Menjadi mahasiswa Jurusan Sejarah Murni memang perlu panjang sabar. Kalian pasti akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan bernada meremehkan. Apalagi di Indonesia yang cenderung menyepelekan mahasiswa dari jurusan-jurusan kurang populer. Pertanyaan prospek kerja sebagai lulusan Jurusan Sejarah Murni pasti tidak terhindarkan.
Saya pun menghadapi hal yang sama ketika masih menjadi mahasiswa. Tidak dipungkiri, pertanyaan-pertanyaan itu menimbulkan kekhawatiran. Namun, setelah lulus saya menyadari kalau Jurusan Sejarah Murni memiliki lapangan pekerjaan yang luas.
Lulusannya bisa menjadi apa saja. Betul-betul semua bidang bisa disikat oleh lulusan Jurusan Sejarah, seperti sejarawan, dosen, penulis buku, hingga wartawan. Bisa juga menjadi karyawan di lembaga-lembaga yang punya irisan dengan sejarah seperti Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), museum, Perpustakaan Nasional (Perpusnas), dan masih banyak lagi. Bahkan, bisa juga bekerja di bidang yang tidak ada bau sejarahnay sama sekali.
Lulusannya tidak melulu terjun di sejarah
Saya pernah bertemu lulusan Jurusan Sejarah Murni yang kebetulan fasih Bahasa Belanda. Dia kemudian banyak bergelut dengan dunia penerjemahan arsip-arsip Belanda. Pekerjaan itu dia dilakukan bersamaan dengan pekerjaannya sebagai karyawan BUMN. Masih banyak cerita kawan-kawan saya lainnya yang sukses setelah banting stir.
Bekerja di bidang yang linear dengan Jurusan Sejarah maupun tidak, lulusannya tetap akan disambut baik, kok. Saya ingin membesarkan hati teman-teman mahasiswa atau lulusan Sejarah, jurusan yang kerap dipandang sebelah mata ini tetap dibutuhkan di dunia kerja. Jadi, kecil kemungkinan menganggur hanya karena kalian lulusan Jurusan Sejarah.
Setelah lulus dan berkali-kali saya renungkan, jurusan sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi peluang kerja. Yang penting, seseorang ulet dan mau menggaet kesempatan sebanyak-banyaknya. Jadi tenang saja, lulusan Jurusan Sejarah juga bisa bekerja dan sukses.
Lulusan Jurusan Sejarah Murni, disepelekan padahal punya peran penting
Melihat kenyataan di dunia kerja dengan lebih jernih, saya selalu bertanya-tanya, kenapa jurusan-jurusan sosial humaniora kerap dipandang lebih rendah daripada jurusan eksakta. Begitu juga dengan Jurusan Sejarah. Jurusan ini dianggap seolah-olah tidak ada gunanya. Padahal kalau mau mencermati lebih jauh, jurusan ini sangat penting lho.
Saya jadi teringat dengan ucapan dosen saya, ketika suatu wilayah atau kerajaan diserang dan kalah, penyerangnya akan langsung membunuh sejarawan dan negarawan dari wilayah atau kerajaan tersebut. Pihak pemenang juga akan membakar segala jejak tulisan tentang wilayah atau kerajaan yang kalah hingga tidak bersisa. Sejarah dianggao begitu membahayakan sehingga terus diwaspadai oleh banyak pihak dalam peperangan.
Di masa sekarang, negara maju yang lebih punya kesadaran akan pentingnya sejarah. Di sana ilmu sejarah dijadikan fakultas sendiri. Bahkan, ilmu sejarah sudah menggunakan beberapa pendekatan bidang ilmu sosial lain seperti sosiologi, hukum, sosial, ekonomi dan lain-lain. Jadi cakupannya lebih luas dan kompleks.
Kondisinya sangat berbeda dengan Indonesia ya. Di sini boro-boro jadi fakultas sendiri, minat terhadap Jurusan Sejarah sangat minim. Ya bagaimana mau menjadi primadona kalau stereotipe yang berkembang seputar jurusan ini soal lapangan kerja minim melulu.
Penulis: Indraswari Pikatan
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.