Di era digital yang canggih ini banyak orang-orang yang mengekspresikan segala sesuatunya melalui media sosial. Salah satu platform yang mereka gunakan yaitu YouTube. Beberapa orang menggunakan YouTube sebagai konten untuk edukasi, prank, atau review segala sesuatu, termasuk mereview makanan dan minuman. Dengan kamera dan microphone yang dibawa, para food hunter atau food vloger berlomba-lomba untuk mereview makanan dan minuman yang mereka icip-icip selama berjelajah kuliner seharian.
Beberapa orang mereview makanan dan minuman mereka selama berkuliner dengan hasil yang cukup nyeleneh. Misalnya, ”Hmmm parah… donatnya rasa donat banget.”
“Ini telornya, hemmm… enduls banget kuningnya kayak telor kuning banget.”
“Boba coklatnya mantul banget kayak ada rasa tepung tapiokanya gitu.”
“Bakso sapinya enak, Guys. Kayak ada rasa sapi gilingnya.”
Tentu saja mereview dengan hasil review seperti ini kurang menarik dan membosankan untuk orang-orang yang menonton alias terlalu mainstream, Bung. Lalu, bagaimana kalau anak Teknologi Pangan yang mereview makanan dan minuman yang mereka icip-icip? Saya yakin pasti bakal seru dan beda dari orang-orang biasanya. Mungkin yang akan terjadi bakal seperti ini:
Anak Teknologi Pangan Review Makan Donat
“Halo, Guys. Hari ini aku mau makan donat kentang dan ngereview rasa donat yang aku beli di depan Pasar Giwangan. Pertama kita lihat dulu bentuknya. Bentuknya agak berantakan ya, Guys karna segala sesuatu tidak ada yang sempurnah tetapi overall cukup bagus yang penting rasanya.
Oke kita coba rasa donatnya guys, hmm rasa adonan dan margarinya bersahabat banget guys kaya lagi awal-awal pdkt terus Saccharomyces cerevisiaenya gak berlebihan guys sehingga mengembang sempurna, kita bisa lihat warna donatnya di sini kecoklatan guys yang menandakan adanya reaksi mailard akibat gula pereduksi dengan minyak panas menyatu dan yang utama H₂0 yang mengakurkan semua komponen nggak terlalu banyak dan sedikit sehingga donatnya empuk kaya kasur di kost-kostan ”
—Rara mahasiswi Teknologi Pangan yang sedang merintis menjadi food vlogger anti mainstream.
Anak Teknologi Pangan Review Makan Gorengan Tempe
“Hai men, d ihari minggu yang hujan gini enaknya makan yang anget-anget. Barusan aku beli gorengan oke let’s go kita santap dan review rasanya gimana.
Ini guys gorengan tempe yang aku beli tadi, tampilnya kaya bantal guling alias tebel banget tepungnya gak mau pisah kaya ibu dan anak yang lama nggak ketemu. Kita lihat fungi Rhizopus oligosporus menyatu terfermentasi dengan sempurnah beserta bumbu-bumbunya seperti Sodium chloride, Mononatrium glutamate, Allium sativum, Coriandrum, sativum dll meresap sampai kepori-pori tempe. Tetapi sayang guys, gorengan tempenya terlalu oili dengan kisaran lemak 2,28 g/potong tidak terlalu baik bagi saya sebagai pecinta gorengan untuk dikonsumsi setiap jam “
—Oza lelaki gembul mahasiswa Teknologi Pangan yang mencoba diet sehat.
Anak Teknologi Pangan Review Yoghurt
“Hallo apa kabar guys, hari ini aku mau review yoghurt rasa strawberry yang aku beli di supermarket tadi. Kita lihat packagingnya amat menawan kaya orang-orang mau shalat jum’atan. Kita coba ya guys rasanya gimana, hemm fermentasi susu dan Lactobacillus bulgaricus pas banget nggak terlalu lebih atau kurang sehingga di lidah menyatu, penambahan fragaria atau strawberry pada yoghurt membuat varian rasa semakin nikmat saat dicoba. Fyi ya guys manfaat mengkonsumsi yoghurt ini di antaranya membantu sistem pencernaan kita lebih lancar tetapi inget ya jangan minum yoghurt 100x dalam 1 jam hehe”
—Kayla anak Teknologi Pangan yang sering ngadem di supermarket giwangan.
Anak Teknologi Pangan Review Es Teh
”Siang guys hari ini cuaca panas banget paling enak kalo kita minum es teh, yuk kita coba dan review gimana rasa es teh angkringan depan kampus ter legend ini. Oke kita review dulu gelas yang digunakan berwarna bening sebening kehidupan yang ada, kita coba rasa tehnya gimana. Hemm rasa tanin yang terkandung pada teh kuat banget jadi rasa sepet sepet gimana gitu, Fyi guys manfaat tanin dalam teh salah satunya membantu menetralkan lemak dalam makanan. Glukosa yang menyatu dengan H₂0 dengan penambahan es batu sangat pas dan tidak berlebihan sehingga tidak mengganjal di tenggorokan.”
—Ananta mahasiswa Teknologi Pangan yang hobi makan es batu itu.
Begitulah kira-kira reaksi mahasiwa ataupun mahasiswi Teknologi Pangan saat mereview kuliner anti mainstream yang mereka icip-icip. Semoga para food vlogger tidak hanya mereview makanan dan minuman yang itu-itu saja tetapi bisa mengedukasi para pecinta kuliner tentang kandungan gizi ataupun komposisi bahannya hehe. Salam pecinta kuliner.
BACA JUGA Sorry, yah, Jurusan Pertanian Kuliahnya Bukan Cuma Nanem Padi di Sawah atau tulisan Vera Agustin lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.