Banyak alumni jurusan Bahasa dan Sastra Arab yang bekerja jadi teller bank, marketing, bahkan terjun ke dunia politik, yang nggak ada hubungannya dengan bahasa Arab. Kok bisa ya?
Sewaktu masih sekolah dulu, selalu ada senior yang sedang kuliah datang ke sekolah untuk mendoktrin juniornya yang hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mereka pasti mengatakan, “Jurusan kuliah yang kalian ambil nggak menjamin kalian kerja dan jadi orang kaya!” Makanya stigma yang muncul saat itu adalah kuliah saja dulu, urusan kerja belakangan.
Akan tetapi setelah 2 tahun menyelesaikan studi perkuliahan, saya menyesali apa yang dikatakan senior tersebut. Namun jika ditelisik lebih jauh, hal semacam ini bukan cuma saya yang merasakannya. Sebab, dari sekian banyak jurusan di perguruan tinggi, saya yakin alumninya ada yang bekerja nggak sesuai dengan ilmu jurusannya (linear).
Output dari jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA)
Hingga tulisan ini tayang, sebagai salah satu alumni jurusan Bahasa dan Sastra Arab, saya masih belum mendapat pekerjaan yang sesuai dengan keilmuan saya. Jika ditelaah dari visi misi jurusan, Bahasa dan Sastra Arab adalah keilmuan yang nantinya melahirkan alumni yang ahli dalam menerjemahkan, mengkaji keilmuan yang berbahasa Arab, dan sebagai peneliti sastra Arab.
Pertama, menerjemahkan. Salah satu tujuan jurusan Bahasa dan Sastra Arab adalah melahirkan alumni yang lihai menerjemahkan atau menjadi penerjemah yang memiliki kompetensi pendukung yang inheren, yaitu instruktur bahasa Arab. Setidaknya, pekerjaan ini logis untuk alumni BSA. Kalau saya amati, alumni BSA ada yang menjadi pembimbing jemaah haji atau umrah, atau bahkan mendirikan agen travel untuk keberangkatan haji dan umrah.
Kedua, mengkaji bahasa Arab. Saya nggak tahu pasti apakah ada lembaga pemerintah yang menyediakan pekerjaan sebagai pengkaji keilmuan berbahasa Arab, tapi visi misi jurusan Bahasa dan Sastra Arab ini biasanya dilakukan oleh dosen. Tentu untuk bisa mencapai ini kita nggak bisa mengandalkan Strata 1. Alumni mesti melanjutkan studi Strata 2. Maka nggak usah heran kalau banyak alumni jurusan BSA memilih lanjut kuliah Strata 2.
Ketiga, peneliti sastra Arab. Meski jurusan ini adalah sastra yang fokus ke bahasa Arab, menjadi sastrawan bukanlah output dari jurusan. Bahkan selama kuliah, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab nggak pernah belajar cara membuat karya sastra. Bukan sebuah kebanggaan bila ada mahasiswa yang ahli membuat puisi atau menulis novel. Tugas mahasiswa sastra adalah mengkritik karya sastra.
Kalian bisa membaca tulisan Mas Rahadi Siswoyo di Terminal Mojok yang membahas soal jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya sepakat dengan tulisan beliau karena di jurusan saya pun demikian.
Baca halaman selanjutnya: Banting setir ke pekerjaan lain…