Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menjadi Pengangguran di Kampung Sendiri itu Tidak Lebih Baik

Muhammad Ikhdat Sakti Arief oleh Muhammad Ikhdat Sakti Arief
8 Mei 2019
A A
Tips Lulus Cepat dan Cum laude Tidak Berfungsi untuk Kaum Bad Luck terminal mojok.co

'Tips Lulus Cepat dan Cumlaude' Tidak Berfungsi untuk Kaum Bad Luck terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Setelah menjadi mahasiswa di salah satu pergururan tinggi selama kurang lebih sepuluh semester (sangat memuaskan), momen yang ditunggu akhirnya datang juga. Setelah penantian panjang yang tidak mudah, diterus diterpa pertanyaan “kapan wisuda” dari manusia-manusia  akhir zaman, akhirnya saya bisa juga merampungkan skripsi. Benar kata orang, tidak usah terlalu dipikirkan, kita semua akan wisuda dan akan jadi pengangguran pada waktunya. Walaupun kadang-kadang lama.

Saya nggak akan lagi mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan sebagai mahasiswa tingkat akhir. Nggak akan ada lagi yang nanyain kapan wisuda—orang saya sudah wisuda. Nggak perlu lagi repot repot minta tanda tangan dosen sana sini. Nggak perlu minder lagi buat buka grup angkatan. Sekali-sekali ngasih motivasi buat teman seangkatan yang lagi berjuang. Kadang juga ngatain teman seangkatan yang ngampus mulu. Kalo udah mau wisuda mah bebas. Lagian udah semester sepuluh, ke kampus kok jam tujuh? Ngapain, mau bersihin kelas? Ampas!

Dulu waktu masih jadi mahasiswa, hobi saya itu ngatain teman seangkatan yang udah wisuda tapi masih nganggur. Mampus. Mereka nggak bisa ngatain balik lah. Saya kan masih mahasiswa (waktu itu), bukan pengangguran. Tapi kayaknya sekarang sudah tidak bisa lagi. Sudah sama-sama nganggur soalnya..

Pengangguran itu manusia no-life yang jadi beban negara, nggak tau mau ngapain dan suka nyalahin pemerintah karena nggak punya kerjaan padahal dianya aja yang malas. Yah kayak saya ini lah.

Setelah dipaksa harus menjawab pertanyaan kapan wisuda, pertanyaan “kerja di mana” akan menjadi pertanyaan menohok selanjutnya. Manusia-manusia macam ini kayaknya memang harus berangus. Nggak tau apa rasanya ditanya macam itu. Sakit; lebih sakit daripada ditinggal pas lagi sayang-sayangnya.

Karena sudah jadi pengangguran dan supaya dilihat ada yang dibuat, saya coba-coba buat nyari kerja. Tapi apa daya, lowongan buat jadi CEO nggak ada. Selain nyari-nyari lowongan kerja, saya juga coba-coba (coba terooos) buat ngirim artikel-artikel ringan di media, dan mojok ini salah satunya. Mojok itu media anti mainstream, semua artikelnya bisa buat orang jadi smart people dan tentu saja ini menjilat supaya tulisan ini dimuat. Tapi yah namanya usaha, artikel saya kadang dimuat, kadang tidak.

Berkaca dari para pendahulu saya (teman seangkatan yang wisuda lebih dulu tapi masih nganggur sampai sekarang, mamam); pengangguran itu kelihatan seperti momok. Kok bisa gitu. Padahal menurut saya nganggur itu adalah sebuah kegiatan paling gampang. Situasi dimana kita nggak harus mikir banyak, nggak banyak gerak. Kita hanya perlu fokus untuk tidak melakukan apa-apa. Setiap orang punya perspektif berbeda soal nganggur-menganggur ini.

Banyak saran dari orang-orang tentang apa yang seharusnya kita lakukan. Dari sekian banyak saran, ternyata ada juga yang ngasih saran paling nggak masuk akal menurut saya. “Daripada situ nganggur di tanah rantau ini, mending situ pulang kampung”. Yah, kira kira seperti itulah sarannya. Lah, Kalo emang pulang kampung jadi nggak nganggur dan bisa langsung dapat kerja, kenapa tidak. Tapi kalau ujung-ujungnya nganggur juga, lah nggak ada bedanya.

Baca Juga:

Cari Kerja Memang Susah, tapi Bertahan di Lingkungan Kerja Toxic Juga Nggak Ada Gunanya

Derita Jadi Lulusan PPG: Statusnya Saja Guru Profesional, tapi Cari Kerja Tetap Susah

Asal tau saja, nganggur di kampung sendiri itu tak lebih baik daripada nganggur di tanah rantau.

Menjalani hidup sebagai seorang pengangguran sebenarnya menyenangkan. Pengangguran itu nggak terlalu sibuk, karena pada dasarnya memang menganggur itu adalah sebuah seni yang tidak semua orang kuat untuk menjalaninya. Yang membuat status pengangguran ini jadi begitu menyakitkan karena kita dikeliingi oleh orang-orang yang terlalu kepo dengan hidup kita. Selalu ingin tau. Bertanya kerja di mana, sebulan gaji berapa, dan lain sebgainya. Tolonglah, kita juga lagi nyari. Tidak perlulah dibebani dengan pertanyaan macam itu.

Jangan harap dengan pulang kampung halaman, kita tidak akan dapat tekanan batin seperti itu. Tak ada bedanya. Seorang pengangguran itu entah kenapa selalu menarik perhatian orang untuk bertanya-tanya. Apalagi kalau kamu seorang lulusan perguruan tinggi. Sarjana loh ini, masa nganggur. Jangan kaget kalau misalnya kita jadi objek pembicaraan. Hidup memang seperti iu. Jadi jangan telalu banyak berharap kamu nggak bakal jadi omongan orang dengan pulang kampung. jangankan nganggur, sudah kerja pun pasti masih ada yang nyinyir.

Orang yang sudah bekerja pastilah sudah memiliki penghasilan. Berkebalikan dengan seorang pengangguran, dia tidak punya sumber pemasukan sama sekali. Jangan pernah berpikir dengan pulang kampung, langsung auto punya-penghasilan. Tidak seperti itu anak muda. Jangan mimpi terus, bangun! Pulang kampung halaman tidak akan membuatmi punya pengahsilan secara ajaib. Sama saja. Jadi diharapkan untuk tahu diri.

Daripada pulang kampung, terus ujung-ujungnya tetap aja jadi pengangguran, mending coba lah buat nyari kerja di tempat rantauan. Lapangan pekerjaan di tanah rantau itu, apalagi di perkotaan dijamin lebih banyak daripada di kampung. Kalo pulang kampung, Sarjana Pendidikan macam saya mentok-mentok jadi guru honorer. Digaji 3 bulan sekali, dan kalo lagi sial, gajinya paling cuma 300 ribu.

Jadi guru memang mulia, mencerdaskan kehiduan bangsa. Tapi hidup dengan penghasilan segitu tidaklah mudah. Jangan coba-coba ngelamar anak gadis dengan gaji segitu, calon mertua bakal mikir 3000 kali buat nerima.

Ingat, di zaman modern ini, dengan segala kecanggihan teknologinya, tetap saja, cinta belum bisa buat ngasih makan anak orang.

Terakhir diperbarui pada 12 Mei 2019 oleh

Tags: cari kerjaLulus KuliahPengangguran
Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Muhammad Ikhdat Sakti Arief

Nama saya Ikhdat, seorang pengangguran (semoga cepat dapat kerja) pecinta senja, penikmat kopi (biar dibilang anak indie) yang suka nulis.

ArtikelTerkait

4 Hal yang Sering Disepelekan oleh Fresh Graduate Selama Proses Mencari Pekerjaan terminal mojok

4 Hal yang Sering Disepelekan oleh Fresh Graduate Selama Proses Mencari Pekerjaan

24 September 2021
resign

Bagi Para Karyawan, Semua Akan Resign Pada Waktunya

19 Juni 2019
gangguan kesehatan mental

Bukan Joker, Gangguan Kesehatan Mental Adalah Masalah Kita Bersama

10 Oktober 2019
tukang pangkas rambut

Tukang Pangkas Rambut Berpenghasilan 45 Juta Tiap Bulan: Makanya Jangan Suka Menyepelekan Pekerjaan Orang

8 Agustus 2019
Derita Jadi Lulusan PPG: Statusnya Saja Guru Profesional, tapi Cari Kerja Tetap Susah Mojok.co

Derita Jadi Lulusan PPG: Statusnya Saja Guru Profesional, tapi Cari Kerja Tetap Susah

24 September 2025
Sidoarjo Perlakukan Anak Muda seperti Pengemis Kerja (Unsplash)

Ketika Disnaker Sidoarjo Memperlakukan Anak Muda seperti Pengemis Kerja Padahal Pemerintah Gagal Menyediakan Lapangan kerja bagi Anak Muda

7 Juni 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual! Mojok.co

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

12 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi
  • UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan
  • Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.