Dari sekian banyak alun-alun yang sudah saya kunjungi, saya rasa alun-alun kabupaten saya sendiri adalah alun-alun yang sangat memprihatinkan. Dibandingkan informasi dari beberapa alun-alun kabupaten lain yang saya baca di Terminal Mojok, tak ada yang lebih mengenaskan dari Alun-Alun Bangkalan Madura. Kondisi memprihatinkan ini bukan karena areanya sepi pengunjung ya, melainkan karena terlihat tak terurus. Intinya, sudah waktunya alun-alun ini direnovasi.
Meskipun tidak terurus, saya cukup bersyukur di alun-alun ini orang masih ramai beraktivitas. Dari pagi bahkan sampai malam hari, orang masih mondar-mandir di sini. Tak jarang ada pula kegiatan pasar malam di Alun-Alun Bangkalan Madura.
Sebenarnya tak mengeherankan jika alun-alun ini ramai. Sebab, saya sara memang hanya alun-alun dan Stadion Bangkalan fasilitas umum yang cukup nyaman bagi warga Bangkalan Madura saat ini. Oleh karena itu alangkah baiknya apabila alun-alun bisa segera direnovasi agar tak lagi memprihatinkan.
Daftar Isi
Trotoar dan beton banyak yang berlubang dan rusak
Saya mengakui, tampilan alun-alun di sebelah barat memang cukup bagus. Mungkin karena kebetulan berhadapan langsung dengan Masjid Agung Bangkalan Madura, ya. Tapi pemandangan sebaliknya akan kalian jumpai ketika berada di sebelah timur Alun-Alun Bangkalan Madura, lokasi yang banyak PKL-nya dan tentu saja jadi tempat aktivitas kebanyakan orang.
Sebelah timur Alun-Alun Bangkalan Madura kelihatan tak terurus. Di sebelah sini banyak trotoar berlubang, drainase rusak, dan pot beton yang sudah roboh. Saya amati ada dua faktor yang menyebabkan kerusakan ini. Pertama, akar pohon yang sudah besar dan mulai merambat. Kedua, para pengunjung yang terpaksa duduk di trotoar, drainase, atau pot beton tadi. Maklum, di area timur alun-alun ini memang tak ada area duduk khusus sama sekali bagi pengunjung.
Sebenarnya di bagian tengah alun-alun ada tempat duduk dekat tempat bermain anak. Tapi mohon maaf, tempat duduknya sudah nggak layak. Betonnya miring dan mejanya juga sudah mulai terkikis. Pokoknya sangat nggak layak kalau disebut meja taman, apalagi taman alun-alun.
Pagar Alun-Alun Bangkalan Madura banyak lepas dan nggak layak
Sampai sekarang saya masih bingung dengan fungsi pagar di Alun-Alun Bangkalan Madura. Dibilang untuk penghalang area lapangan, orang-orang tetap bisa nyelonong karena sudah banyak yang rusak dan lepas. Kalau dibilang untuk mempercantik alun-alun, penampakannya kok nggak estetis sama sekali. Mungkin kalau fungsi pagar ini diilustrasikan dalam kalimat jadi seperti ini: Saya harap, kalau bisa warga jangan masuk, ya! Hahaha.
Lagi pula kok bisa-bisanya sih alun-alun dikasih pagar. Kan ini konsepnya ruang terbuka bagi warga!
Bukan hanya itu, lampu-lampu yang menempel di pagar Alun-Alun Bangkalan Madura juga sudah nggak layak. Jadi, pagar alun-alun dipasang lampu pada tiap tiang dengan jarak 3 meter. Sejujurnya saya meragukan kalau masih ada lampu yang berfungsi. Sebab kalau kita perhatikan, banyak lampu yang miring, pecah, dan bahkan hanya gelantungan. Pokoknya sangat nggak meyakinkan, deh.
Catnya sudah pudar, bahkan terlihat kotor
Lagi-lagi, saya rasa area timur dan barat Alun-Alun Bangkalan Madura ini memang bak bumi dan langit. Di sebelah barat dicat penuh warna, sementara area di sebelah timur seperti dibiarkan saja. Padahal area di area timur sering sekali dijadikan pusat kegiatan, misal kirab budaya, agenda Agustusan, lomba patrol, car free day (CFD), hingga rentetan agenda hari jadi kabupaten selalu diadakan di area ini.
Tapi ya itu, jangankan dicat, beton yang mau dicat saja sudah banyak yang rusak. Tembok drainasenya sudah mirip air got, banyak lumutnya pula. Warna temboknya awalnya berwarna dasar biru, tapi karena sudah lama nggak dicat lagi, warnanya malah menyerupai warna airnya yang kotor.
Hal-hal yang saya sampaikan di atas hanya beberapa dari sekian banyak alasan kenapa Alun-Alun Bangkalan Madura memang perlu direnovasi. Belum lagi masalah sampah di sini. Hadeh, capek!
Sebagai warga saya hanya bisa berharap pihak pemkab bisa segera memperolah dana untuk memperbaiki alun-alun ini. Soalnya saya bingung, selalu saja anggaran yang jadi alasan ketika ada permasalahan di kabupaten ini. Memangnya selama ini anggarannya kabur ke mana, sih?
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.