Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Film

Saya Muak dengan Industri Film Horor yang Hanya (Bisa) Mengeksploitasi Budaya Jawa Seolah-olah Seram dan Mistis

Janu Wisnanto oleh Janu Wisnanto
3 April 2025
A A
Saya Muak dengan Industri Film Horor yang Hanya (Bisa) Mengeksploitasi Budaya Jawa Seolah-olah Seram dan Mistis

Saya Muak dengan Industri Film Horor yang Hanya (Bisa) Mengeksploitasi Budaya Jawa Seolah-olah Seram dan Mistis

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau ada satu hal yang pasti dalam industri perfilman Indonesia, itu adalah kenyataan bahwa kalau ada film horor baru, pasti latarnya nggak jauh-jauh dari tanah Jawa. Bahkan kalau judulnya sudah menyebut “rumah tua”, “kuburan angker”, atau “hantu gentayangan”, bisa dipastikan ada gamelan sayup-sayup di latar belakang dan sesajen di pojokan layar.

Pertanyaannya, kenapa harus Jawa?

Apa setan di Kalimantan, Sumatra, atau Sulawesi itu nggak cukup menyeramkan? Atau jangan-jangan, ada ketakutan industri film bahwa kalau nggak ada keris, menyan, dan kakek tua berkopiah yang tiba-tiba muncul memberi peringatan, filmnya nggak bakal laku?

Jawa, dari leluhur hingga menjadi bahan jualan

Sebagai orang asli Jawa, saya kadang merasa geli, kadang merasa muak dengen film horor Jawa. Budaya yang diwariskan turun-temurun ini terus-menerus disederhanakan menjadi cerita hantu. Seolah-olah seluruh hidup orang Jawa ini nggak lepas dari ilmu hitam, dukun, dan ritual pemanggilan arwah. Padahal, ajaran nenek moyang kita itu bukan sekadar soal klenik. Ada filosofi mendalam di baliknya.

Misalnya, kenapa orang Jawa punya kebiasaan “slametan” atau “kenduren”? Itu bukan semata-mata buat memanggil roh atau minta berkah dari entitas gaib, tapi bagian dari sistem sosial yang kuat. Lewat acara itu, warga berkumpul, berbagi makanan, dan menjaga relasi sosial. Tapi di film, kalau ada slametan, pasti ada yang kesurupan. Kalau ada kemenyan, pasti buat panggil pocong.

Saya kadang kepikiran, jangan-jangan kalau orang luar nonton film horor Indonesia terus-terusan, mereka bakal mikir kalau setiap malam, orang Jawa sibuk ngobrol sama jin. Mau minum teh, ketemu genderuwo dulu. Mau tidur, di depan pintu ada kuntilanak ngetok minta Wi-Fi.

Dari sosial budaya ke stigma murahan

Lucunya, meski berkali-kali mengangkat kisah mistis Jawa, industri film kita jarang yang benar-benar menggali sejarah dan filosofi di baliknya. Yang penting ada adegan kesurupan, suara gamelan mendadak nyaring, dan kamera bergoyang-goyang biar kesannya mencekam. Alhasil, budaya kita malah direduksi jadi gimmick seram.

Stigma ini akhirnya meluas. Coba deh perhatikan, setiap ada orang yang paham soal “laku hidup” orang Jawa, entah itu puasa mutih atau tirakat, pasti langsung dikaitkan dengan hal-hal mistis. Padahal, banyak ritual leluhur kita itu lebih dekat ke nilai kesabaran, pengendalian diri, dan spiritualitas—sesuatu yang jauh dari sekadar cerita hantu seram.

Baca Juga:

Nonton Film Horor di Mall “Mati”: Pengalaman Unik di Mall Hermes Place Polonia Medan

Tradisi Rewang di Desa: Gotong Royong yang Kini Jadi Ajang Pamer

Tapi apa daya, kalau dalam skenario film, tokoh yang suka puasa mutih pasti diam-diam punya ilmu hitam. Yang suka bertapa di gunung pasti bisa nyambung sama dunia lain. Yang kelihatan sering meditasi? Sudah, itu pasti dukun sakti yang bisa bikin kepala orang meledak pakai tatapan mata.

Berhenti jadi pemanggil setan, mulailah jadi penghormatan budaya, dan stop jadi bahan bakar film horor

Industri film horor seharusnya mulai instrospeksi. Apakah mereka benar-benar mengangkat kebudayaan, atau cuma mengeksploitasi aspek mistisnya demi keuntungan semata? Apa film yang mereka buat benar-benar menggali makna budaya, atau hanya menjual ketakutan yang instan?

Padahal, kalau mau lebih kreatif, ada banyak aspek budaya Jawa yang bisa diangkat tanpa harus selalu menyeret-nyeret makhluk halus. Film bisa membahas tentang filosofi hidup orang Jawa yang kaya, tentang bagaimana nilai gotong royong dan kebijaksanaan leluhur masih bertahan di zaman modern. Tapi mungkin itu dianggap kurang laku. Mungkin lebih gampang jualan hantu lompat-lompat di lorong gelap.

Jadi, untuk para pembuat film, berhentilah menjadikan Jawa hanya sebagai latar mistis. Mulailah melihatnya sebagai warisan yang lebih dari sekadar pocong dan kuntilanak. Dan buat kita, orang-orang Jawa, sudah saatnya kita juga lebih vokal membela budaya kita sendiri. Bukan dengan menyalahkan, tapi dengan mendorong representasi yang lebih beragam dan tidak melulu berkutat di dunia gaib.

Sebab, kalau kita diam saja, jangan salahkan kalau nanti orang Jawa beneran dianggap sebagai bangsa yang hidup berdampingan dengan hantu tiap hari. Padahal, yang lebih sering kita hadapi ya… cicilan dan kebijakan pemerintah yang nggak masuk akal.

Penulis: Janu Wisnanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Film Horor Indonesia Isinya Hantu dari Jawa, Hantu dari Daerah Lainnya Mana?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 April 2025 oleh

Tags: budaya jawaFilm Hororgamelanmistis
Janu Wisnanto

Janu Wisnanto

Mahasiswa semester akhir Universitas Ahmad Dahlan, jurusan Sastra Indonesia. Pemuda asli Sleman. Penulis masalah sosial di Daerah Istimewa Yogyakarta.

ArtikelTerkait

film makmum

Benarkah Film Makmum Membuat Orang Jadi Takut Salat Sendirian?

4 September 2019
Exhuma, Film Horor Korea yang Menampar Sineas Horor Lokal Penjual Gimik, Mitos Agama, dan Jumpscare Murahan

Exhuma, Film Horor Korea yang Menampar Sineas Horor Lokal Penjual Gimik, Mitos Agama, dan Jumpscare Murahan

5 Maret 2024
genderuwo film horor mojok.co

7 Hal Pertanda Hantu Bakal Muncul di Film Horor

3 Juli 2020
kesurupan

Paranormal Experience: Situ Kesurupan Atau Cari Perhatian?

29 Juni 2019
hantu ulek-ulek

Hantu Ulek-Ulek: Hantu Paling Hits Sekawasan Industri

19 Juli 2019
kkn desa penari

KKN Desa Penari: Cerita Menakutkan Bikin Kecanduan

2 September 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.