Pada artikel saya sebelumnya, Ilmu Falak: Jurusan Auto-surga tapi Diingat Pas Ramadan dan Lebaran Aja, saya seperti sedang mempromosikan memperkenalkan Jurusan Ilmu Falak sebagai alternatif jurusan di perguruan tinggi. Sebenarnya bukan itu yang ingin saya sampaikan. Artikel tersebut hanyalah sebagai prolog untuk memasuki curhatan saya selama menjadi mahasiswa Ilmu Falak.
Ada beberapa hal yang mengganjal tentang jurusan ini. Jika saya saja yang mahasiswanya sendiri dari jurusan ini mengalami berbagai kejanggalan, sudah pasti dapat dipastikan teman-teman saya juga memandang jurusan saya ini dengan stigma-stigma negatif.
#1 Nggak tahu alasan kenapa masuk jurusan ini
Coba deh ditanyain teman kamu yang masuk jurusan ini, apa alasannya mau jadi mahasiswa Ilmu Falak? Kebanyakan dari kita (hah, kita?) akan menjawab pertanyaan tersebut dengan gugup.
Saya juga pernah bertanya ke teman-teman saya sewaktu masih jadi maba. Sebagian dari mereka menjawab terpaksa karena gak diterima di universitas lain. Lalu saya menginterogasi lebih lanjut, dengan gaya ala-ala Mbak Nana,
“Terus kenapa pilih Jurusan Ilmu Falak saat pendaftaran?” Jawabannya sederhana, “Gak sengaja kepencet.” Kan jelas kita ini asal-asalan milih jurusan.
Tapi tidak semua teman sejurusan saya punya kelakuan seperti itu. Ada satu teman saya yang sepertinya sangat terobsesi masuk jurusan ini. Ketika saya interogasi dengan pertanyaan kenapa kamu pilih masuk Ilmu Falak? Terus dia jawab:
“Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Barangsiapa mempelajari ilmu pengetahuan tentang bintang-bintang (benda-benda langit), sedangkan ia dari orang yang sudah memahami Al-Qur’an niscaya bertambahlah iman dan keyakinannya. Betul tidak?”
Karena jawaban itu, seterusnya saya mulai memanggil dia “gus”.
#2 Kajiannya tentang IPA, ujian masuknya IPS, Fakultasnya Hukum
Ini nih yang unik. Buat kamu yang beralasan masuk karena pengin belajar astronomi, impian kamu akan langsung kandas ketika jadwal kuliah kamu dapatkan. Bukannya dapat mata kuliah Pengantar Astronomi atau Pengantar Ilmu Falak, justru kalian akan dapat mata kuliah pengantar ilmu Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia. Kan aneh, kan?
Bukan itu aja, di semester berikutnya kamu kan dapat lebih banyak tentang hukum, hukum pidana lah, hukum perdata lah, hukum acara pidana lah, dan mata kuliah hukum lain.
Di kampus saya, jurusan ini memang masuk Fakultas Syariah dan Hukum. Gelar dibelakang nama kita setelah lulus itu S.H. Alhasil, mau gak mau mahasiswa harus ngerti tentang hukum. Kan wagu kalau sarjana hukum ditanya kepanjangan KUHP aja gak tahu.
Saya juga pernah menanyakan hal ini ke kakak tingkat, kenapa ilmu falak yang notabene mempelajari tentang bintang, bulan, matahari, dan luar angkasa di masukin ke Fakultas Syariah dan Hukum?
Katanya, Ilmu Falak dulu itu bukan sebagai jurusan, tetapi masih peminatan di Fakultas Syariah (di IAIN sebelum jadi UIN). Nah di fakultas tersebut, lulusannya itu sebagian besar jadi hakim pengadilan agama. Salah satu syarat jadi hakim pengadilan agama adalah harus paham ilmu falak. Jadi ya, mau gak mau harus mempelajari ilmu falak. Tapi tetep ramashook, Bambang….
#3 Sering dianggap pintar ngitung cepet
Ini nih penyakitnya mahasiswa Ilmu Falak. Ya emang sih, kita itu ada mata kuliah hisab alias hitung-hitungan, yang segala gerak matahari, kecerahan hilal, sampai sudut kiblat aja diitung.
Tapi plis deh ya dengerin ini, kita ini hidup di zaman Revolusi Industri 4.0, zaman yang mana semuanya dibuat mudah oleh teknologi. Anaknya Elon Musk aja dinamain X Æ A-12, masa kalian gak tahu yang namanya kalkulator saintifik MS-300 dan Microsoft Excel sih. Hadeuh (kasih emot tepok jidat)
#4 Sering dianggap tukang ngintip
Salah satu tugas mahasiswa Ilmu Falak adalah mengamati hilal saat pergantian bulan Hijriah. Dalam melakukan tugas itu, kita menggunakan alat batu teleskop. Ya memang cara melihat hilal itu perlu memicingkam mata sebelah. Tapi yang kita lihat itu hilal, guys. Bukan orang yang lagi mandi.
Itu saja hal-hal yang menyebalkan selama saya menjadi mahasiswa Ilmu Falak. Buat kamu yang diterima jadi maba Ilmu Falak, kalian harus perhatikan tulisan saya. Masih ada jalan buat balik kanan lurus wae. Dan buat teman-teman sejurusan saya, selamat berjuang dengan ujian hidup ini, fuys. Jadi mahasiswa yang auto-surga emang banyak ujiannya.
BACA JUGA Pengalaman Saya Hijrah sampai Berniqab dan Alasan Berhenti Menggunakannya dan tulisan Miftakhul Falah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.