Belum lama ini renovasi Stasiun Kediri sudah selesai. Stasiun yang terletak di Balowerti, Kediri itu tetap mempertahankan gaya arsitektur peninggalan Hindia-Belanda dengan fasilitas yang lebih memadai. Kini penumpang bisa naik-turun kereta dengan lebih nyaman.
Selain fasilitas yang semakin oke, stasiun ini banyak berbenah pada hal lain. Beberapa di antaranya penggunaan lagu untuk menyambut kedatangan kereta dan kehadiran lokomotif lawas sebagai ikon.
Lagu Kediri Kuthane jadi ciri khas baru
Selain kondisi fisik, salah satu hal baru dan unik dari Stasiun Kediri saat ini adalah pemutara lagu Kediri Kuthane ketika kereta api datang. Mungkin hal ini wajar di daerah-daerah lain, tapi di stasiun ini pemutaran musik ini benar-benar baru. Jujur saja, walau tampak sederhana, ide memutar lagu ini bikin warga Kediri terpesona.
Sedikit informasi, Kediri Kuthane adalah lagu karya Soeparwoto (alm). Lagu ini menceritakan tentang keindahan kota Kediri, mulai dari wisata, kuliner, tempat bersejarah, pondok pesantren, hingga kultur masyarakatnya yang beragam dan mempunyai karakteristik tersendiri. Kalau kalian penasaran, di bawah ini lirik lengkapnya.
Pancen nyata endah lan asrine,
(Memang nyata indah dan asrinya,)
Yen disawang kuthaku Kediri.
(Bila dipandang kotaku Kediri.)
Tengah kutha kali Brantas mili,
(Tengah kota sungai Brantas mengalir,)
Taman-tamane nambah edi peni.
(Taman-tamannya menambah indah dan bagus sekali.)
Pegunungan Wilis sarta Kelud,
(Pegunungan Wilis serta Kelud,)
Ingkang ngapit minangka pagere.
(Yang mengapit sebagai pagarnya.)
Tahu kuning kripik bekicote,
(Tahu kuning Kripik bekicotnya,)
Gethuk gedhang produksi rakyate.
(Gethuk pisang produksi rakyatnya.)
Pancen nyata endah lan asrine,
(Memang nyata indah dan asrinya,)
Aja lali pondok pesantrene.
(Jangan lupa Pondok Pesantrennya.)
Lokomotif berusia ratusan tahun jadi ikon Stasiun Kediri
Stasiun Kediri kini memajang lokomotif C1140 yang kabarnya berusia kurang lebih sekitar 150 tahun. Perlahan lokomotif kereta C1140 jadi perbincangan warga dan langsung menjadi ikon stasiun. Tidak sedikit penumpang dan pengunjung yang berfoto di depan lokomotif berusia ratusan tahun itu.
Bahkan, tidak sedikit pengunjung dari daerah lain menyempatkan diri untuk berfoto dengan lokomotif ini. Kebanyakan dari mereka adalah railfans atau penggemar kereta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Asal tahu saja, lokomotif C1140 memang punya nilai sejarah. Dilansir dari Radar Kediri, keberadaan lokomotif C1140 ini memiliki peran penting untuk kemajuan transportasi Jawa Timur. Selain itu, lokomotif C1140 ini merupakan satu jenis lokomotif uap C11 yang pernah beroperasi di wilayah DAOP 7 Madiun dengan kecepatan maksimum 50 km/jam. Antara tahun 1879 dan 1891, Staatsspoorwegen (SS) dari Jerman membeli lokomotif ini untuk digunakan di kota-kota besar di Jawa Timur.
Pada masanya, lokomotif ini memegang tongkat estafet untuk pertumbuhan ekonomi dan kemajuan transportasi. Hanya ada satu unit lokomotif dengan nomor seri C1140 yang kini berada di halaman stasiun dari sejumlah unit yang dibawa ke Indonesia pada saat itu. Kota Kediri adalah kota kedua setelah Madiun yang menjadi lokasi peletakan lokomotif uap PT KAI.
Di atas beberapa hal baru dari Stasiun Kediri. Kini stasiun yang berdiri sejak 1882 itu semakin memikat. Fasilitasnya kian memadai, tidak lupa lagu daerah dan lokomotif lawas yang menambah keunikan stasiun.
Penulis: Najwa Filzah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 5 Stasiun KRL Paling Ikonik di Jakarta, Bisa Jadi Sarana Rekreasi Murah Meriah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.