Ada istilah yang sangat beken pada novel dan lagu-lagu romansa. Cinta tak bersyarat. Sebuah kalimat agung yang rasanya sulit dijumpai dalam kisah nyata. Kita hidup di dunia yang penuh syarat dan standar yang beraneka rupa. Mau ngapa-ngapain syaratnya harus komplet, apalagi bikin SIM dan ikut seleksi CPNS, beuh syaratnya bejibun.
Tapi, semua syarat pelik itu tak terasa berat apalagi jika dibandingkan dengan syarat yang harus dimiliki sebuah motor agar lolos uji kelayakan ngarit. Ini bukan masalah ringan. Pasalnya, ngarit adalah jenis pekerjaan yang perlu ketelitian dan skill khusus yang mumpuni. Ngarit adalah seni yang sulit dijangkau oleh sembarang orang. Dan kendaraan yang bisa lolos uji untuk ngarit tak semudah itu didapat, tak semudah bikin SIM dan tes CPNS.
Ngarit adalah kegiatan menyabit rumput untuk pakan ternak. Semakin besar hewannya, semakin berat pula beban yang harus dibawa. Mesin yang berenergi dan trengginas itu syarat mutlak, apalagi kalau punya ternak lebih dari satu. Motor yang digunakan bisa motor dua tak, maupun empat tak. Boleh motor laki ataupun bebek. Beberapa orang menggunakan motor matic, namun biasanya hanya untuk jarak dekat pun bermedan landai. Kalau wong gunung yang punya kontur wilayah berbukit penuh tanjakan, biasanya memilih motor bebek untuk ngarit.
Motor bebek jadul yang kerap jadi pilihan utama untuk ngarit, biasanya karena harganya yang lebih miring. Motor semacam Shogun, Smash, Bravo, hingga Vega, adalah pilihan utama para pengarit profesional. Motor-motor tersebut bisa didapat dengan membeli lagi, atau menggunakan motor lama karena sudah ada motor yang baru. Semacam punya dua kepribadian, satu untuk ngarit, dan satu lagi untuk kondangan serta pergi ke pasar.
Irit adalah hal paling utama. Sudah harga bekatul naik terus, masa pakai motor yang boros? Karena itulah motor Ninja dan RX-King tak mungkin lolos uji kelayakan ngarit. Selain itu, motor bebek punya kelebihan yakni bentuk badannya yang datar, sehingga presisi saat ditindih rumput gajah atau jerami yang panjang-panjang. Apalagi bagian depannya cekung, bisa sekalian untuk tempat duduk anak ataupun beban tambahan lain.
Sebenarnya Honda Astrea alias Grand, Supra, Karisma, Pitung (Honda C-70), Honda CB, Kirana, hingga Fiz R, adalah motor yang paling cocok, irit, dan bandel. Namun, motor-motor itu kini mulai dilirik oleh sobat pencinta gaya retro sehingga harganya tak pernah turun dan meroket tajam. Nah, agar makin murah, motor yang dipilih sudah sewajarnya seadanya dan yatim piatu, tak ber-STNK dan BPKB.
Tak perlu bodi licin bak pualam, lantaran pada akhirnya motor itu juga pasti mreteli atau remuk perlahan-lahan. Tergores ranting, ditekan rumput yang berat pun penuh lumpur, kena panas dan hujan, sampai-sampai sudah tak berbentuk lagi. Begitu juga kelengkapan lampu, cukup lampu depan, kadang lampu sein juga sering mati. Tak perlu jok empuk, sobek dan bopak pun boleh. Spion dan sepatbor adalah komponen tak guna, yang penting bawa tali dan arit alias sabit.
Pokoknya spesifikasinya adalah kontra dari motor nyaman dan aman pada umumnya. Tapi, ini spesifikasi motor untuk ngarit di tengah perkampungan, yang kegiatan sehari-harinya tak beririsan dengan perkotaan atau jalan utama. Spesifikasi motor untuk ngarit yang kerap merambah jalan besar perlu plat nomor kendaraan, spion, serta lampu yang komplet. Soal surat, biasanya tetap ada yang kosong blong.
Nah, spesifikasi motor tadi mesti dipatuhi, agar acara ngarit makin lancar dan ternak-ternak bahagia. Kehidupan peternakan duniawi pun tetap berjalan lancar. Kalau pada akhirnya tertangkap karena dianggap tak layak dan berbahaya itu gampang, tinggal melengkapi syarat yang lain. Apalagi kalau bukan ikut persidangan. Masa bayar uang pelicin? Indonesia ini negara hukum, je!
Penulis: Bayu Kharisma Putra
Editor: Intan Ekapratiwi