Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Tahu Nggak, Seberapa Klenik Hidup Kita Saat Ini?

Moh Rivaldi Abdul oleh Moh Rivaldi Abdul
20 Januari 2020
A A
Tahu Nggak, Seberapa Klenik Hidup Kita Saat Ini?
Share on FacebookShare on Twitter

Kalau kita beli pakaian, kita pilih merek tertentu. Yang kita beli bukan objektivitas barangnya, melainkan mereknya. Itu, tentu saja tidak objektif. Dengan kata lain itu klenik. Demikian menurut Cak Nun dalam bukunya “Jon Pakir”.

Klenik bukan hanya soal praktik-praktik perdukunan, tapi saat manusia kehilangan pertimbangan objektif–pertimbangan akal sehat–dalam menilai sesuatu, maka itu sudah klenik. Karenanya ada banyak jenis klenik, dan sebagian besar mungkin sering kita lakukan dalam kehidupan ini.

Bahkan dunia akademis yang katanya ilmiah juga menyimpan klenik. Misalnya, pedoman tak tertulis dalam ujian bahwa: pasal satu doktor–dosen–tak pernah salah, pasal dua jika doktor salah maka kembali ke pasal sebelumnya. Jika mengacu pada mazhab Cak Nuniyah dalam ukuran klenik, maka ini jelas klenik. Sebab tak ada pertimbangan objektivitas materi yang disampaikan ke mahasiswa dalam dua pasal itu.

Padahal masyarakat akademis harusnya mempunyai pertimbangan objektivitas dalam menilai, bukan semata dipengaruhi oleh deratan gelar yang diperoleh. Gelar bisa saja dibeli, sementara pengetahuan tak pernah bisa dibayar dengan uang.

Contoh klenik lain dalam “Jon Pakir”, bahwa orang tak perlu membeli ayam cukup beli Royco. Namun, kalau menganggap Royco adalah ayam, masuklah ia ke dalam kawasan klenik. Sebab sudah menyalahi objektivitas antara Royco dan ayam.

Kalau kita berlandas pada pemahaman klenik Cak Nuniyah ini bahwa klenik tak hanya soal praktik perdukunan. Maka sangat banyak praktik klenik yang kita lakukan dalam menjalani kehidupan. Sebab ada banyak momen loh, saat manusia kehilangan pertimbangan objektivitas dalam menjalani kehidupan.

Saat membeli barang, yang dibeli umumnya bukan barangnya tapi mereknya. Kadang kita juga malu menggunakan barang tanpa merek, dan akan merasa percaya diri hanya jika barangnya bermerek. Semakin mahal merek suatu barang yang digunakan, akan semakin percaya diri. Ini namanya behavior-merekisme.

Saat mau makan di luar, kita tak membeli makanan yang enak, tapi membeli tempat yang enak. Ayam lalapan bisa jadi seharga ratusan ribu hanya karena dijual di tempat yang keren saja, padahal kalau mau jujur rasanya sama saja dengan ayam lalapan seharga 15 ribu yang di pinggiran jalan. Yang menjadikan makanan mahal kadang bukan rasanya tapi gedung tempat makan. Maka objektivitas enaknya makanan tergantikan dengan enaknya tempat di mana makanan dijual.

Baca Juga:

Cek Khodam Adalah Pembodohan, Lebih Bodoh Lagi kalau Ada yang Percaya

Hal-hal Absurd yang Hanya Terjadi di Kos Murah

Klenik modern juga terjadi saat kita menggunakan hp. Sama halnya dengan behavior-merekisme, kadang kepercayaan diri hadir jika hp-nya bermerek. Apalagi jika kamera belakangnya ada tiga, kamera itu semakin menambah kepercayaan diri untuk memamerkan klenik kehidupan.

Klenik modern berupa behavior-merekisme, membuat manusia kehilangan pertimbangan objektivitas, menuju pada pertimbangan merek dan sejenisnya. Hal ini mengakibatkan kecenderungan merasa rendah hanya karena tak bisa menggunakan barang yang bermerek.

Selain itu, klenik modern juga memunculkan mitos-mitos modern. Mitos yang diciptakan manusia dan menjerat manusia.

Banyak yang sudah tak percaya dengan mitos tak boleh beli minyak tanah di malam hari. Lagi pula zaman sudah maju, orang-orang sudah pada pakai gas elpiji. Mitosnya pun berganti dengan mitos modern, bahwa manusia akan setengah meninggal jika listrik padam. Sepanjang waktu listrik padam, konon manusia tak bisa makan, tak bisa mandi, tak bisa buat status, dan tak bisa lainnya, pokoknya setengah meninggal, deh.

Perempuan tak lagi menggunakan mitos susuk di kening, di mata, atau di seluruh wajahnya dengan kepercayaan untuk terlihat cantik. Zaman sudah berubah, susuk hanya tinggal mitos, sudah banyak perempuan yang tak percaya.

Namun mitos susuk digantikan dengan mitos modern cukur alis, atau bedak pemutih dengan kepercayaan untuk terlihat cantik. Kalau bisa pakai cat putih sekalian. Perempuan dalam cengkraman mitos ini meyakini bahwa belum cantik kalau belum cukur alis dan pakai pemutih wajah, mereka anti dengan air hujan, sebab air hujan seperti halnya daun kelor mampu melunturkan kecantikan susuk.

Media sosial mendukung kehidupan sosial manusia. Saking mendukung kehidupan, banyak manusia merasa belum hidup jika tanpa dukungan media sosial. Rasanya menyenangkan jika status mendapatkan banyak like. Sehingga hanya karena soal like, manusia bisa sampai kehilangan nafsu makan, bahkan nafsu hidup. Cengkraman mitos like ini disebut behavior-likeisme.

Masih banyak klenik kehidupan lainnya, jika kita mengacu pada ukuran klenik mazhab Cak Nuniyah dalam Jon Pakir.

Banyak hal yang membuat manusia modern kehilangan ukuran objektivitas dalam memandang kehidupan. Bahkan kadang manusia kehilangan subjektivitas dirinya sendiri, di mana manusia hidup berdasarkan pada penilaian orang lain. Ini jelas klenik, bahkan lebih klenik dari kehilangan objektivitas hidup.

Ah, sudahlah, panjang jika kita membahas klenik-klenik kehidupan. Sekarang, coba pikirkan, seberapa kleniknya hidup kita?

BACA JUGA Saya Setuju Cak Nun, yang Merasa Hina Kalau Diundang Presiden ke Istana atau tulisan Moh Rivaldi Abdul lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2020 oleh

Tags: Cak NunHidupklenik
Moh Rivaldi Abdul

Moh Rivaldi Abdul

Alumni S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo.

ArtikelTerkait

penelitian

Hidup itu Proses Penelitian Sepanjang Masa

16 Mei 2019
Menurut Saya Mencintai Itu Harus dengan Klenik

Menurut Saya Mencintai Itu Harus dengan Klenik

1 Maret 2020
kos murah 300 ribuan di solo

Hal-hal Absurd yang Hanya Terjadi di Kos Murah

22 Oktober 2022
rumus hukum fisika yang berhubungan dengan cinta dan kehidupan mojok.co

6 Hukum Fisika yang Bisa Jadi Solusi Masalah Hidup Sehari-hari

25 September 2020
mati, surga, dan neraka MOJOK

Mati Rasa pada Surga dan Neraka

3 Juli 2020
Lupakan Sejenak Mas Bechi, Ini 6 Fakta tentang Kota Jombang yang Perlu Kalian Tahu

Lupakan Sejenak Mas Bechi, Ini 6 Fakta tentang Kota Jombang yang Perlu Kalian Tahu

16 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.