Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Buat Saya Jalur Pantura Itu Nggak Serem

Isna Farhatina oleh Isna Farhatina
3 Maret 2020
A A
jalur pantura

Jalur Pantura Itu Nggak Serem (Setidaknya Buat Saya yang Sering Melintas di Sana)

Share on FacebookShare on Twitter

Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara) yang memiliki nama lain Jalan Nasional Rute 1 merupakan jalan utama yang ada di Pulau Jawa. Pantura menurut sebagian orang dianggap sebagai jalur yang menyeramkan. Wah kenapa tuh?

Dapat dikatakan bahwa jalur pantura merupakan nadi bagi roda perekonomian di Pulau Jawa. Truk-truk besar seperti truk tronton; truk molen; dan truk pertamina, bus yang melaju dengan kecepatan tinggi—sering juga disebut raja singa jalanan, atau pun mobil dan motor sebagai kendaraan pribadi, yang tiap harinya melintas dengan jumlah ribuan.

Bila dilihat dari sejarahnya, pembangunan jalan Anyer sampai Panarukan yang penuh dengan kepiluan adalah bukti kejahatan yang dilakukan Gubernur Herman William Daendels jaman Hindia Feast-Belanda. Sebab, dengan tangan besinya proyek prestisius ini dapat diselesaikan hanya dalam waktu setahun saja dengan mengorbankan ribuan rakyat pribumi.

Menurut cerita Mbah Kakung saya yang hidup di jaman penjajahan dulu, awalnya jalur pantura dinamai dengan Grote Postweg atau Jalan Raya Pos. Penyebabnya adalah adanya pos pemberhentian yang digunakan sebagai tempat penghubung untuk mengirim surat. Tidak lain dimaksudkan untuk memperlancar komunikasi perdaerah kekuasaan Daendels. Lain halnya dengan tendensi beliau menyebutnya sebagai Jalan Daendels. Jalan ini membentang sekitar 1000 kilometer di sepanjang pesisir pantai utara Jawa yang melewati lima provinsi, yaitu Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Saya hidup di Pekalongan yang notabene wilayah pantura, sering mendengar anggapan teman-teman, terutama non-pantura, bahwa jalur pantura adalah jalur yang menyeramkan. Ya memang sih, dari sejarahnya saja sudah begitu menyeramkan. Belum lagi ketika memutuskan berkendara sendiri, truk tronton muatan berat juga kendaraan lain dengan lampu strobo yang menyala adalah teman sejati saya di jalan.

Kondisi jalurnya yang tidak pernah tidur menyebabkan beberapa ruas jalan terdapat jeglongan. Terutama jalur pantura ke barat. Sampai-sampai julukan wahan jeglongan sewu pun melekat karena saking banyaknya jalan bergelombang, berlubang, dan tidak mulus. Lha gimana wong tiap hari densitas populasi kendaraan memang tinggi, kan?

Jalur pantura terus menjadi perhatian pemerintah. Infrastrukturnya kian terus berbenah mengingat begitu vitalnya sebagai tulang punggung mobilitas masyarakat dari barat ke timur dan sebaliknya, serta penentu perekonomian di Pulau Jawa bahkan nasional. Hal ini bisa dilihat dari pembangunan yang terus digenjot lantaran jalan pantura adalah saat menjelang hari raya Idul Fitri untuk penyeimbang arus mudik.

Namun walau kondisinya demikian, saya lebih senang lewat pantura daripada Jalan tol Trans Jawa ketika memutuskan pulang kampung. Sensasi macet-macetan, menikmati wahana jeglongan sewu, dan adu salip dengan truk tronton serta bus komprengan di jalanan inilah yang memacu adrenalin saya. Dari sini sayapun mendapat julukan sebagai raja jalanan oleh teman-teman yang menyaksikan bagaimana cara saya berkendara.

Baca Juga:

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

Selain faktor-faktor di atas yang menyebabkan pantura terkesan menyeramkan, tidak lengkap rasanya bila tidak menyajikan unsur mistis, ya? Betul nder, di tengah keramaian pantura ternyata beredar cerita horror yang dipercaya oleh warga sekitar juga para pemudik yang melintasinya. Salah satunya adalah di Alas Roban yang terletak di Kabupaten Batang. Alas Roban memang hutan yang dibelah untuk menjadi jalur lalu lintas. Jalurnya cukuplah ekstrim karena terdiri dari kelokan dan tanjakan tajam.

Alas Roban selama bertahun-tahun identik dengan kecelakaan, tak ayal jika jalur ini disebut sebagai jalur tengkorak. Nah, tingginya angka kecelakaan inilah yang banyak spekulasi bermunculan. Ada yang mengaitkannya sebagai tumbal karena tragedi berdarah dalam proses pembangunan jalannya. Menurut penduduk setempat, kecelakaan-kecelakaan ini disebabkan pengemudi susah fokus karena medan dan kabut tebal. Rumornya sering muncul penampakan hantu-hantu pribumi korban kerja paksa dan korban kecelakaan lainnya. Terlepas dari itu semua, Alas Roban termasuk alas (hutan) yang masih asri dan menyejukkan.

Bagi saya yang memiliki mobilitasas tinggi saat akhir pekan alias hobi pulang kampung, melintasi Alas Roban adalah rutinitas. Saat pertama kali memang terasa merinding, melihat kecelakaan didepan mata kepala pun terhitung sering. Tapi lama-kelamaan bukanlah sesuatu yang mengejutkan lagi. Malah justru meningkatkan kewaspadaan kita saat berkendara.

Jadi, lewat jalur Pantura itu ngga serem-serem amat kok. Bisa menemukan berbagai fenomena dan aktivitas sosial. Asalkan nerimo ing pandum eling lan waspada insyaAllah perjalanan kita aman-aman saja. Jangan lupa berdoa dan cek kendaraan sebelum bepergian. Hehehe~

BACA JUGA Ilusi Jalan yang Suka Menyebabkan Orang Kesasar Hingga Mengalami Kecelakaan atau tulisan Isna Farhatina lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 3 Maret 2020 oleh

Isna Farhatina

Isna Farhatina

ArtikelTerkait

Hiroshi Nohara dan Misae Nohara, Pasutri yang Sebetulnya Uwuuu Banget terminal mojok

Hiroshi dan Misae Nohara, Pasutri yang Sebetulnya Uwuuu Banget

17 November 2021
4 Hal yang Patut Disyukuri Ketika Tinggal di Jakarta terminal mojok.co

4 Hal yang Patut Disyukuri Ketika Tinggal di Jakarta

14 Januari 2022
10 Pasangan dengan Kisah Cinta Beda Dimensi dalam Drakor Terminal Mojok

10 Pasangan dengan Kisah Cinta Beda Dimensi dalam Drakor

23 September 2022
Gen Z: Generasi Google Maps, tapi Buta Geografi

Ironi Gen Z: Generasi Google Maps, tapi Buta Geografi

20 Februari 2024
Pusing Mikir Tesis, Guru Besar UGM Malah Bahas Masuk Angin (Unsplash)

Saya Nggak Pernah Kepikiran Masuk Angin Bisa Dibahas Serius di Pidato Guru Besar UGM, Padahal Saya Udah Pusing Setengah Mati Nyari Topik Tesis yang Dianggap Ilmiah

14 Juni 2025
5 Penderitaan Mahasiswa di Kampus Negeri Medioker yang Nggak Diketahui Orang Banyak

5 Penderitaan Mahasiswa di Kampus Negeri Medioker yang Nggak Diketahui Orang Banyak

20 September 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.