CPNS lagi, CPNS lagi. Masa-masa tes penerimaan CPNS itu buat saya adalah masa-masa yang melelahkan, masa-masa yang bikin pusing. Bukan karena sibuk belajar tes CPNS atau sibuk mencari strategi agar diterima, tetapi karena CPNS itu tidak pernah menarik bagi saya. Iya, tes CPNS, bahkan menjadi PNS, tidak pernah ada dalam cita-cita saya—tidak juga jadi alternatif atau pilihan terakhir karier.
Terhitung sudah tiga tahun terakhir sejak saya lulus kuliah tahun 2021, permintaan untuk ikut tes CPNS selalu mendarat di telinga. Pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah ibu saya, beserta sebagian keluarga dekat. Tiap menjelang tes CPNS dibuka, saya selalu diminta mencoba ikut tes, meskipun hanya sebatas saran, tidak pernah ada paksaan. Tidak peduli apakah saya sedang punya pekerjaan atau tidak. Jawaban saya tentu sudah bulat dan keras, diikuti sederet alasan yang cukup kuat: tidak mau. Saya tidak mau jadi PNS.
Saya jelas tidak sendiri. Ada banyak orang—termasuk teman-teman saya—yang masih saja diminta bahkan dipaksa oleh orang tuanya ikut tes CPNS. Tak peduli meskipun mereka sudah punya kerjaan tetap. Maka dari itu, saya akan coba beri beberapa alasan yang bisa digunakan untuk menolak permintaan atau paksaan ikut CPNS, terutama dari orang tua.
Daftar Isi
#1 Tes CPNS itu terlalu melelahkan dan terlalu banyak “permainan”
Mungkin ini terlalu berlebihan, tapi melihat serangkaian tes yang menguras terlalu banyak tenaga dan mental itu menurut saya rasanya tidak terlalu sepadan. Sepakat atau tidak, ya terserah. Tenaga dan mentalnya mending diarahkan untuk tes pekerjaan lain saja. Belum lagi ada banyak “permainan” yang terjadi di dalam tes CPNS. Tidak lolos karena kalah dengan orang dalam, tidak lolos karena tidak ada “amplop” atau “amplopnya” kurang tebal. Big no! Jangan mau jadi bagian dari siklus seperti itu.
#2 Menjadi manusia yang tidak berkembang
Mengamati yang ada di sekitar saya, jadi PNS itu ternyata nggak menyenangkan dan membosankan. Semuanya serba jelas-nggak jelas. Dari kehidupan karier yang jauh dari kata menyenangkan itu, susah rasanya untuk bisa berkembang. Jabatan kalian mungkin bisa naik—itupun jika pandai menjilat dan cari muka—tapi skill set-nya ya stagnan di situ-situ saja, tidak berkembang. Sebab kita tahu sendiri, dunia PNS tidak perlu orang cerdas, tapi perlu orang yang pintar menjilat dan nurut.
#3 PNS terlalu “basah dan kotor”
Sudah jadi rahasia umum bahwa PNS, di beberapa sektor, adalah “lahan basah”. Tak perlu saya jelaskan, kalian pasti tahu apa maksudnya. Akibat dari “lahan basah” ini, beberapa sektor PNS itu juga adalah tempat yang “kotor”. Jika hal-hal “kotor” ini sudah ketahuan, kita tahu ke mana akhirnya.
#4 Hidup dikejar utang karena menggadaikan SK
Setelah diangkat jadi PNS, biasanya mereka akan menggadaikan SK ke bank untuk dapat pinjaman. Ada yang untuk bikin usaha, beli tanah, atau untuk bermewah-mewahan. Sialnya, uang pinjaman dari gadai SK PNS ini kadang seperti perjanjian dengan setan alias bisa seumur hidup, terutama untuk bisa melunasinya. Ada yang bisa melunasi dengan tepat waktu, tapi nggak sedikit orang yang seumur hidupnya dikejar utang karena belum bisa melunasi gadai SK ini. Siapa coba yang mau hidup kayak gini, coba?
#5 Kadang dapat stigma buruk masyarakat
Stigma PNS di beberapa kalangan masyarakat itu memang sudah terlanjur jelek. PNS itu dibilang pemalas, nggak niat kerja, nggak dedikatif, makan gaji buta, koruptor kecil, dan sebagainya. Hidup dengan stigma yang kadung buruk di masyarakat ini jelas nggak enak. Kalau kalian tahan, sih, ya monggo-monggo aja. Tapi, ya, sebaiknya jangan. Nggak ada orang tua yang tega lihat anaknya dapat stigma buruk dari masyarakat.
#6 Nggak semua PNS itu hidup makmur
Orang tua yang pengin anaknya ikut tes CPNS dan jadi PNS itu mungkin mikirnya bahwa PNS itu hidup makmur. Ada benarnya, tapi nggak semuanya. Benar bahwa PNS itu dapat gaji tetap dan pensiunan. Tapi kadang ada PNS di beberapa kota yang gaji dan biaya hidupnya nggak sejalan. Gajinya nggak seberapa, tapi biaya hidupnya terus melonjak naik. Akhirnya apa? Bisa jadi ikut nilep duit anggaran, korupsi, dan sebagainya. Amit-amit.
#7 Sektor swasta lebih menjanjikan
Ini mungkin tidak semua, tapi dari pengamatan saya di lingkungan sekitar, orang-orang, kawan-kawan saya yang kerja di sektor swasta ternyata lebih menyenangkan dan menjanjikan. Gaji mereka lebih besar, kerjanya lebih jelas, minim “permainan” dari hulu hingga hilir, dan tentunya lebih bisa berkembang dengan baik. Jadi, daripada ikut tes CPNS mending cari kerja di perusahaan swasta saja, sih.
Makanya, kalau kalian masih saja diminta atau bahkan dipaksa untuk ikut tes CPNS dan jadi PNS oleh orang tua kalian, silakan pakai 7 alasan di atas, atau pakai alasan-alasan kalian yang lain. Mungkin berhasil, mungkin juga tidak. Mungkin orang tua kalian juga punya kontra narasi alasan-alasan di atas. Tapi saya yakin, kalian yang baca ini sudah cukup pintar untuk membalas kontra narasi dari orang tua kalian.
Bahkan kalau kalian sudah punya pekerjaan tetap dan masih dipaksa untuk ikut tes CPNS, bilang saja bahwa pekerjaan kalian itu lebih memberikan banyak hal. Blang saja pekerjaan kalian lebih menjanjikan, jenjang kariernya lebih jelas, dan tidak ada keterlibatan anggaran negara atau uang rakyat di sana. Lebih aman, dan tentunya, lebih sedikit mudaratnya.
Pertanyaannya, apakah alasan-alasan di atas berhasil dengan saya dan orang tua saya? Jawabannya adalah belum berhasil, walau saya sudah pakai alasan-alasan di atas. Tahun ini, ketika saya belum punya kerjaan tetap, orang tua saya masih menyarankan untuk coba ikut tes CPNS. Sikap saya tetap sama: saya tidak mau. Saya tetap mau cari kerja yang non-PNS saja.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.