Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Loker

Percayalah, Punya Akun LinkedIn Itu Nggak Penting-penting Amat

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
13 April 2022
A A
Percayalah, Punya Akun LinkedIn Itu Nggak Penting-penting Amat

Percayalah, Punya Akun LinkedIn Itu Nggak Penting-penting Amat (Kovop58 via Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau Anda bertanya, pentingkah punya LinkedIn sekarang, saya akan jawab: tidak begitu penting. Punya nggak apa-apa, nggak juga nggak masalah.

“Loh, Mas Seto kan recruiter, harusnya paham pentingnya medsos satu itu dong. Gimana sih???”

Bentar, saya jelasin dulu.

Sejak awal kemunculannya, LinkedIn digadang-gadang menjadi salah satu platform yang powerful bagi para HRD, talent acquisition, recruiter, head hunter, dan sebangsanya, untuk menemukan kandidat potensial dan punya kemampuan sesuai kebutuhan perusahaan. Di sisi lain, hal ini juga berlaku bagi para pencari kerja dalam menemukan pekerjaan yang diinginkan.

Logo LinkedIn (Pixabay.com)

Namun, saat ini, saya semakin yakin bahwa penggunaan LinkedIn dalam ruang lingkup pekerjaan itu nggak penting-penting amat—seperti yang digembar-gemborkan di awal. Sebab, FYI, fungsi LinkedIn sendiri semakin tergerus karena ulah penggunanya sendiri. Bahkan, tiap kali login LinkedIn, saya selalu merasakan keresahan, kebingungan, sekaligus kemangkelan di waktu bersamaan.

Iya, saya paham bahwa LinkedIn itu situs web jaringan sosial yang berorientasi bisnis, terutama digunakan untuk jaringan profesional. Salah satu kelebihan yang dimiliki dibanding platform profesional atau situs pencari kerja lainnya adalah punya fitur posting foto dan video. Namun, jangan salah, hal tersebut juga bisa jadi kelemahan sekaligus membikin para HRD dan/atau sebagian orang yang serius mencari pekerjaan jadi nggak fokus.

Masih belum mudeng? Buat kalian yang punya akun LinkedIn, silakan scroll laman beranda kalian masing-masing. Minimal kalian akan menemukan satu atau dua postingan yang agak nganu untuk sebuah platform professional.

Merintis startup (Pixabay.com)

Saya coba berikan gambaran satu per satu postingan yang semakin lama semakin membikin risih itu.

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

Loker Management Trainee Membuat Orang Biasa Susah Masuk Perusahaan Impian: Nggak Semua Orang Ingin Jadi Manajer!

Pertama, postingan flexing tentang pencapaian pribadi. Kedua, generasi pekerja kelahiran tahun 80 sampai 90-an yang adu nasib—meminta para pekerja saat ini untuk mensyukuri gaji yang diterima, jangan milih-milih, dan meminta jalani saja dulu. Ketiga, para pencari kerja sekaligus pencari likes/respons yang menjual kesedihan sambil share foto yang bisa memancing iba banyak orang. Keempat, foto ala-ala Instagram dengan quote yang mungkin bagi mereka termasuk motivasi. Padahal, nggak memotivasi amat.

Belum lagi “Si paling LinkedIn” flexing soal profilnya yang paling “wah”, paling profesional, dan paling dilirik oleh banyak perusahaan. Juga, “Si Paling Pekerja Keras” alias startup founder yang cerita betapa mengerikannya perjuangan mereka membangun startup. Membangun startup lho ya, bukan bertahan hidup.

Sebagian dari kalian mungkin mbatin, “Halah, itu sih tergantung yang ente follow atau terkoneksi sama siapa kaleee.”

Biar saya tegasin, ya. Saat ini, beranda LinkedIn akan memunculkan postingan orang lain yang kalian—atau connection (mutualan kita)—beri like. Oke kalau yang di-like adalah iklan lowongan pekerjaan, pelatihan, dan hal lain yang masih berkaitan dengan pekerjaan. Lah, kalau hal yang agak nganu? Lama-lama ya risih juga, Ngab.

Wajar kalau belakangan, saya, sebagian HRD, atau pencari kerja lainnya merasa bahwa punya akun LinkedIn itu nggak bisa jadi tolok ukur seseorang profesional di bidangnya dan bukan opsi utama untuk mencari pekerjaan yang ideal. Bahkan bisa dibilang nggak penting-penting amat punya akun LinkedIn.

Dengan semakin maraknya pengguna yang hobi posting secara serampangan, rasa-rasanya nggak berlebihan jika saya menilai bahwa platform pencari kerja lainnya, saat ini boleh jadi lebih unggul, nyaman digunakan, dan menawarkan beberapa kelebihan. Sehingga, para HRD bisa fokus posting info lowongan pekerjaan. Sedangkan pencari kerja bisa fokus scroll memilih posisi dan perusahaan yang dituju, tanpa harus terdistraksi oleh postingan nyampah dari pengguna lain.

Pengumuman loker (Pixabay.com)

Jika kalian berdalih postingan yang serampangan tersebut sebagai hiburan atau selingan, rasanya hal tersebut keliru. Sebab, kalian bisa menggunakan platform media sosial lain sebagai hiburan. Sederhana saja, jadikan LinkedIn sebagai platform yang sebagaimana mestinya dan proporsional penggunaannya. Sehingga fungsinya bisa maksimal.

Lagian, banyak orang yang sebenarnya tak peduli sama cerita orang-orang membangun startup kek mana. Mereka cari kerja, bukan cari cerita. Kalau cuman adu penderitaan, noh di Twitter banyak.

Sekadar informasi saja, beberapa info lowongan pekerjaan yang kalian pengin dan konon katanya ada di LinkedIn, tersebar juga di beberapa portal pencarian kerja lainnya. Banyak perusahaan yang mem-posting satu iklan lowongan pekerjaan di beberapa platform sekaligus, kok. Tujuannya agar bisa mendapatkan lebih banyak kandidat.

Jadi, bagi kalian yang sampai dengan saat ini belum kepikiran bikin akun LinkedIn, nggak apa-apa, kok. Nggak perlu berkecil hati, merasa nggak mengikuti tren, dan berpikir bahwa peluang kalian dalam mendapatkan pekerjaan semakin kecil.

Melihat tren postingan sebagian pengguna di LinkedIn saat ini yang semakin absurd dan mirip-mirip media sosial pada umumnya, rasa-rasanya nggak berlebihan amat jika saya pikir, punya atau tidaknya akun LinkedIn nggak bisa dijadikan acuan utama dalam menemukan info lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kepenginnya kalian.

Jadi, dah paham kan kenapa saya bilang nggak penting-penting amat?

Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA LinkedIn Lama-lama kok Malah Jadi Mirip Facebook, ya?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 April 2022 oleh

Tags: LinkedInlokerMedia Sosial
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Quora Media Sosial Paling Nggak Toxic yang Pernah Saya Coba, Bikin Betah Mojok.co

Quora Media Sosial Paling Nggak Toxic yang Pernah Saya Coba, Bikin Betah

21 Mei 2025
3 Tipikal Admin Media Sosial yang Bikin Mangkel terminal mojok.co

Tips Sehat Mental Mengarungi Media Sosial yang Brutal

3 September 2020
pelecehan seksual wanita berkumis motivasi kerja dengan perundungan bullying anak artis dihujat netizen ibu-ibu mojok.co

Ibu-ibu yang Suka Nge-bully Anak Artis di Media Sosial, Otaknya di Mana ya?

1 September 2020
Belakangan Ini Semua Media Sosial Terasa Toksik Kecuali Quora terminal mojok.co

Belakangan Ini Semua Media Sosial Terasa Toksik Kecuali Quora

30 Oktober 2020
Anggapan LinkedIn Sosmed Toxic Hanyalah Kedok bagi Mereka yang Nggak Siap Menghadapi Dunia Profesional Mojok.co

Anggapan LinkedIn Sosmed Toxic Hanyalah Kedok bagi Mereka yang Nggak Siap Menghadapi Dunia Profesional

8 Agustus 2024
Netizen Indonesia Memang Paling Nggak Sopan, di Tengah Kabar Duka Masih Ada yang Bacot Ngeributin Agama Kiki Fatmala

Netizen Indonesia Memang Paling Nggak Sopan, di Tengah Kabar Duka Masih Ada yang Bacot Ngeributin Agama Kiki Fatmala

2 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Orang Jakarta Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Tidak Cocok untuk Kalian Mojok.co

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

11 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok Mojok.co

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok

12 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah
  • Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur
  • Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua
  • Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban
  • Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri
  • Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.