Sebulan terakhir ini saya selalu menyempatkan diri menonton acara Santuy Malam yang ditayangkan Trans TV setiap Senin sampai Jumat, pukul 7 malam. Seperti diketahui, pengisi acara tetap di program ini adalah “trio komedi” Sule, Andre, dan Nunung, yang sebelumnya mengisi acara “Ini Talkshow” di Net TV.
Sebagai program boyongan, tak ayal Santuy Malam masih menjadi ajang komparasi dengan Ini Talkshow. Apakah akan lebih menarik? Apakah akan lebih sukses? Dan yang penting, apakah akan lebih lucu?
Walaupun ada Andre dan Nunung, menurut saya, acara ini tetap mengandalkan talenta Sule untuk menghidupkan suasana. Sebagai komedian, buat saya kemampuan Sule dalam mengolah materi lawakan dan memainkan bahasa tubuh, sudah tidak diragukan lagi.
Kehadiran Andre dan Nunung bukannya tanpa arti. Andre sendiri yang pada dasarnya bukan komedian, sebenarnya bisa mengimbangi lawakan Sule. Sementara Nunung yang sudah lama malang melintang di dunia komedi sebagai salah seorang anggota Srimulat, masih seperti biasanya hanya berperan sebagai objek penderita.
Sebulan pertama penayangan program Santuy Malam ini, sepertinya hanya Sule yang terlihat outstanding. Walaupun saat peluncuran ia menegaskan penampilan mereka bertiga, tapi setelah menonton programnya, buat saya ini ya programnya Sule.
Setelah sebelumnya bermain dengan konsep bincang-bincang (talk show), kali ini mereka hadir dengan konsep ala sketsa komedi. Interaksi antara mereka dan artis bintang tamu pun dilakukan sambil beradegan. Dengan konsep ini mereka memiliki peran masing-masing yang walaupun, menurut saya, brandingnya masih belum cukup kuat.
Andre berperan sebagai pemilik cafe, sementara Nunung (katanya) diposisikan sebagai asisten Andre. Di sini saya merasa peran Nunung belum tergambarkan dengan jelas sebagai asisten Andre, baik dari segi penampilan maupun perannya dalam adegan sketsa. Sule sendiri memiliki peran utama sebagai preman. Atau mungkin pengangguran dan penjaga WC? Maaf saya hanya bisa mengambil kesimpulan dari jenis kostum yang ia kenakan.
Walaupun masing-masing memiliki peran utama, namun sesuai konsep kreatif mereka juga memainkan beberapa peran lain seperti Sule sebagai Pak RT, Nunung sebagai salah satu kembaran bintang tamu, atau Andre yang jadi Buto Ijo. Apa pun perannya, buat saya kekuatan hiburan dan kelucuan tetap dibebankan ke Sule. Di beberapa segmen bahkan terasa sangat biasa sebelum kehadiran Sule. Padahal tujuan acara ini so pasti adalah untuk memancing tawa penonton dan pemirsa secara kontinu.
Ngelawak itu susah, setuju! Saat bekerja di tipi dulu, saya mengalami sendiri betapa susahnya bikin skrip lawakan. Apalagi saya bukan pelawak. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk membangun kelucuan adalah gimmick, misalnya adegan tertentu yang dimainkan oleh pengisi acara untuk menarik perhatian penonton. Biasanya ditunjang properti khusus, baik berupa barang, baju, atau, dandanan khas.
Pada akhirnya, tim produksi memang berharap pada sang artis untuk dapat mengeksekusi konsep gimmick dengan baik. Beberapa gimmick yang telah ditampilkan antara lain penggunaan properti thermo gun yang bisa mengeluarkan air atau bahan lain yang tidak diduga, Yongki Show, Wayang Santuy, atau selipan adegan nyanyi dan joget yang entah sudah ada di skrip atau spontanitas. Buat saya, musik dan joget cukup bisa jadi penyelamat kalau jokes sudah mulai garing.
Dari beberapa gimmick tersebut, yang saya sukai dan saya anggap lucu justru “tompel gagap” yang dipakai Sule dan bisa dipindah ke artis lainnya yang akhirnya jadi gagap, dan “konsep lama” Wayang Santuy. Kembali lagi, kedua gimmick tersebut sangat bergantung kepada talenta Sule semata.
Jadinya, saya nonton Santuy Malam ya untuk nonton Sule. Lumayan bisa jadi salah satu alternatif tontonan hiburan menemani waktu makan malam dan istirahat. Dan kalau ada yang mirip-mirip dengan program sebelumnya, harap dimaklumi saja. Sesuai grafis yang ditampilkan di awal program, “Kesamaan nama dan lokasi hanya kebetulan, jadi santuy aja doong…”
Sumber gambar: IG @ferdinan_sule
BACA JUGA Penipu Online Sebaiknya Tetap Meremehkan Tata Bahasa Indonesia, Sekarang dan Selama-lamanya dan tulisan Dessy Liestiyani lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.