Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

6 Dosa Penjual Gudeg Jogja yang Sulit Dimaafkan Pembeli

Marselinus Eligius Kurniawan Dua oleh Marselinus Eligius Kurniawan Dua
25 Agustus 2025
A A
6 Dosa Penjual Gudeg Jogja yang Sulit Dimaafkan Pembeli Mojok.co

6 Dosa Penjual Gudeg Jogja yang Sulit Dimaafkan Pembeli (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Belum lama ini saya membaca tulisan tentang dosa penjual Gudeg Jogja di Mojok. Judulnya, 3 Dosa Penjual Gudeg yang Merusak Rasa dan Bikin Wisatawan Kapok Kulineran di Jogja. Membaca tulisan tersebut, saya hanya bisa bertanya-tanya, “Perasaan dosa penjual gudeg nakal lebih dari itu.” 

Tulisan ini tidak bermaksud menghambat rezeki para pedagang gudeg Jogja ya. Hanya saja, saya berharap wisatawan lebih waspada ketika jajan kuliner khas yang satu ini. Selain itu, saya berharap para penjual gudeg nakal yang melakukan “dosa-dosa” ini segera tobat. 

#1 Hanya memanfaatkan romantisme gudeg Jogja, tanpa memerhatikan kualitas

Penjual yang hanya memanfaatkan narasi gudeg Jogja secara berlebihan memang bikin gemas. Mentang-mentang Jogja sudah mendapat julukan “Kota Gudeg” lantas penjual ini bisa menjual gudeg dengan sesuka hati. Tidak memerhatikan kualitas dan sisi orisinalitasnya. Salah satunya, pernah dibahas dalam tulisan sebelum ini. Bagaimana para penjual “nakal” tidak menggunakan nangka muda (gori) yang pas untuk bahan utama gudeg. 

Kadang saya merasa, yang mahal dari gudeg itu narasi atau ceritanya. Ketika dilabeli makanan legendaris, resep turun-temurun, favorit si ini dan si itu, harganya kemudian melambung. Kadang sampai tidak masuk akal di kantong. 

#2 Porsi gudeg Jogja yang sedikit

Di tulisan Mojok soal gudeg sebelumnya, dibahas bahwa kuliner khas Kota Pelajar ini bikin kantong jebol karena banyak penjual tidak mencantumkan harga. Itu tidak salah memang, tapi saya ingin menambahkan hal lain yang bikin kantong jebol ketika kulineran gudeg: porsi yang sedikit. 

Tidak semua penjual gudeg pelit porsi memang. Ada yang begitu dermawan hingga porsi nasinya begitu banyak dan ukuran lauknya besar. Dijamin mengenyangkan. 

Akan tetapi, kini mulai bermunculan penjual yang begitu pelit dan ini meresahkan. Nasinya sedikit dan ukuran atau jumlah lauk yang disajikan menyedihkan. Cocok dikategorikan sebagai “sad food”. 

Salah satu yang pernah saya jumpai, penjual gudeh hanya menyajikan segenggam nasi. Ayamnya sepotong saja dan ukurannya kecil. Sudah gitu kreceknya sangat dikit seperti disiram kuahnya saja. Porsi mini itu dikenakan harga selangit. Benar-benar kecewa. 

Baca Juga:

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

#3 Rasa tidak konsisten

Hal lain bikin kecewa, rasa gudeg kadang berubah-ubah. Hari ini enak, besok hambar. Kadang areh terlalu asin, kadang terlalu manis. Ada warung yang dulu legendaris, tapi sekarang rasanya tak lagi sama. Entah karena bumbu dihemat, entah karena generasi baru tak setelaten generasi lama.

Ketidakonsistenan ini sering ditutupi dengan nama besar. Pembeli dibiarkan kecewa, tapi tetap datang karena merasa wajib. Seolah membeli kenangan, bukan sekadar makan.

#4 Antrean panjang yang memang dengan sengaja dipelihara

Ada warung gudeg yang menjadikan antrean panjang sebagai strategi marketing. Orang dipaksa menunggu berjam-jam hanya untuk sepiring gudeg. Saking lamanya, antrean itu jadi tontonan. Turis foto-foto, unggah di media sosial, dan menganggap itu bagian dari pengalaman.

Padahal, di balik semua itu ada kelalaian. Mengatur sistem antrean yang buruk. Membiarkan pembeli berdiri berjam-jam di trotoar. Semua dianggap sah, selama orang masih mau menunggu.

#5 Penjual gudeg Jogja mengabaikan kebersihan

Tidak semua, tapi beberapa warung gudeg masih mengabaikan kebersihan. Ada yang ruang makannya sempit, sumpek, berdebu. Tidak sedikit juga piring dan sendok dicuci seadanya. Ada pula yang sampah menumpuk di pojok.

Akan tetapi, karena sudah terkenal, orang tetap saja datang. Mereka rela mengabaikan kenyamanan, demi “cita rasa asli Jogja.” Ironi, kebersihan dianggap nomor sekian, sementara branding dianggap segalanya.

#6 Penerus tidak punya semangat yang sama

Banyak warung gudeg terkenal diwariskan turun-temurun. Dari nenek ke ibu, dari ibu ke anak. Tapi generasi baru tidak selalu punya semangat yang sama. Ada yang malas menjaga kualitas. Ada yang lebih sibuk memperluas cabang, tapi tak bisa mempertahankan rasa.

Gudeg akhirnya kehilangan jiwa. Dari makanan penuh cinta, berubah jadi industri. Warisan hanya tinggal nama, tanpa ruh.

Itulah “dosa-dosa” lain penjual Gudeg Jogja di Jogja. Gudeg memang ikon Jogja, tapi kalau dijual secara asal-asalan di atas, lama-lama malah bisa merusak citra Jogja. Sebaiknya para penjual “nakal” segera berbenah supaya tidak kehilangan pelanggan dan pamor. 

Penulis: Marselinus Eligius Kurniawan Dua
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA 7 Tips Belanja Bakpia Jogja supaya Tidak Apes dan Berakhir Kecewa.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Agustus 2025 oleh

Tags: gudeggudeg jogjaJogjakuliner jogjamakanan khas jogjaWisata Kuliner
Marselinus Eligius Kurniawan Dua

Marselinus Eligius Kurniawan Dua

Guru yang baru terjun di dunia menulis. Gemar main game, jalan-jalan, dan kulineran. Suka membahas tentang daerah, sosial, ekonomi, pendidikan, otomotif, seni, budaya, kuliner, pariwisata, dan hiburan.

ArtikelTerkait

Plat AB Meresahkan Jalanan Jogja karena Tidak Punya Empati (Pexels)

Dosa Terbesar Plat AB di Jalanan Jogja: Tidak Punya Empati!

6 Maret 2025
Jogja Resmi Provinsi Termiskin (Unsplash)

Jogja Provinsi Termiskin: Matur Nuwun Raja dan Gubernur Jogja

18 Januari 2023
Rekomendasi 3 Bakpia Tanpa Angka dengan Inovasi Menggemparkan. Lahirnya Raja Baru Bakpia Jogja!

Rekomendasi 3 Bakpia Tanpa Angka dengan Inovasi Menggemparkan. Lahirnya Raja Baru Bakpia Jogja!

30 Juli 2023
ha milik tanah klitih tingkat kemiskinan jogja klitih warga jogja lagu tentang jogja sesuatu di jogja yogyakarta kla project nostalgia perusak jogja terminal mojok

Klitih di Jogja: Akibat dari Mental Chauvinis dan Maskulinitas ala Feodal

9 Agustus 2021
Cafe Terdekat di Jogja yang Menyimpan Misteri Pohon Ketapang (Unsplash)

Menguak Misteri Pohon Ketapang di Beberapa Cafe Terdekat dari Tempat Tinggal Saya di Jogja

9 Agustus 2023
Nasib Mall Lippo Plaza Jogja yang Hidup Segan Mati Tak Mau Mojok.co

Nasib Mall Lippo Plaza Jogja yang Hidup Segan Mati Tak Mau

25 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.