Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Golongan yang Nggak Mungkin Work Life Balance. Kerja, Kerja, Kerja, Tipes!

Muhamad Faqih Taqiyudin oleh Muhamad Faqih Taqiyudin
11 Maret 2021
A A
4 Alasan Seseorang Menanyakan Pekerjaan Orang Lain Saat Ngumpul
Share on FacebookShare on Twitter

Secara harfiah work life balance adalah keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan. Work life balance mengidamkan kehidupan ideal saat jam kerja itu harus manusiawi. Ya, maksimal sepertiga hari kita lah, supaya dua per tiga hari sisanya bisa dipakai untuk istirahat dan melakukan aktivitas lain seperti hobi, bersosialisasi, bercocok tanam, atau mungkin maraton series. Intinya sebagai manusia, kita perlu seimbang membagi waktu kita untuk bekerja, keluarga, teman, dan diri sendiri. Haram hukumnya kalau sebagian besar waktu kita dipake cuma untuk kerja, kerja, kerja. Nggak bagus, bisa-bisa kualitas hidup kita menurun lho.

Work life balance memang sering jadi isu yang meresahkan banyak pekerja. Dengan adanya istilah ini, para pekerja yang selama ini work dan life-nya jauh dari kata balance seolah punya juru bicara akan apa yang biasanya hanya mereka keluhkan atau bahkan dipendam dalam kepala saja.

Tapi, kalau mau kita perhatikan lebih dalam, aturan ini sangat segmented. Sebab memang tidak semua jenis profesi bisa cocok sama istilah ini. Jenis profesi seperti seniman, musisi, konten kreator, pengusaha, hingga presiden nggak bisa serta merta menerapkan kesimbangan kehidupan dan pekerjaan.

Tentu saja kita bakal jadi warga negara yang banyak nuntut kalau Pak Jokowi, presiden kita menerapkan ini. Kerja 8 jam sehari dan nggak boleh ada obrolan atau pekerjaan tambahan di luar jam kerja. Jadi jam 5 sore, kelar kerja beliau bisa pulang ke rumah bawa dim sum sama boba buat Netflix-an, malemnya nge-chill sama teman-teman menterinya, habis itu tidur ngumpulin energi buat besok masuk kerja lagi pukul 09.00 pagi.

Nggak bisa, pekerjaan sebagai presiden punya komitmen yang berat dan mungkin kalau mau jadi presiden ya siap-siap aja kerja sama hidupnya nggak balance. Sebab memang itu risikonya mengurus suatu negara. Atau misal tiba-tiba Donald Trump ngajak meeting mendadak terkait hubungan bilateral kedua negara, Pak Jokowi bilang, “Sorry, Trump, bukannya gimana-gimana, tapi ini udah bukan jam kerja saya, saya mau qtime dulu sama anak-anak.” Kayaknya Trump nggak bakal segan-segan lagi buat ngarahin rudal nuklirnya ke Indonesia.

Konsep work life balance ini juga nggak cocok sama seniman, musisi, atau kreator konten yang memang pekerjaan mereka nggak punya jam kerja pasti. Kadang bisa aja full seharian mereka kerja sampai waktu buat istirahatnya bener-bener kurang, tapi kadang-kadang juga seharian mereka istirahat (read: gabut) sampai waktu buat kerjanya bener-bener nggak ada.

Ada juga golongan yang menganggap pekerjaan mereka adalah hidup mereka. Golongan ini justru merasa hidup ketika mereka melakukan pekerjaan. Golongan ini adalah mereka yang beruntung bisa hidup atau mendapat pekerjaan yang sesuai dengan passion. Pada golongan ini, konsep work life balance menjadi blur karena bagi mereka, hidup mereka adalah pekerjaan sehingga nggak perlu repot-repot menyeimbangkan waktu untuk bekerja dan kehidupannya lagi. Meskipun kalau dipikir-pikir susah juga begini. Ya masa nggak punya hal lain untuk dipikirkan selain karies sendiri?

Konsep work life balance memang paling cocok untuk mereka yang bekerja di luar passion. Biasanya dari kalangan buruh pabrik, karyawan restoran 24 jam, atau pekerja kantoran, dan lain semacamnya. Golongan ini memang sering kali mendapat jam lembur, kerja tambahan di luar job desk, jatah libur yang minim, serta jam kerja yang nggak manusiawi. 

Baca Juga:

5 Dosa Jurusan Ekonomi yang Bikin Lulusannya Kagok di Dunia Kerja

Sarjana Agama Jangan Mau Dicap Cuma Bisa Terima Setoran Hafalan, Ini 5 Profesi Alternatif yang Butuh Keahlian Agama Kamu

Parahnya mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang mereka tidak sukai. Masih mending kalau pengorbanan waktunya diupahi setimpal, kalau tidak? Udah gaji kecil, teman nggak punya karena nggak ada waktu untuk bersosial, waktu kumpul dengan keluarga nggak ada, pas waktunya gajian nggak terlalu excited karena gajinya nggak seberapa. Ya untuk golongan ini, para bos, owner, CEO, atau apa pun itu harus mulai berempati pada karyawannya dan mulai menerapkan konsep work life balance lah. Tujuannya supaya tercipta lingkungan kerja yang lebih sehat dan menyenangkan.

Tapi, jika Anda berada di golongan yang terakhir dan bos Anda masih belum mau berempati untuk menerapkan konsep work life balance, jangan khawatir. Kerja memang capek, banyak banget yang harus kita korbankan. Sebentar lagi juga tipes.

BACA JUGA Udah Kerja Keras Bagai Kuda, Kok Tabungan Nggak Nambah-Nambah?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 Maret 2021 oleh

Tags: dunia kerjapekerjaanprofesiprofesionalistas
Muhamad Faqih Taqiyudin

Muhamad Faqih Taqiyudin

Mahasiswa akhir.

ArtikelTerkait

Nelangsa Penderita Buta Warna di Dunia Kerja : Nggak Dilirik HRD sampai Dapat Persepsi Buruk Kolega

Nelangsa Penderita Buta Warna di Dunia Kerja: Nggak Dilirik HRD sampai Dapat Persepsi Buruk Kolega

14 Agustus 2024
Belum Menikah Bukan Berarti Halal Dikasih Banyak Tugas Tambahan terminal mojok.co

Belum Menikah Bukan Berarti Jadi Babu, Kita Juga Sibuk

16 September 2021
Kita Pernah Ingin Resign, tapi Tuntutan Hidup Menarik Paksa untuk Bertahan terminal mojok.co

Kita Pernah Ingin Resign, tapi Tuntutan Hidup Menarik Paksa untuk Bertahan

27 September 2021
Fenomena HRD Ghosting dan Cara Menghindarinya

Fenomena HRD Ghosting dan Cara Menghindarinya

19 November 2019
Ngakunya Butuh Kerja, tapi Pas Dikasih Info Loker kok Malah Pilih-pilih, sih?

Ngakunya Butuh Kerja, tapi Pas Dikasih Info Loker kok Malah Pilih-pilih, sih?

27 Januari 2022
Tugas Penyiar Radio Bukan Cuma Ngemeng Doang terminal mojok

Membedah Tugas Penyiar Radio yang Sering Dibilang Ngemeng doang

24 Mei 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.