Thailand sebenarnya nggak jauh beda dari Indonesia. Kehidupan di Bangkok yang hiruk-pikuk, kemacetan parah saat jam sibuk, sampai harga barang di mal yang mirip dengan Jakarta. Kalau jalan-jalan di pusat kota, rasanya seperti berada di ibu kota sendiri. Sama-sama penuh kendaraan, suara klakson di mana-mana, dan trotoar yang kadang nyaman, kadang bikin bingung.
Saya pertama kali datang ke Thailand pada 2023 untuk jalan-jalan. Saat itu, saya cuma berpikir untuk menikmati wisata, kuliner, dan suasana baru di Negeri Gajah Putih. Namun, siapa sangka, setahun kemudian, saya malah kembali ke sini sebagai mahasiswa. Sekarang, saya sudah lebih mengenal kehidupan di Thailand dari perspektif yang berbeda. Awalnya, ada beberapa hal yang bikin saya syok, tapi lama-lama justru jadi sesuatu yang saya rindukan.
#1 Ladyboy di mana-mana
Salah satu kejutan terbesar yang saya alami di Thailand adalah banyaknya ladyboy atau transgender perempuan yang dengan bebas bekerja dan beraktivitas di ruang publik. Bukan hanya di tempat hiburan atau pertunjukan, tapi juga di kehidupan sehari-hari. Saya ingat pertama kali saya berkeliling ke beberapa tempat wisata di Bangkok dan disambut oleh seorang wisatawan lokal yang ternyata ladyboy. Awalnya saya pikir ini cuma kebetulan, tapi setelah keliling, saya menyadari bahwa hal ini sangat umum di sana.
Teman saya yang orang Thailand menjelaskan kalau ladyboy bukan sekadar pekerjaan atau gaya hidup, tapi juga bagian dari identitas yang diterima secara sosial. Bahkan, banyak dari mereka sudah memulai transformasinya sejak remaja. Hal ini menunjukkan bahwa Thailand memang sangat terbuka terhadap keberagaman gender. Namun tetap saja, buat orang yang baru pertama kali datang, mungkin keberadaan terasa mengejutkan.
#2 Ada toilet Thailand tanpa bidet
Nah, ini dia masalah serius yang saya hadapi di Thailand: toilet tanpa bidet! Sebagai orang Indonesia yang terbiasa dengan air saat ke toilet, menemukan toilet yang hanya menyediakan tisu adalah mimpi buruk. Di tempat-tempat umum seperti mal, restoran, dan bandara, hampir semua toilet nggak punya bidet atau semprotan air.
Saya ingat pertama kali mengalami ini di sebuah restoran besar di dekat Wat Arun. Panik? Jelas! Saya sampai keluar toilet dan bertanya ke petugas apakah ada toilet lain yang menyediakan air. Jawabannya? Nggak ada! Solusinya? Ya, bawa botol air sendiri atau siap-siap kompromi dengan tisu.
Akan tetapi, setelah beberapa bulan tinggal di sini, saya akhirnya terbiasa dan selalu siap sedia membawa botol kecil berisi air kalau pergi ke tempat umum. Meskipun awalnya bikin frustasi, pengalaman ini juga mengajarkan saya untuk lebih adaptif dengan kebiasaan di negara lain.
#3 Bau aneh di foodcourt mal
Pernah nggak sih jalan-jalan di mal lalu tiba-tiba mencium bau yang bikin dahi mengernyit? Nah, ini yang saya alami pertama kali di Thailand. Setiap kali melewati foodcourt atau area restoran di mal, saya mencium aroma yang asing dan cukup menyengat. Setelah mencari tahu, ternyata bau itu berasal dari dapur restoran yang sedang memasak daging babi.
Sebagai orang yang jarang terpapar dengan aroma ini di Indonesia, awalnya saya merasa sedikit terganggu. Tapi setelah beberapa kali ke Thailand dan lebih memahami budaya kulinernya, saya jadi lebih terbiasa. Saya juga menyadari bahwa makanan Thailand memiliki ciri khas yang kuat, mulai dari bumbu yang kaya hingga bahan makanan yang beragam. Sekarang, bau yang dulu terasa aneh itu malah jadi pengingat kalau saya sedang berada di Thailand, sebuah negara dengan kekayaan kuliner yang luar biasa.
#4 Thai tea dan mango sticky rice Thailand bikin ketagihan
Nah, kalau yang satu ini sih bukan kejutan yang bikin kaget, tapi lebih ke kejutan yang bikin nagih! Setiap kali ke Thailand, saya nggak pernah melewatkan kesempatan untuk menikmati dua makanan favorit saya: Thai tea dan mango sticky rice.
Thai tea di Thailand punya rasa yang lebih autentik dibandingkan versi yang dijual di Indonesia. Brand favorit saya adalah Chatramue, yang rasanya kaya, teksturnya creamy, dan punya aroma khas teh yang kuat. Meskipun di Indonesia banyak yang menjual Thai tea, tetap saja rasanya beda dengan yang asli di Thailand.
Sementara mango sticky rice adalah dessert yang wajib dicoba kalau berkunjung ke sini. Perpaduan ketan lembut dengan potongan mangga manis dan saus santan yang creamy benar-benar bikin lidah bahagia. Saya bahkan sering membelinya di bandara sebelum pulang ke Indonesia karena meskipun sudah dalam perjalanan berjam-jam, rasanya tetap enak!
Kejutan-kejutan selama tinggal di Thailand membuat saya belajar banyak tentang keterbukaan, adaptasi, tentunya, dan menikmati hal-hal baru. Apa yang dulu bikin saya kaget, sekarang malah bisa hidup berdampingan dengan kondisi tersebut.
Sekarang, sebagai mahasiswa di Thailand, saya semakin mengenal negara ini lebih dalam, bukan hanya dari sisi pariwisatanya, tapi juga kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kejutan. Dan yang jelas, saya siap untuk kaget lagi, ngakak lagi, dan tentu saja… makan mango sticky rice lagi!
Penulis: Ibnu Fikri Ghozali
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Pakistan Nggak Cocok untuk Kalian yang Tiap Pagi Harus Sarapan Nasi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















