Sebenarnya penundaan Formula E adalah pilihan yang bijak berkaitan dengan kasus virus corona yang mulai banyak ditemui di tanah air. Jumlah pasien positif virus corona di Indonesia per 11 Maret saja sudah mencapai 27 orang. Terbaru, satu orang meninggal dunia.
Segala event yang menciptakan kerumunan massa pun menjadi sorotan lantaran virus ini terus menyebar. Sehingga, ini jadi sebuah langkah bijak dari Pemerintah Kota DKI yang semula menyatakan gelaran ini akan dihelat pada 6 Juni 2020, lantas ditunda sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Tentu yang kecewa bukan hanya Pemerintah Kota DKI, penyelenggara, dan Warga DKI juga sekitarnya saja. Namun, yang kecewa adalah seluruh penduduk negeri, terutama saya yang merupakan penggemar animasi Let’s Go, animasi yang memperkenalkan betapa seksinya ajang lomba balap itu. Saya yakin, semua suka balapan, entah pengaplikasian bagaimana. Baik secara langsung, melalui konsol game atau sebagai pengamat olahraga baik Moto GP, Formula 1 atau Daytona 500. Terkadang, hidup saja bagai sebuah balapan pencapaian antar manusianya. Duh.
Tapi yang patut galau lebih jauh adalah Pak Anies selaku orang yang sangat mengupayakan ajang ini ada. Blio pula yang hendak mewujudan mimpi para penggemar Let’s Go seperti saya. Maka dari itu, sebagai apresiasi lebih, saya menyarankan Pak Anies agar menonton sinetron-sinetron yang saya rekomendasikan.
Sebenarnya bukan hanya sebagai penghibur, lebih dari itu supaya melihat masyarakat Jakarta sebenarnya ada yang nggak galau kok, Pak. Tapi saya juga akan menghadirkan sisi lain dari itu semua, yakni anti-tesisnya. Yaitu betapa masyarakat kita sangat membutuhkan tontonan seperti Formula E agar Pak Anies dilema~
Berikut yang bisa saya sarankan untuk Bapak.
Satu: Tukang Ojek Pengkolan
Sebenarnya sinetron komedi ini sangat cocok untuk Pak Anies yang sangat sibuk. Kenapa cocok? Pasalnya sinetron ini mau ditonton kapan aja, nggak bakal lepas dari benang merahnya. Ya gimana mau nggak lepas dari benang merah cerita, lha wong sinetron ini nggak ada benang merah antar episodenya.
Terakhir saya lihat episode ini, Mas Pur masih bribik Mbak Novita. Lalu kemarin waktu menemani nenek saya nonton tivi, eh Mas Pur sudah menikah sama Mbak Rinjani. Rojak, si tokoh utama, udah punya anak. Dan Tisna masih gitu-gitu aja, alias masih sering dimarahi Mbak Yuli, istrinya.
Sinetron ini barangkali bisa dijadikan lanskap Jakarta secara kecil. Tawa warga Rawa Bebek, ibu-ibu yang sering ngegosip ketika beli sayur, keluh kesah rumah tangga atas ekonomi keluarganya ala Mas Pur, dan sibuknya Pak Sofian yang rangkap jabatan antara dosen dan ketua RT adalah bumbu penyedap yang saya yakin tidak hanya ada di Jakarta saja.
Tapi serius, sinetron ini sangat dianjurkan untuk dijadikan hiburan kepada Pak Anies. Bahwa ada atau tidaknya, terselenggara atau batalnya Formula E, Mas Pur ya masih aja jadi tukang ojek di pangkalan dan Mas Indro masih jualan prak… ketoprak… toprak!
Dua: Gali Lobang Tutup Lobang
Dulu, ketika saya masih sinetronholic dan sebelum hadirnya Reply 1988 yang memberikan takaran yang tinggi akan sebuah tontonan, sinetron ini ada di daftar nomer satu sinetron terbaik menurut saya. Secara kepenulisan, tokoh-tokoh yang dihadirkan dan sorot kamera yang sinetron banget, membuka hati maupun pikiran saya tentang betapa rumitnya sebuah kehidupan.
Yang main adalah Dude Herlino. Ia kebetulan berperan sebagai tukang gali kubur yang diberkahi istri baik hati dengan wujud sempurna dalam sudut pandang sinetron, yang diperankan oleh Alyssa Soebandono (istri Dude di kehidupan nyata). Hih! Gemas, ya? Namun yang justru bikin gemas itu Cut Keke, alias ibu mertua Dude. Pasalnya, ia selalu membandingkan Dude dengan mantan pacar anaknya yang kini lebih tajir.
Memang tidak ada hubungannya dengan balapan dan embel-embel lainnya, tapi plis Pak Anies harus lihat ini. Terkadang, kebahagiaan yang kita cari itu kebanyakan tergantung pada takaran kebahagiaan orang lain. Yang harusnya jadi tukang gali kubur asal bisa makan tiap hari adalah kebahagiaan bagi Dude dan Alyssa. Hal ini jadi kabur karena takaran kebahagiaan itu dinaikkan oleh ibu mertuanya.
Siapa tahu dengan menonton sinetron ini Pak Anies menemukan arti bahagia yang sesungguhnya, meskipun gagal mengadakan Formula E di Sirkuit Monas.
Tiga: Bajaj Bajuri
“Abang narik dulu, Neng,” sambil ambil slepetan keringet yang bau kelabang sama pakai baju pantai khas Bajuri (Mat Solar). Tentu neng yang dimaksud di sini adalah Oneng (Rieke Diah Pitaloka) sebagai istrinya, yang konon dirinya adalah cikal bakal tokoh IQ jongkok dalam sinetron-sinetron seperti Bang Idoy dengan poni rata yang hadir dalam Dunia Terbalik.
Sinetron satu ini murni sebagai hiburan Pak Anies dalam melepas lelah ketika menanggulangi banjir sekaligus dikebutnya Sirkuit Monas. Dan saya yakin, Pak Anies pernah menonton sinetron komedi ini walau satu episode saja. Komedinya murni tanpa dibuat-buat. Ditambah, sekelumit kisah hidup khas masyarakat Betawi yang “mungkin” masih terjadi hingga kini.
Ya semoga dengan menonton sinetron ini di sela-sela kesibukan, Pak Anies bisa menemukan hiburan lain ala Betawi untuk menghibur kekecewaan yang terpendam itu~
Empat: Anak Jalanan
Sinetron ini memang sudah tamat—atau sengaja ditamatkan atas hengkangnya Sinemart dari RCTI ke SCTV? Intinya, jika Tukang Ojek Pengkolan bikin Pak Anies nggak galau-galau amat atas diundurnya Formula E, sinetron ini sebaliknya. Adanya sinetron ini, justru memberikan sinyal bahwa Formula E itu harus ada.
Tentang si Boy selaku ketua geng motor Warrior yang digilai banyak wanita. Kesana-kemari pakai jaket kulit hitam, motor Ninja merah, rambut selalu basah, dan jago gelud adalah andalannya. Tidak hanya itu, jika gelud dirasa tidak mampu menyelesaikan masalah, jalan terakhir adalah balapan di jalan.
Ya, tidak cuma balapan liar di Ring Road Selatan saja yang selama ini merusak harapan anak muda yang ingin jadi pembalap profesional. Tapi, sinetron ini pernah memunculkan gejolak yang tak kalah panasnya akibat secara tidak langsung memperkenalkan geng motor dan balapan liar ke khalayak luas.
Dan sinetron ini wajib ditekuni dan diteliti oleh Pak Anies. Selain sisi betapa kerennya Boy, yang perlu diperhatikan adalah keberlangsungan Formula E berpeluang menghancurkan racun-racun seperti di sinetron ini. Bahwa yang hobi kebut-kebutan daripada melampiaskannya seperti Mas Boy di Wetan Terminal Giwangan, ia bisa mencontoh Formula E yang ngebut-ngebutan di Sirkuit Monas.
Ya, mau bagaimanapun nantinya, baik Formula E jadi diselenggarakan tapi mundur atau malah tidak jadi, tentu punya dampak positif dan negatif. Tapi yang sudah pasti, sinetron-sinetron di atas sudah menjelaskan secara gamblang bahwa ia menjadi tontotan yang baik untuk Pak Anies.
BACA JUGA Kejeniusan Anies Baswedan di Balik Anggaran Formula E Lebih Besar dari Anggaran Banjir Jakarta atau tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.