Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Apakah Mahasiswa STAN Kenal Jargon “Hidup Mahasiswa Indonesia”?

Fatimatuz Zahra oleh Fatimatuz Zahra
1 Oktober 2019
A A
hidup mahasiswa indonesia stan

hidup mahasiswa indonesia stan

Share on FacebookShare on Twitter

Pernah nggak sih kita berfikir tentang siapa yang sebenarnya di definisikan sebagai mahasiswa? Dalam KBBI mahasiswa diartikan sebagai seseorang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, sehingga memiliki implikasi secara langsung atas status pendidikan tertinggi dalam pendidikan formal. Namun sejumlah pakar kemudian menambahkan definisi mahasiswa dengan berbagai peranan pentingnya baik secara keilmuan maupun dalam struktur sosial. Sehingga sekurang-kurangnya ada tiga peran yang masyarakat tumpukan kepada mahasiswa, yaitu sebagai agent of change, social control, dan guardian of value.

Terlepas dari sisi ideal yang diharapkan tersebut, mahasiswa dan segala permasalahan hidupnya mulai dari dilema skripsi, kehidupan asmara sampai kepekaannya terhadap isu sosial dan lingkungan sering menjadi perbincangan dan bahan tulisan yang menarik. Apalagi belakangan ini mahasiswa sedang gencar-gencarnya menyuarakan aspirasi mereka dengan berbagai cara seperti demonstrasi, menulis hingga memanfaatkan almamater untuk ngomong di TV dan bertindak seolah mewakili aliansi(untuk tidak disebut cari panggung).

Di tengah gencarnya topik pembahasan mengenai mahasiswa “turun ke jalan” ini, apakah kita sempat berfikir sedang apa, dan di mana (keberpihakan) mahasiswa Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) seperti STAN, STIS, dan kawan-kawannya?

Ketika saya mencoba menelusur kata “mahasiswa” di Google, hasil pencarian teratas adalah video dan berita mengenai aksi protes kepada pemerintah belakangan ini. Hal ini berlaku hampir sama ketika kata kunci tersebut saya tambahkan dengan nama kota ataupun nama perguruan tinggi seperti “mahasiswa malang”, “mahasiswa unhas”, ataupun “mahasiswa ugm”.Khusus tentang mahasiswa ugm, hasil pencarian yang muncul sangat beragam mulai dari demonstrasi, prestasi sampai track record kasus kekerasan yang kunjung padam. Tapi soal BEM KM keluarga muslim UGM yang menarik diri dari aksi lalu tiba-tiba ketuanya tampil mewakili aliansi, belum banyak yang mengabarkan. Mungkin masih sibuk fangirling. Lupakan soal keanehan ketua BEM itu, karena itu tidak lebih seru dibanding ngrasani anak STAN dan PTK yang lain.

Saat saya menambahkan kata STAN di mesin pencarian Google, muncul beberapa hasil pencarian yang kurang lebih serupa misalnya tentang penerimaan pegawai Kemenkeu, CPNS, dan lain-lain. Satu hal unik yang sempat saya temukan yaitu kutipan pidato Ibu Menkeu, Sri Mulyani yang mengatakan bahwa mahasiswa STAN yang ikut demo pastilah belum pernah berkonsultasi kepada beliau. Kutipan tersebut diambil dari pidato Ibu Sri Mulyani pada kuliah umum STAN tahun 2017.

Yang membuat saya keheranan, mengapa kesan yang tertangkap menjadi sedemikian jauh ketika mencari kata kunci mahasiswa kemudian menambahkannya dengan kata kedinasan. Saya pikir hal ini hanya terjadi pada mesin pencarian Google, tapi ternyata tidak. Saya sempat bertanya kepada beberapa orang teman saya dengan pertanyaan yang kurang lebih begini “mahasiswa STAN ikut demo nggak ya?” lalu jawaban kawan-kawan saya kurang lebih sama, yaitu mengatakan, “lah mana mungkin? Nanti bisa membahayakan beasiswa mereka. Wong hidupnya sudah dijamin sama negara, mana berani mengkritik pemerintah.”

Setelah saya pikir-pikir mungkin argumen teman-teman saya ada benarnya juga. Cak Rusdi dalam bukunya yang berjudul “Jurnalisme Bukan Monopoli Wartawan” membeberkan banyak hal yang dapat menjadi bencana jurnalisme dan tingkat validitas informasi yang disampaikan, di antaranya dalah kedekatan jurnalis dengan sumber dana/pemilik modal/penguasa sehingga yang disampaikan cenderung tidak netral. Begitu pula yang dikatakan dosen saya dalam mata kulaih filsafat seni, bahwa untuk mengapresiasi suatu karya(baik dengan kritik maupun pujian) diperlukan jarak yang proporsional, tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat, tidak terlalu cinta dan tidak terlalu benci. Mungkin hal ini yang terjadi pada teman-teman mahasiswa kedinasan, tidak lagi terbuka ruang kritik bagi penguasa, karena bila macam-macam sedikit maka akan berakibat pada keterjaminan masa depannya.

Opini dari beberapa mahasiswa dan alumni dari kampus kedinasan biasanya akan mengarah pada keinginan terhadap keterjaminan pekerjaan, bahkan ada yang mengatakan begini, “ya enaknya sekolah kedinasan kan lulus langsung jadi PNS, dengan begitu kondisi perekonomianmu tidak akan bergantung pada kondisi pasar modal. Akan stabil”. Hal ini mungkin juga turut memberikan andil terhadap kepekaan mereka atas situasi sosial.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Teman SMA saya bahkan orangtua saya dulu sering sekali menawarkan mimpi indah masuk PTK dengan satu-satunya alasan bahwa “masa depan terjamin” tidak seperti kuliah di perguruan tinggi lain, apalagi di filsafat UGM yang sedari awal dibentuk untuk tidak punya masa depan. Tapi saya selalu punya jawaban untuk menolak tawaran itu dengan, “lha memang mereka itu siapa to? Tuhan? Kok berani menjamin masa depan.”

Selain keterjaminan masa depan, relasi kuasa juga turut andil dalam membentuk pola pikir kawan-kawan di PTK. Mulai dari relasi kuasa kakak tingkat-adik tingkat, sampai pada pemerintah selaku pemilik modal. Kemapanan demi kemapanan yang dijanjikan tersebut kemudian mengikis peran mahasiswa yang digharapkan dapat menjadi agen perubahan, kontrol sosial serta pemegang teguh nilai masyarakat. Di sini, apa yang dikatakan Bung Karno bahwa kekayaan yang dimiliki para pemuda adalah idealisme itu hilang. Lha buat apa idealis, kalau pragmatis membuat hidup lebih terjamin? Buat apa memegang teguh nilai-nilai yang abstrak itu, kalau segala kebutuhan diri sudah terpenuhi?

Padahal jargon “hidup mahasiswa Indonesia” yang biasanya dikobarkan saat sedang menggelar aksi itukan mestinya berlaku untuk semua yang berstatus mahasiswa, to? Atau jangan-jangan jargon itu tidak lengkap, yang mungkin jika dilengkapi akan berbunyi begini “hidup mahasiswa Indonesia, yang bukan kedinasan!” (*)

BACA JUGA Mahasiswa dan Polisi: Renggangnya Hubungan Baik Saya dengan Kakak Akibat RUU Ngawur dan Elite Politik atau tulisan Fatimatuz Zahra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 1 Oktober 2019 oleh

Tags: agent of changeaksi mahasiswaMahasiswamahasiswa indonesiaSTAN
Fatimatuz Zahra

Fatimatuz Zahra

Sedang belajar tentang manusia dan cara menjadi manusia.

ArtikelTerkait

5 Privilese Ngekos Bareng Ibu Kos yang Banyak Orang Nggak Tahu Mojok.co

5 Privilese Ngekos Bareng Ibu Kos yang Banyak Orang Nggak Tahu

18 September 2025
Pengalaman Saya Menjadi Joki Skripsi yang Penghasilannya Nggak Main-main terminal mojok.co joki tugas

Kok Bisa Ada Mahasiswa yang Bangga Pakai Jasa Joki Tugas, Sehat, Bos?

5 Februari 2023
Mahasiswa UTM, sawang sinawang

Inilah Alasan Mahasiswa UTM Layak Disebut sebagai Mahasiswa Tahan Banting

8 April 2020
demonstrasi tolak omnibus law uu cipta kerja garut pt chang shan reksa jaya alasan buruh ikut aksi mojok.co

Bertanya Langsung Alasan Buruh Garut Ikut Demo Omnibus Law Cipta Kerja 

9 Oktober 2020
Senangnya KKN Bareng Mahasiswa “Sultan”, Program Lancar Tanpa Keluar Banyak Uang Mojok.co

Senangnya KKN Bareng Mahasiswa “Sultan”, Program Lancar Tanpa Keluar Banyak Uang

3 Juni 2025
skripsi pandemi tips agar skripsi cepat selesai skripsi ditiadakan, skripsian di rumah Pak Jokowi, Selain UN, Skripsi Juga Harusnya Ditiadakan Tahun Ini

Pak Jokowi, Selain UN, Skripsi Juga Harusnya Ditiadakan Tahun Ini

25 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.