Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Di Sunda, Pesta Pernikahan Dianggap ‘Wah’ Ketika Menggelar Acara Dangdutan

Muhammad Ridwansyah oleh Muhammad Ridwansyah
25 November 2020
A A
Di Sunda, Pesta Pernikahan Dianggap 'Wah' Ketika Menggelar Acara Dangdutan terminal mojok.co

Di Sunda, Pesta Pernikahan Dianggap 'Wah' Ketika Menggelar Acara Dangdutan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Dangdutan memang cocok buat berbagai acara!

Sambil main gaple di pos ronda, saya berbincang tentang pernikahan dengan Mas Dahlan. Ia bilang bahwa pesta pernikahan di daerahnya ada acara ngunduh mantu. Jiwa wartawan di dalam diri saya yang ingin serba tahu dan banyak tanya, tentu saja tertarik untuk membahas acara tersebut.

Acara ngunduh mantu, kata Mas Dahlan, terkesan boros dan merepotkan karena mengadakan pesta pernikahan sebanyak dua kali. Namun, ia bilang bahwa pihak perempuan lah yang justru lebih repot karena banyak menanggung biaya resepsi. Lha, soal ini mah sama saja seperti di Sunda.

Saya kemudian bertanya, apakah acara ngunduh mantu ini wajib dilaksanakan? Tidak, jawabnya, hanya beberapa orang tua dari keluarga pihak pria masih melakukan budaya Jawa ini. Setelah berbincang cukup lama dengan Mas Dahlan, saya tersenyum sambil membatin, “Sepertinya, pesta pernikahan orang Sunda lebih merepotkan dan ribet.”

Begini. Jauh sebelum pesta pernikahan, orang Sunda sudah direpotkan dengan pertanyaan seperti, mau mengadakan acara apa nanti pas resepsi: dangdutan atau marawisan? Memang, umumnya hanya dua acara itu yang dijadikan pilihan. Pertanyaan tersebut biasanya ditanyakan oleh orang tua kami. Kalau kami pilih dangdut, biaya yang dikeluarkan gede. Sedangkan kalau pilih marawisan, sudah pasti disuruh dipertimbangkan lagi hingga akhirnya acara dangdutan yang kudu dipilih.

Bagi orang Sunda, mengadakan acara dangdutan di pesta pernikahan sudah semacam kewajiban. Sebab, jika tidak menggelar acara ini, bersiaplah seluruh keluarga menanggung malu. Bayangkan, betapa ngerinya nyinyiran tetangga ketika kami mengadakan acara marawisan yang terkesan biasa saja. Dan, alasan kami harus pilih acara dangdutan karena dangdut memiliki gengsi tersendiri. Sekaligus, kata orang tua kami, nikah kan sekali seumur hidup, jadi kudu “wah”. Saya heran, kenapa kebanyakan orang tua di daerah Sunda menilai acara dangdutan sebagai sesuatu yang istimewa?

Saya pernah punya pengalaman sentimentil terkait acara dangdutan, yaitu batal nikah dengan perempuan yang berasal dari Bandung, yang mana pihak keluarganya keukeuh ingin ngadain acara dangdutan. Saya bilang kepada pihak keluarga mantan pacar saya bahwa saya ingin ngundang band, waktu itu saya pengin ngundang Armada. Atau paling tidak, memaksimalkan teman-teman saya yang bisa nyanyi, main gitar, anak band lokal lah buat tampil di acara nikahan nanti dengan membawakan lagu-lagu khas 2000-an.

Mendengar keinginan saya, reaksi keluarga mantan pacar saya menolak keras. Padahal, acara band ketika tampil off air lebih mahal daripada dangdut. Bener-bener sudah kemakan sama acara dangdutan yang saya pikir banyak negatifnya. Alhasil, kami batal nikah. Eh.

Baca Juga:

4 Ciri Warung Sunda yang Masakannya Dijamin Enak, Salah Satunya Lalapan Selalu Segar

3 Kuliner Solo yang Bikin Culture Shock Lidah Sunda Saya

Di Sunda, saking pentingnya acara dangdutan, pihak keluarga perempuan sering kali ngutang berjuta-juta demi memeriahkan pernikahan putrinya. Hal ini mereka lakukan guna menutupi nyinyiran tetangga. Repotnya, tentu saja namanya utang kudu dibayar. Pernikahan yang tujuannya untuk bahagia, boleh jadi menderita setelahnya.

Saya sebenarnya kasihan sama perempuan-perempuan Sunda yang suka dianggap matre sama lelaki non Sunda. Sebab, pada dasarnya, kebanyakan yang matre itu bukan perempuannya, tapi pihak keluarganya. Dalam hal ini, saya tidak bermaksud membela perempuan yang berasal di tanah kelahiran saya, tapi kenyataannya begitu. Alhasil, orang tua yang kerap kali menang suara daripada anaknya yang hendak menikah.

Dari serangkaian pembahasan di atas, tentu saja bagi lelaki Sunda menjadi beban tersendiri. Kami pusing, harus bawa duit berapa atuh buat direstui sama pihak keluarga perempuan. Kalau bawa duit sedikit, malu benerlah. Sebab, yang malu juga nanti imbasnya untuk pihak keluarga lelaki. Dan, gara-gara masalah ini, banyak orang tua dari pihak perempuan dan lelaki menjadi tidak akur. Sehingga, nanti saling menyalahkan satu sama lain kalau terjadi polemik di antara anak-anaknya.

Lantas, kalau begitu, berarti laki-laki harus bawa duit banyak kalau mau menikah dengan sesama orang Sunda? Tidak juga, walaupun sudah bawa duit banyak, balik lagi ke cerita awal tadi, yaitu beberapa laki-laki kadang ada yang tidak suka sama acara dangdutan. Masalahnya di situ. Sehingga, jadi masalah tersendiri dengan pihak keluarga perempuan. Masalah ini, tidak bisa diselesaikan dengan perkataan, “Ya sudah, kalau cinta, nurut aja sama pihak keluarga perempuan. Toh, cuma dangdutan.”

Banyak sekali teman-teman saya bilang, “Cuma dangdutan”. Saya juga tahu soal itu, mah. Namun, bayangannya begini, bagaimana kalau acara dangdutan ini tumbuh terus sampai anak-anak kita nanti? Budaya Sunda, seperti ngabodor, wawayangan, kabaret, jaipongan, atau marawisan yang terkesan menyejukkan, hilang sudah sama acara dangdutan yang pengeluarannya gede.

Maksud saya adalah sesekali kita perlu protes sama orang tua kita untuk tampil beda. Seperti, mengadakan pesta pernikahan dengan memaksimalkan bakat teman-teman di sekitar kita yang seorang musisi, anak band, tari kedaerahan, dan masih banyak lagi. Saya pikir, ada banyak cara lain untuk tampil “wah” bukan dengan dangdutan saja. Daripada ngadain acara dangdutan dari hasil ngutang dan hanya karena pengin pujian dari tetangga, kan?

Saya menyaksikan banyak sekali tamu-tamu yang risih sama acara dangdutan ini. Apalagi goyangan artisnya bikin muak. Dan, dulu, ketika nikahan teman saya memakai konsep band seperti bawain lagu akad dari Payung Teduh, lalu lagu “Harusnya Aku” dari Armada, dan sebagainya, tamu malah senang dan ikutan nyanyi.

Jadi, apa nggak pengin nggak ngadain dangdutan melulu di pesta pernikahan?

BACA JUGA 4 Alasan Laki-Laki Sunda Nggak Mau Dipanggil ‘Kang’ dan tulisan Muhammad Ridwansyah lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Oktober 2021 oleh

Tags: dangdutanPernikahanSunda
Muhammad Ridwansyah

Muhammad Ridwansyah

Founder penulis Garut. Penulis bisa disapa lewat akun Twitter dan Instagram @aaridwan16.

ArtikelTerkait

8 Peribahasa Sunda yang Wajib Diketahui Gen Z jawa

Culture Shock Orang Jawa yang Merantau di Tanah Sunda, Banyak Orang Ngomong Pakai Dialog ala FTV

8 Juli 2024
ngasak beras nasi liwet tradisi ngaliwet sunda mojok

Apa pun Kegiatannya, Nasi Liwet Selalu Jadi Kudapan Primadona Orang Sunda

10 November 2020
bridal shower

Kepada Pelaku Bridal Shower di Tempat Umum: Dunia Bukan Milik Kalian Saja

26 Juni 2019
pernikahan di desa bedanya di kota hajatan mojok.co

Meluruskan Salah Paham Soal Pesta Pernikahan di Desa yang Bisa Berhari-hari

30 Maret 2020
kondangan saweran pernikahan dinda hauw MOJOK.CO

Saweran, Tradisi Pernikahan Sunda yang Sebaiknya Dihilangkan

5 Februari 2021
Kalian Marah Teman Kalian Jadian sama Mantan Pacar? Ra Mashok! pernikahan beda agama

Bikin Konten Nangis di Pernikahan Mantan Itu biar Apa sih? Biar Dihujat? Orang kok Hobi Banget Cari Penyakit

6 Juli 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.