Nggak usah tanyakan lagi perihal masalah ini kalau di Indonesia. Beda negara beda juga budayanya. Beda Korea beda juga Indonesia. Idol-idol Korea yang punya kulit glowing dan mulus yang bahkan mengalahkan kulit perempuan pada umumnya, memang sudah jadi standar kecantikan di sana. Tubuh proporsional, wajah menarik, serta kulit glowing dan mulus jadi syarat kalau mau bersaing di dunia hiburan yang keras di sana.
Korea bisa dibilang sangat terbuka dengan laki-laki yang menggunakan riasan dan skin care. Entah itu idol maupun warga biasa. Saya sering lihat banyak ulzzang yang juga semenarik idol-idol Korea. Hmm…ulzzang itu kalau di Indonesia seperti selebgram deh saya rasa. Karena mereka selalu berpenampilan menarik layaknya idol-idol pada umumnya tapi mereka bukan idol.
Ulzzang laki-laki di Korea bahkan terlihat sangat menarik dengan tubuh proporsional dan wajah yang tampan. Wajah tampan saja nggak cukup kalau nggak dirawat. Nggak heran ulzzang laki-laki atau warga biasa punya kulit yang mulus dan glowing. Malah saya pernah lihat sejak masih usia dini, Anak-anak sudah mendapatkan perawatan kulit wajah mereka. Baik itu perempuan atau laki-laki.
Kalau di Indonesia? Oh jangan ditanya. Negara ini belum cukup ramah dengan yang namanya laki-laki merawat kulit. Laki-laki yang merawat kulit dengan skincare akan dianggap seperti dosa besar karena menurut kebanyakan orang Indonesia laki-laki itu harus macho. Harus terlihat garang. Haduh nggak cocok deh pakai skincare apalagi make up. Memang pandangan yang sempit dan konservatif.
Pikirnya, kalau laki-laki yang hobi merawat kulit hingga kulitnya glowing dan mulus dianggap klemar klemer kalau orang Jawa bilang. Alias kayak perempuan. Pasti sifatnya juga begitu. Leyeh-leyeh dan manja. Hah? Saya tercengang. Jujur saya pernah dikelilingi orang-orang dengan pemikiran sempit macam ini.
Kalau dipikir-pikir laki-laki yang punya kulit mulus dan glowing itu bisa jadi memang dari lahir tipe kulitnya sudah seperti itu. Kalaupun dirawat memangnya kenapa? Itu kan bentuk self-love mereka. Gembar-gembor tentang self-love tapi julid juga kalau laki-laki hobi merawat diri. Maunya apa sih?
Saya besar di keluarga yang juga konservatif. Lahir dari orang tua yang cukup konservatif tapi masih bisa ditolerir. Orang tua saya ini memang agak sensitif dengan hal yang berbau seperti yang saya tulis di atas. Pasti langsung disangkut pautkan dengan LGBT. Tapi senangnya saya adalah mereka bisa menerima pendapat kalau kalau bilang ini dan itu. Jadi mereka paham sebenarnya pemikiran orang tua dengan anak muda itu jelas berbeda.
Ibu saya pernah mengatakan kalau idol-idol Korea itu kenapa memakai riasan seperti eye shadow dan bahkan lipstick. Nah, mulai deh disangkut pautkan dengan hal-hal semacam logo pelangi itu. Namun, setelah saya jelaskan memang standar kecantikan di Korea ya seperti itu. Ibu saya ya paham tuh ternyata. Bisa menerima perbedaan budaya. Tapi memang kalau di Indonesia masih sangat sulit.
Saya paling sebal kalau sudah ada orang yang nyinyir masalah kulit orang lain. Apalagi ini laki-laki yang julid tentang laki-laki lain. Hadeh. Saya mengalami ini. Dikelilingi dengan lingkungan pertemanan yang toxic. Pernah beberapa kali saya dikelilingi dengan mantan-mantan pacar yang punya mulut tidak pernah disekolahi.
Mantan-mantan saya itu selalu beranggapan bahwa diri mereka sudah yang paling macho dan paling kuat gara-gara mereka nggak pernah cuci-cuci wajah pakai sabun dan nggak pakai skincare. Mereka jijik dengan laki-laki yang punya kulit glowing dan mulus. Hah! Apaan deh padahal waktu sekolah dulu ada mantan saya yang selalu bawa nivea man kalau ke sekolah. Idih.
Lantas, memang salahnya di mana kalau laki-laki punya kulit glowing dan mulus. Berarti mereka punya kesadaran dong untuk merawat kesehatan dan kebersihan kulit wajah. Seperti yang teman saya alami beberapa waktu ini. Teman kuliah saya ini laki-laki.
Dia posting foto dirinya di Twitter disertai dengan isi chat dari ibunya yang bilang kalau foto profil yang teman saya pakai itu seperti perempuan dan berakhir diceramahi dengan surga dan neraka. Jujur nggak sampai seburuk itu lho kalau lihat fotonya.
Saya mbatin sesaat. Setelah saya lihat fotonya. Astaga naga nggak ada sama sekali unsur wanita dalam fotonya. Malah saya lihat teman saya ini tampan kok dengan potongan rambut laki-laki banget! Pakai kaos dan celana jeans yang biasa dipakai pacar saya kalau kita mau pergi cari makan. Nggak ada yang salah dari caranya berpakaian lho. Lumrah sekali seperti laki-laki pada umumnya.
Namun yang jadi perhatian saya dan sepertinya ini inti dari permasalahan ibunya. Tone kulit teman saya yang cerah, glowing, dan mulus. Nah! Ini dia yang jadi permasalahan. Tone kulit yang cerah, glowing, dan mulus itu dianggap terlalu “cewek” menurut ibunya. Padahal saya rasa biasa-biasa saja. Teman saya ini di kehidupan nyata memang memiliki wajah yang cukup glowing dan mulus. Jerawat saja nggak ada deh kayaknya.
Anggapan kalau laki-laki itu harus maskulin dengan warna kulit coklat dan nggak pantas merawat kulit sampai glowing dan mulus itu benar-benar salah kaprah dan menyebalkan. Apa salahnya sih menjaga kesehatan dan kebersihan kulit. Sah-sah saja toh nggak merugikan siapapun. Kalau perempuan saja bisa memiliki wajah sesempurna idol Korea. Kenapa laki-laki nggak bisa?
BACA JUGA Menguak Misteri Kenapa Muka Orang Korea “Sama” Semua atau tulisan Ayu Octavi Anjani lainnya.