Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Situbondo Nggak Harus Mirip dan Jadi Banyuwangi, Potensinya Ada di Jalannya Sendiri

Ahmad Dani Fauzan oleh Ahmad Dani Fauzan
4 Oktober 2025
A A
Baluran Sering Dikira Punya Banyuwangi, Bukti Situbondo Gagal Memanfaatkan Potensi Daerah Mojok.co

Baluran Sering Dikira Punya Banyuwangi, Bukti Situbondo Gagal Memanfaatkan Potensi Daerah (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kamis lalu (2/10/2025) saya membaca tulisan Thoha Abil Qasim yang mengkritik tentang wisata di Kota Situbondo dan membandingkannya dengan Banyuwangi. Saya curiga penulisnya cuma orang yang singgah barang seminggu dua minggu, setelah itu pergi. Pasalnya, selama 10 tahun bolak-balik Situbondo, kesan yang saya dapat di kota ini nggak sama seperti yang dituliskan Thoha.

Menyebut Situbondo sekadar tempat isi bensin jelas pendapat yang terburu-buru. Faktanya, ada beberapa destinasi wisata di Situbondo yang nggak pernah sepi setiap akhir pekan. Sebut saja misalnya seperti Utama Raya, atau Pantai Bama.

Jangan-jangan, penulis menyimpulkan demikian  karena berkunjung bukan saat weekend? Kalau itu mah, bukan cuma di Situbondo, Moaas!

Sebagai orang yang sudah cukup lama menikmati udara Situbondo, izinkan saya berbagi pemahaman tentang “kota kedua” saya ini, supaya tidak dicap buruk terus.

Membandingkan Situbondo dengan Banyuwangi itu jelas ngawur

Klaim yang menyebut bahwa Situbondo nggak punya magnet wisata adalah hal yang gampang dibantah. Pasir Putih, contohnya, adalah salah satu destinasi wisata yang sudah lama dikenal bahkan di kancah nasional.

Selain itu, penulis mungkin lupa bahwa Situbondo pernah meraih prestasi juara satu kategori Desa Wisata Rintisan. Ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang pernah digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ini menjadikan Kampung Blekok Situbondo sebagai desa wisata terbaik se-Indonesia. Ingat, se-Indonesia, loh!

Masalahnya, mengabaikan fakta ini hanya karena brandingnya nggak sekeras Banyuwangi adalah bentuk yang bias pandang, cacat logika malah.

Justru, masalah utamanya bukan nggak punya potensi, melainkan penulis sudah kadung terjebak membandingkan Situbondo dengan Banyuwangi. Catat, ya, Mas, nggak semua daerah harus punya Kawah Ijen atau event festival internasional. Kalau semua harus disetarakan dengan Banyuwangi, lantas apa gunanya keragaman identitas daerah?

Baca Juga:

4 Kemungkinan Kenapa Banyuwangi Tidak Diajak Kerja Sama oleh Tiga Kabupaten Tetangganya

Pesanggaran, Kecamatan Paling Menyedihkan di Kabupaten Banyuwangi

Ekonomi nggak melulu soal wisata

Selain itu, argumen bahwa ekonomi Situbondo stagnan gara-gara pariwisata nggak digarap serius terlalu menyederhanakan realitas.

Begini. Benar memang, ekonomi daerah ini sejak lama ditopang sektor pertanian, perikanan, dan garam. Namun, justru inilah sektor yang menjaga kestabilan rata-rata penghasilan di Situbondo.

Parisiwisata memang bisa jadi bonus, tetapi menyebutnya sebagai mesin utama penggerak ekonomi jelas mengabaikan fakta yang terjadi sebenarnya. Kalau Banyuwangi mau maju dengan sektor wisatanya, ya sudah, jangan samakan dengan Situbondo yang bergerak dengan caranya sendiri yang memang lebih sukses di bidang non-pariwisata.

Klaim kota sepi saat malam hari itu nggak benar

Saya jadi semakin curiga kalau yang membuat tulisan ini nggak bener-bener kenal sama kota ini. Mas ini mengatakan Situbondo sepi saat malam hari mungkin karena singgahnya di pedesaan. Wajar saja.

Tapi, coba saja datang sendiri ke pusat kotanya saat malam hari. Alun-alun kota Situbondo nggak sesepi yang dibilang oleh Mas Thoha. Banyak pedagang-pedagang yang menjajakan makanan di sana. Kalau memang sepi, sudah pasti pada gulung tikar, mah, para pedagang itu.

Saya pernah menulis tentang Alun-alun Situbondo yang punya tiga problem pokok: Sampah, rawan pencurian helm, dan pengamen. Coba, deh, pikirkan, kalau memang jantung kota ini nggak rame, nggak bakal ada problem-problem semacam itu, kan?

Selain itu, nggak jelas dari mana penulis mengatakan bahwa anak mudanya lebih sering lari ke kota tetangga. Memang, tau dari mana kalau anak muda Situbondo singgah ke kota tetangga berarti nggak ada hiburan di kota sendiri?

Mungkin, penulisnya nggak tau bahwa di Situbondo juga ada komunitas kreatif dan tentunya tumbuh perlahan-lahan. Hanya karena nggak viral, bukan berarti mereka nggak eksis, ya.

Cara pandang yang salah tentang julukan Situbondo“Kota Santri”

Kata siapa Situbondo nggak berhasil membranding diri dengan julukan “Kota Santri”? Jangan hanya gara-gara nggak ada festival skala besar, lantas beranggapan brandingnya nggak kuat.

Memang sudah tahu, berapa jumlah santri yang tersebar di kota ini? Asal tahu saja, ya, Mas. Di Situbondo ada salah satu pondok pesantren terbesar di Indonesia yang jumlah santrinya mencapai kurang lebih 24.000-an. Dan santrinya pun juga datang dari penjuru Indonesia. Saya tau 10 tahun terakhir ini memang nyantri di sana.

Kalau bukan karena brandingnya yang sukses sebagai “Kota Santri”, mungkin pesantren-pesantren udah pada tutup. Masih mau bilang julukan “Kota Santri” hampir punah?

Intinya…

Situbondo bukan lagi sekarat, ia hanya memilih jalannya sendiri bertumbuh kembang. Begitu juga dengan daerah-daerah berkembang lainnya.

Membandingkan Situbondo dengan Banyuwangi adalah jebakan logika yang menutup mata dari kekuatan lokal. Daripada terus-menerus menyebut sebagai “Kota Singgah”, mungkin lebih adil jika kita mengakui bahwa daya tarik daerah bukan melulu soal branding wisata. Melainkan keberanian melihat potensi sesuai identitasnya sendiri.

Akan tetapi, yang paling penting sih, sebelum mengkritik suatu daerah, minimal kenal lah sama daerah tersebut (maaf ya, Mas).

Penulis: Ahmad Dani Fauzan
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Situbondo, Tempat Tinggal Terbaik dan Kota Sederhana yang Saking Sederhananya, Nggak Ada Apa-apa di Sini

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Oktober 2025 oleh

Tags: Banyuwangisitubondositubondo kota santriwisata di situbondo
Ahmad Dani Fauzan

Ahmad Dani Fauzan

ArtikelTerkait

3 Alasan Kenapa Alun-alun Situbondo Nggak Ramah Buat Pengunjung, dari Masalah Sampah hingga Keamanan yang Dipertanyakan!

3 Alasan Alun-alun Situbondo Nggak Ramah Buat Pengunjung, dari Masalah Sampah hingga Keamanan yang Dipertanyakan!

23 Maret 2025
Jangan Lewat Jalan Gunung Gumitir Perbatasan Banyuwangi-Jember kalau Kesabaran dan Keberanian Kalian Setipis Tisu Mojok.co

Jangan Lewat Jalan Gunung Gumitir Perbatasan Banyuwangi-Jember kalau Kesabaran dan Keberanian Kalian Setipis Tisu

2 November 2023
stereotip anak laut pantai sijile baluran mojok

Pantai Sijile, Pantai Indah yang Harus Dikunjungi kalau Kalian Main ke Situbondo

2 Agustus 2021
5 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Liburan ke Banyuwangi Mojok.co

5 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Liburan ke Banyuwangi  

21 Februari 2025
Mencari Toko Buku di Banyuwangi seperti Jarum di Tumpukan Jerami, Sulit! Mojok.co

Mencari Toko Buku di Banyuwangi seperti Jarum di Tumpukan Jerami, Sulit!

5 November 2023
Jember Paling Jago Menjaga Jalan Rusak Tetap Rusak (Wikimedia)

Jember Layak Mendapatkan Penghargaan Sebagai Daerah Terbaik yang Paling Berhasil Menjaga Jalan Rusak Tetap Terpelihara

21 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.