi ketakutan, tanpa adanya solusi. Apabila kita baca artikelnya secara lengkap, dia sudah menjawab kegelisahannya sendiri.

Dia menulis, “Pasalnya, film ini memang hanya memaparkan masalah-masalah yang sedang dialami oleh pengguna smartphone alias tidak ada solusi sama sekali yang diberikan. Beberapa “hikmah” memang disampaikan di akhir film, namun solusi-solusi tersebut hanya diucapkan, tidak dikaji penuh layaknya masalah-masalah yang diberikan sebelumnya.”

Terlepas hanya ucapan atau pemaparan solusi yang bukan hasil dari kajian, itu tetap solusi. Apa pun bentuknya dan seberapa kuat atau lemahnya solusi, itu namanya tetap solusi. Apabila kita menilik latar belakang para narasumber yang merupakan orang-orang yang pernah bekerja di perusahaan media sosial, sebagian besar pemaparan mereka di awal juga bukan hasil kajian. Itu merupakan pengalaman kerja serta penjabaran terkait sistem.

Jadi, tidak masalah apabila solusi yang mereka berikan bukan hasil kajian. Sebab, merekalah yang pernah membuat sistem di media sosial, setidaknya argumen mereka cukup kuat.

Lebih lanjut dalam artikelnya, Kak Fikri juga menulis, “Banyak banget teman saya yang saya ajak diskusi soal kekosongan solusi di film ini, namun responsnya hanya begini, “Ya intinya smartphone tuh bikin nagih, makanya jangan pakai smartphone lagi.”

Baca Juga:

Iklan Indomilk Gemas 2022: Iklan Cerdas yang Tampar Masyarakat Indonesia

Review Elvis: Menyorot Sisi Kelam Sang King of Rock and Roll

Sepertinya Kak Fikri secara kebetulan bertemu dengan teman yang suka solusi praktis, jadi dia mendengar solusi itu. Terlepas dari solusi dari teman Kak Fikri yang semoga selalu bahagia di mana pun berada, ada beberapa solusi dalam film yang mungkin Kakak lewatkan.

Setidaknya ada beberapa hal yang saya ingat. Solusi untuk mengurangi kecanduan dan dampak negatif dari media sosial dengan cara mendesak pemerintah untuk mengatur atau meregulasi perusahaan media sosial, khususnya dalam hal data pribadi. Data pribadi menjadi salah satu inti sistem ini berjalan. Publik juga perlu mendesak pemerintah memperbaiki dan mengawasi sistem keuangan media sosial, termasuk iklan, pajak, dan lainnya.

Sepertinya terlalu berat ya untuk warga sipil seperti kita melakukan solusi itu, terlebih di negara Indonesia. Tapi bisa jadi Kak Fikri juga melewatkan solusi yang lebih ringan seperti hapus aplikasi (bukan tinggalkan smartphone), matikan notifikasi (hal ini ditekankan oleh banyak narasumber di film), jangan klik rekomendasi di YouTube atau yang berbau clickbait, jauhkan smartphone saat hendak tidur (setidaknya 30 menit menjelang tidur), dan beri batas waktu bagi anak untuk memainkan smartphone. 

Itu hal yang sepertinya bisa kita coba lakukan, tanpa harus meninggalkan smartphone sama sekali, seperti perkataan teman Kak Fikri.

Tapi ada hal yang menurut saya lebih dalam dari perdebatan apakah The Social Dilemma memberi solusi atau tidak. Dari tulisan Kak Fikri, ada semacam anggapan bahwa setiap kritik perlu berbarengan dengan solusi.

Anggaplah The Social Dilemma merupakan medium kritik untuk perusahaan media sosial, maka film itu tidak punya keharusan untuk memberikan solusi. Kritik dan solusi adalah dua hal yang berbeda. Setiap partikelnya punya teknik berbeda pula untuk mengupasnya.

Tidak hanya dalam konteks film, dalam jurnalistik juga mirip. Misalnya dalam sebuah berita investigasi, mereka memaparkan kebobrokan sebuah lembaga atau orang, apakah si jurnalis perlu memberikan solusi di beritanya? Tentu tidak. Sebenarnya, dengan memberikan pemaparan yang lengkap dan kuat, hal itu bisa jadi bentuk solusi.

Begitu pun dalam film yang sedang kita bahas ini. Dalam salah satu ucapannya, Tristan Haris yang merupakan salah satu narasumber di film berkata, “Bagaimana kita terbangun dari matriks saat kita tidak tahu ada di matriks.” Film ini bertugas menyadarkan kita bahwa penggunaan media sosial dan sejenisnya tidak melulu baik, ada sistem yang bisa merusak kehidupan manusia.

Kritik yang komprehensif dalam The Social Dilemma (dan juga produk lain seperti jurnalistik) merupakan sebuah “peta”. Nantinya, peta itu digunakan untuk panduan para pejalan dalam melangkah ke berbagai arah. Para kreator tidak mengarahkan hanya pada satu jalan, tapi lebih dari itu, mereka berusaha “memerdekakan” si pejalan dalam memilih arah yang paling sesuai dengan dirinya.

Tetap semangat menulis Kak Fikri. Saya ikut senang di Terminal Mojok semakin banyak bahasan tentang film.

BACA JUGA Setelah Ratusan Jam Nonton Sinetron India, Ada 5 Hal yang Baru Aku Tahu dan tulisan Sirojul Khafid lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 September 2020 oleh

Tags: Kritik SosialReview Film
Sirojul Khafid

Sirojul Khafid

Suka makan kepala ikan.

ArtikelTerkait

Membayangkan Tokoh 'Emily in Paris' Bertandang ke Pleret, Bantul terminal mojok.co

Membayangkan Tokoh ‘Emily in Paris’ Bertandang ke Pleret, Bantul

3 November 2020
Opini Julia Suryakusuma terhadap Film ‘Tilik’ Berbau Kolonialisme Gaya Baru feminisme terminal mojok.co

Tidak Ada yang Salah dari Kritik Film Tilik Melalui Kacamata Feminisme

24 Agustus 2020
pasal

Menghakimi Status di Instastory: Pasal Mana Pasal?

19 September 2019
6 Tokoh Paling Wangun dalam Serial Drakor Horor ‘Sweet Home’ terminal mojok.co

6 Tokoh Paling Wangun dalam Serial Drakor Horor ‘Sweet Home’

10 Januari 2021
Penting tapi Kadang Dilupakan: Kursi Tunggu di Tempat Belanja terminal mojok.co

Belanja Lebaran Bareng Om Baudrillard

4 Juni 2019
merindu tapi tak dirindu

Merindu Tapi Tak Dirindu Itu Enak Nggak Sih?

10 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.