Kesuksesan Jalan Kebonbatur Mranggen mengatasi banjir bisa jadi contoh bagi Jalan Majapahit Semarang.
Jalan Majapahit Semarang yang berada di sisi timur Kecamatan Pedurungan menjadi pembatas antara Kota Atlas dan Kota Wali. Jalan yang membentang dari pertigaan Plamongan Indah hingga pertigaan terminal Penggaron ini seolah menyambut para pengendara yang datang dari arah Mranggen Demak. Mereka akan menemuinya setelah melewati jembatan Sungai Bagong.
Dibanding jalan-jalan lain di Semarang, Jalan Majapahit boleh dibilang lumayan keurus, aspalnya mulus dan nyaman untuk berkendara. Pemandangan di sisi kiri dan kanan jalan adalah mal besar Transmart dan Ramayana. Pemandangan itu menambah kesan modern dan maju jalan ini.
Sayangnya, kondisinya berubah ketika hujan lebat. Jalan Majapahit Semarang berubah menjadi laut ganas. Jalan tersebut menjadi mimpi buruk pengendara dan saya adalah salah satu yang pernah mengalaminya.
Daftar Isi
Mimpi buruk di Jalan Majapahit Semarang
Saya sering melewati Jalan Majapahit ketika hendak menuju Kota Semarang dari Mranggen Demak. Sebenarnya ada jalan lain yakni Jalan Pucanggading. Namun, pengendara harus memutar karena jalan tersebut berada di sisi selatan Mranggen.
Hari itu, saya akhirnya memutuskan lewat Jalan Majapahit walau malam sebelumnya hujan deras mengguyur. Jalanan di Mranggen tampak aman-aman saja sehingga saya mantap untuk lewat Jalan Majapahit menuju Semarang. Sialnya, jalan tersebut ternyata banjir parah. Namun karena sudah terlanjur lewat sana, saya nekat untuk menerjang banjir tersebut. Alhasil motor saya sempat beberapa kali mogok. Benar-benar jalan pembawa sial.
Permukaan jalan yang rendah membuatnya mudah terkena banjir
Sebagai salah satu orang yang kerap melewati Jalan Majapahit, salah satu alasan jalan ini rawan banjir adalah permukaan jalan yang rendah. Akibatnya, air hujan dari daerah sekitar, salah satunya dari kawasan Plamongan Indah, tertampung di jalan ini.
Melihat kondisi ini, saya rasa Jalan Majapahit harus banyak belajar dari Jalan Kebonbatur Mranggen Demak. Jalan yang baik bukan hanya yang mulus dan banyak resapan air. Perlu diperhatikan juga daerah sekitar. Inilah yang dilakukan di Kebonbatur Mranggen Demak hingga sekarang bisa bebas banjir.
Permukaan Jalan Kebonbatur Mranggen Demak dibuat lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya, sehingga nggak jadi kubangan air. Kini jalan tersebut tetap aman dan nyaman dilewati sekalipun hujan deras menggurus. Padahal dahulu, jalan tersebut terkenal langganan banjir, coba tanya saja ke warga Mranggen kalau nggak percaya.
Punya drainase, tapi kecil dan nggak keurus
Selain jalan yang lebih rendah dari daerah lain, saya amat-amati Jalan Majapahit punya drainase yang kecil dan nggak keurus. Coba saja tengok drainase yang ada di depan Mal ramayana, kondisinya sangat mengkhawatirkan. Drainase tersebut hanya berbentuk sungai kecil yang lebarnya mungkin hanya setengah meter. Selain itu, drainase tersebut dipenuhi dengan sampah dan tanaman liar.
Saya rasa, meski permukaan jalan sudah ditinggikan, tetapi kalau drainase-nya nggak beres, ya sama saja. Istilah orang Jawa muspro. Lagi-lagi Jalan Majapahit Semarang perlu banyak belajar dari perbaikan Jalan Kebonbatur. Saat jalan di Demak itu diperbaiki, konsen utamanya adalah pengerukan kembali kedalaman sungai dan pembangunan talud. Selanjutnya barulah permukaan jalan ditinggikan. Alhasil, sampai sekarang jalan tersebut benar-benar efektif menghalau banjir.
Saran saya sih, lebih baik pengelola Jalan Majapahit Semarang kapan-kapan main ke Jalan Kebonbatur Mranggen. Pelajari bagaimana jalan tersebut bisa bebas banjir. Jalan penghubung Demak dan Semarang itu perlu segera diperbaiki karena banyak dibutuhkan oleh pengendara.
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Sumowono Semarang di Mata Orang Demak: Kecamatan yang Indah, tapi Nggak Bikin Iri
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.