Belum lama ini Terminal Mojok mengangkat tulisan yang berisi kritik pedas ke Trans Jogja. Tulisan itu berjudul Trans Jogja Makin Hari Makin Tak Berguna: Tidak Menjangkau Seluruh DIY, Tidak Jadi Solusi Kemacetan. Lalu, Gunanya Trans Jogja Apa? Sebenarnya saya setuju pada bagian bus ini punya banyak kekurangan. Namun, saya nggak setuju kalau bus ini disebut nggak berguna.
Sebagai penumpang setia saya merasa banyak hal memang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dari bus ini. Salah satu yang paling mengganggu adalah selang waktu (headway) beberapa rute yang cukup lama. Contohnya, rute 6A untuk daerah Gamping via Ngabean-Madukismo dengan headway hingga 30 menit. Selain itu, ada beberapa halte yang letaknya jauh dari pemukiman atau strategis. Ada juga halte yang kurang layak seperti halte portable di utara Pasar Demangan.
Walau punya banyak kekurangan, sistem bus raya terpadu yang digagas sejak 2008 itu dibutuhkan warganya. Dengan mata dan kepala sendiri saya melihat bagaimana bus ini sehari-hari disesaki oleh penumpang. Saya rasa benar-benar kurang tepat kalau Trans Jogja disebut nggak berguna.
Trans Jogja belum memungkinkan punya jalur sendiri di jalanan Yogyakarta yang padat
Di tulisan sebelumnya, Trans Jogja banyak dibanding-bandingkan dengan Transjakarta. Saya juga sempat menyimak komentar di media sosial yang kecewa dengan Trans Jogja karena tidak sebaik Transjakarta. Terutama soal kepastian headway armadanya.
Saya memahami kekecewaan itu. Kenyataannya layanan transportasi publik di Jogja memang kalah jauh dibanding Jakarta. Namun, kita juga perlu jeli, TransJakarta memiliki jalur busway tersendiri di jalan, sementara Trans Jogja tidak.
Setiap hari bus ini harus berbaur dengan ratusan kendaraan pribadi di jalanan Yogyakarta. Apalagi, sudah jadi rahasia umum kalau jalanan Jogja kian hari semakin padat. Sebut saja Jalan Malioboro, Jalan Gejayan, Jalan Kaliurang, dan Jalan Godean. Itu mengapa layanan nggak bisa memberikan kepastian dari sisi headway armadanya.
Baca halaman selanjutnya: Membantu pelajar dan masyarakat…