Kerja jadi PNS banyak tantangannya. Terlebih untuk mantan aktivis seperti saya. Ada banyak sekali dilema yang dihadapi ketika bekerja. Tidak terkecuali, saat kondisi negara sedang memanas seperti sekarang ini.
Di tengah kondisi negara yang sedang acak-kadut dan demo di mana-mana, hati kecil ini sebenarnya tergerak. Saya sangat ingin turun ke jalan bersama masyarakat lain. Di sisi lain, sekarang saya bekerja sebagai PNS. Kalau tidak menurut kata atasan, bisa habis karier saya. Apalagi, belum genap setahun saya diangkat jadi PNS.
Rindu turun ke jalan
Jujur saja, melihat gelombang aksi yang terjadi di berbagai daerah, saya rindu untuk ikut menyuarakan tuntutan mereka. Kerinduan itu sangat besar mengingat selama setahun terakhir kehidupan sebagai PNS sangat monoton. Sehari-hari saya hanya bisa mengatakan, “Siap Pak,” dilanjutkan melakukan perintah yang diberikan.
Suara massa aksi yang menyanyikan lagu gerakan seperti Buruh Tani hingga Darah Juang mengetuk hati saya. Terlebih, tuntutan yang terus menerus digaungkan di megaphone maupun media sosial. Semua itu seolah-olah memanggil saya untuk kembali turun ke jalan.
Akan tetapi, apa daya, saya dan mungkin banyak mantan aktivis lain kini sudah jadi PNS atau terjebak dalam intitusi negara. Kami perlu lebih berhati-hati demi karier dan keluarga yang perlu dihidupi.
Para PNS juga marah seperti masyarakat lain
Kalau boleh memberikan gambaran kondisi para PNS sekarang ini, sebenarnya kami juga marah atas ketidakadilan yang terjadi di negeri ini. Sama seperti masyarakat yang turun ke jalan untuk demonstrasi, kami juga muak dengan para pejabat yang arogan.
Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan warga yang bisa bebas menyuarakan isi hatinya, kami yang terikat di pemerintahan perlu lebih hati-hati. Saya tetap harus mematuhi setiap arahan dan perintah pimpinan.
Sejujurnya saya dan mungkin banyak PNS lain malu. Gaji kami berasal dari pajak rakyat, tapi kami tidak bisa berada di baris terdepan melindungi hak rakyat.
Akan tetapi, biarlah kami yang PNS ini berjuang dengan jalan lain. Berjuang dengan cara yang berbeda dengan mereka yang turun ke jalan, tapi tetap berdampak. Bagaimana caranya? Kalau saya, hingga detik ini, masih memegang teguh nilai-nilai yang mungkin sepele, tapi penting untuk sebuah negara ideal. Semoga sikap saya ini bisa berdampak, setidaknya dalam lingkup paling kecil. Syukur-syukur perjuangan kecil-kecilan ini bisa menginspirasi yang lain untuk berbuat serupa.
Maafkan, saat ini saya mungkin tidak bisa turun langsung ke jalan. Saya mendukung dari jauh dahulu. Itu mengapa, saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh masyarakat yang sudah turun ke jalan. Panjang umur perjuangan! Jangan mau terprovokasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan elit yang menunggangi aksi.
Penulis : Esha Mardhika
Editor : Kenia Intan
BACA JUGA Alasan Aliansi Jogja Memanggil Pilih Bundaran UGM Jadi Tempat Aksi, Bukan Malioboro.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















