Kalau kamu dengar ada yang nyeletuk, “Ayo ke Pasar Kentu!”, jangan langsung bereaksi berlebihan. Jangan pula buru-buru mikir yang aneh-aneh. Ini beneran. Ada yang namanya Pasar Kentu Purworejo.
Memang, dari segi fonetik, kata “kentu” terdengar seperti sesuatu yang rawan. Tapi, tenang, ini bukan soal hasrat biologis manusia, tapi ekonomi kerakyatan.
Pasar Kentu Purworejo adalah pasar betulan. Ada bakul sayur, penjual tempe, ibu-ibu belanja bawang, bahkan siswa SMP jualan makanan homemade demi tugas sekolah.
Terletak di Desa Kalikotes, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Pasar Kentu bukan pasar besar nan modern. Tapi, justru di situlah pesonanya.
Pasar ini cuma berjarak 3 kilometer dari pusat kecamatan dan sekitar 26 kilometer dari pusat kabupaten. Lokasinya strategis buat warga desa sekitar, sekaligus cukup “terpencil” untuk jadi tempat yang nggak terjamah keribetan kota. Pasar ini bukan cuma pusat jual beli, tapi ruang temu komunitas.
Asal nama Pasar Kentu Purworejo
Nama “Kentu” sendiri konon berasal dari Bahasa Jawa, yakni kependekan dari “ken tuku” yang artinya “disuruh membeli”. Coba deh kamu ucapkan cepat-cepat, “Ken tuku, ken tuku… kentu!”
Nah, ketahuan kan siapa yang udah mulai senyum-senyum sendiri? Tapi ya begitulah realitas bahasa. Kadang bisa berubah makna hanya karena pindah wilayah atau pindah konteks. Yang di sini menyebutnya sebagai bagian dari budaya lisan, yang di luar bisa saja mengira ini kode sandi tertentu.
Baca halaman selanjutnya: Pasar yang namanya menggelitik di telinga.




















