Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Dari Kasus Dhea Regista Terbukti bahwa Doxing Hanyalah Onani Moral

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
24 Agustus 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Lagi-lagi saya harus menyampaikan pernyataan sikap di pembuka artikel. Pertama, saya tidak kenal siapa Dhea Regista. Kedua, saya tidak tertarik dengan kasus Dhea Regista. Pasalnya, kasus serupa memang banyak terjadi. Dari level kecil seperti relasi antar pasangan, sampai level besar seperti Bansos.

Namun, saya tertarik dengan perkara yang mengikuti kasus Dhea ini. Perkara yang saya pikir sudah melampaui batas aman, dan bisa jadi budaya yang memaklumi survailance dan pelanggaran privasi, yaitu pola doxing yang menjadi bentuk hukuman sosial bagi Dhea Regista.

Sedikit penjelasan, intinya Mbak Dhea ini bermasalah karena menjadi seorang gold digger. Ia menjadi orang yang membangun relasi untuk mengeruk harta orang. Mbak Dhea menjadi viral karena perilaku ala lintah ini dilakukan selama 4 tahun. Dan lebih dari itu, korbannya juga lebih dari satu.

Mungkin sampai sini Anda marah. Mungkin Anda ingin Mbak Dhea ini hancur sehancur-hancurnya. Mungkin Anda merasa Mbak Dhea pantas dipermalukan di media sosial. Lantaran perilaku Mbak Dhea pantas dihukum dan menjadi peringatan bagi calon gold digger lain. Namun, bagaimana dengan doxing?

Doxing jadi alat hukuman paling keji di dunia maya. Dari identitas pribadi sampai kisah di dunia nyata disebarkan di media sosial. Tujuannya jelas untuk mempermalukan si sasaran doxing. Dan ketika saya bilang keji, doxing memang sudah melampaui batasan dunia nyata dan maya.

Jangankan nama asli, dari alamat sampai IPK saja bisa disebarkan. Contohnya, data Dikti milik Mbak Dhea. Beberapa kasus doxing juga menyebarkan sejarah si sasaran yang sekiranya pantas untuk dihujat. Bahkan urusan kecenderungan seksual ikut jadi bahan doxing.

Bahan doxing ini mungkin terlihat lucu sebagai olok-olok. Dan tentu para pelaku doxing beralasan sebagai bentuk hukuman sosial. Namun, seperti yang saya sebut tadi, doxing hari ini memang keterlaluan. Pasalnya, ia mulai membagikan sesuatu yang sifatnya sensitif serta rentan penyalahgunaan.

Sesederhana alamat saja. Untuk orang gabut yang cenderung destruktif, bisa jadi alamat ini dipakai untuk memberi teror secara langsung. Apalagi kalau sampai data diri seperti tempat tanggal lahir, domisili, sampai nomor KTP. Di tangan orang yang salah, data ini bisa dijual demi kejahatan.

Baca Juga:

Drama Cina: Ending Gitu-gitu Aja, tapi Saya Nggak Pernah Skip Menontonnya

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Selain itu, doxing bisa berdampak pada orang lain. Kerabat dan rekan sasaran doxing kadang ikut diserang. Padahal, kemungkinan mereka tidak memiliki keterlibatan pada kasus yang dilakukan sasaran doxing. Nah, tentu pola doxing ini bisa merugikan orang selain sasaran. Lantas, fungsi doxing untuk apa dengan logika seperti itu?

Lebih lanjut, doxing jelas melanggar hak privasi seseorang. Mental menghukum ini yang membuat orang mengabaikan salah satu poin dari hak asasi manusia.

Perkara doxing Mbak Dhea ini makin jadi buah bibir. Banyak orang berebut membongkar identitasnya. Malah seolah muncul kompetisi: siapa yang paling banyak memperoleh data dari sasaran doxing ini.

Sebenarnya, sampai sini kita bisa bertanya: tujuan dari doxing ini apa? Apa benar doxing menjadi jawaban dari berbagai kejahatan utamanya di dunia digital? Apakah doxing ini dilakukan dalam semangat membela korban dan menghukum pelaku yang cukup sulit untuk dijerat hukum?

Mungkin alasan ini terdengar hebat. Namun, saya pikir, sebenarnya para pelaku doxing tidak lebih dari onani moral. Mereka merasa sebagai karakter yang lebih unggul sehingga memiliki hak istimewa untuk menyebarkan informasi.

Saya sering diskusi dengan teman-teman yang pernah atau jadi korban doxing. Para pelaku bisa saja membanggakan diri sebagai garda depan di sini. Para korban merasa bahwa hak mereka ikut direnggut, dan memandang doxing tidak memiliki efek jera yang maksimal. Akhirnya, ini malah menumbuhkan berbagai masalah psikologis. Jika diteruskan, jangan kaget data diri kita bisa dijual seperti dagangan. Dan kesehatan mental satu sama lain makin terabaikan karena urusan ini?

Perlu ada kesadaran bahwa doxing akan mengancam banyak orang. Namun, sepertinya doxing masih jadi pilihan termewah dan terlezat untuk membela kebenaran semu. Dan selama doxing masih dinormalisasi, jangan harap hak privasi kita terlindungi.

BACA JUGA Selama Kritik Masih Dibalas dengan Doxing, Kedunguan akan Tetap Ada dan Berlipat Ganda dan tulisan Prabu Yudianto lainnya. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Agustus 2021 oleh

Tags: Dhea RegistadoxingMedia Sosialprivasi
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

eskapisme

Eskapisme Media Sosial Membumbui Penyimpangan Era Digital

28 Juli 2019
instagram stories

Instagram Stories itu Nyebelin

10 Juli 2019
kebebasan berpendapat

Kebebasan Berpendapat di Media Sosial Bagian 2: Bodo Amat adalah Cara Bermedia Sosial Paling Benar

22 Oktober 2019
admin media sosial

Jangan Jadi Admin Media Sosial Jika Belum Kuat Tirakat

3 Juli 2019
udah Nggak Usah Dipikirin

Kalimat “Udah Nggak Usah Dipikirin” yang Sebaiknya Kamu Pikirin

16 Agustus 2019
Netizen Twitter Adalah Antagonis Paling Kejam dan Fakta-fakta Lainnya Kenapa Becandaan di Twitter Nggak Laku Dibawa ke Facebook?

Netizen Twitter: Antagonis Paling Kejam dan Fakta Lainnya

15 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.