Di penghujung bulan kemarin, saya berkesempatan mengunjungi Malang. Iya, sebuah kota yang penuh sesak dengan puja-puji hawa dinginnya itu. Bagi mahasiswa alumni, Malang memang bukan hanya serupa kota, melainkan nostalgia. Setidaknya bagi saya sendiri.
Vibes dari kota ini nggak banyak berubah. Titik macetnya masih sama, suara umpatan juga masih berkelindan di mana-mana. Yang sedikit membuat saya kaget adalah kawasan Kayutangan yang “disulap” menjadi ala-ala Jogja. Jalan yang sering macet itu kini menjelma sebagai Malioboro-nya Kota Malang.
Saya kira wisata “imitasi” hanya ada di kabupaten, eh ternyata saya salah. Kota Malang juga menerapkan model wisata serupa. Tentu saja nggak ada salahnya. Bahkan saat saya ke Kayutangan, kawasan tersebut nggak hanya ramai oleh lalu-lalang kendaraan, tapi juga warga sekitar yang duduk di sepanjang jalan sambil menikmati malam dengan amat sumringah.
Tapi, tetap saja saya kurang tertarik dengan hal itu. Saya lebih tertarik mengunjungi beberapa tempat di Malang yang dulu sering saya singgahi sewaktu masih jadi mahasiswa. Meski tempatnya biasa saja, ada semacam kekuatan magis yang menggerakkan tubuh ini untuk bernostalgia ke sana. Apakah kamu juga alumnus Kota Apel yang merasakan hal sama pada beberapa tempat di Malang berikut ini?
#1 Jalan Ijen
Jika ingin melihat sumringahnya Malang, datanglah ke Jalan Ijen pada minggu pagi. Di sana ada beragam kuliner dan jajanan, serta keramaian yang cukup segar. Tentu saja semua itu diiringi dengan udara khas Malang yang sedang dingin-dinginnya. Yah, sebuah kombinasi menawan untuk pengalaman visual yang begitu paripurna.
Pada hari biasa, Jalan Ijen hanya sebatas jalan penghubung. Persis seperti jalan pada umumnya. Tapi ketika Minggu pagi tiba, jalan ini menyulap dirinya sebagai salah satu tempat di Malang yang pas untuk menyaksikan kenikmatan duniawi.
Terkesan lebay, sih. Toh tiap kenangan memang punya romantisasinya masing-masing. Dan bagi saya, Jalan Ijen merupakan satu di antara romantisasi tersebut.
#2 Alun-alun Kota Malang
Secara fisik, Alun-alun Kota Malang memang lebih terasa rimbun dan punya banyak space untuk sekadar duduk santuy sambil maido ketimbang alun-alun kota sebelah. Di sisi luar alun-alun terdapat pula beberapa penjual jajanan. Sebuah tempat yang pas untuk nongkrong dengan mode hemat.
Dulu ketika awal merantau ke Malang, saya mengunjungi alun-alun tersebut dengan beberapa teman. Kami menaiki angkutan umum dengan amat girang. Pengalaman mahasiswa baru memang cukup menyenangkan untuk dikenang.
#3 Jalan Sukarno-Hatta
Jalan penghubung ini biasa disingkat menjadi Suhat. Salah satu tempat di Malang yang terkenal sebagai kawasan langganan macet dengan jembatan kelap-kelip di malam hari. Meski demikian, di jalan ini nggak ada billboard berantakan seperti kota yang UMR-nya nganu.
Sebagai jalan penghubung, Suhat sering kali dilewati mahasiswa Malang. Beragam toko juga berbaris rapi sepanjang jalan. Mulai dari penjual makanan, pakaian, sampai takjilan ada di sini. Kok takjilan? Iya, ketika Ramadan tiba, jalan ini mendadak penuh tenda-tenda yang menjajakan keperluan buka puasa. Sungguh vibes yang tak bisa dilewatkan begitu saja.
#4 Splendid
Bagi yang belum tahu, tempat di Malang ini merupakan tempat bersenang-senang mahasiswa pencinta hewan dan tumbuh-tumbuhan. Splendid adalah pasar hewan dan tumbuhan di Kota Malang.
Untuk sebuah pasar, tempat ini punya suasana yang cukup teduh. Penataannya juga rapi. Selain itu, banyak mahasiswa yang tiba-tiba saja memiliki hobi merawat hewan atau tumbuhan ketika merasa agak gabut.
Makanya tempat ini lumayan ramai dan sering juga dijadikan lokasi yang-yangan kebanyakan muda-mudi mahasiswa. Apalagi di tempat ikan hias. Gimana ya, yang-yangan sambil beli ikan hias memang terkesan agak romantis. Setidaknya itu yang saya lihat. Walau sampai lulus saya hanya menjadi penonton dari kemesraan muda-mudi beserta suara gombalannya yang sayup. Asem emang.
#5 Wisata Paralayang, Batu
Pengecualian untuk yang terakhir ini, letaknya memang bukan di Kota Malang, melainkan daerah Batu. Tapi ada alasannya saya masukkan ke dalam tempat di Malang yang bikin mahasiswa alumni bernostalgia. Tempat ini punya daya magis sehingga saya yakin hampir semua mahasiswa yang kuliah di Malang pasti pernah ke sini, setidaknya sekali.
Ada tiga hal yang acap kali menimbulkan kesan membekas setelah mengunjungi Paralayang Batu. Pertama, tentu saja udara dinginnya yang bisa membuat tubuh bergetar. Kedua, pemandangan lampu-lampu dari atas bukit yang cukup sangar untuk dinikmati. Dan ketiga, jalanan menuju ke sana.
Fyi, jalan menuju Paralayang ini cukup menanjak dan meninggalkan kenangan khusus di kepala. Selain itu, jika ke sana, kita pasti melewati kawasan Songgoriti. Itu lho sebuah kawasan yang menawarkan vila untuk menginap beserta “keramahan” penduduk sekitar.
Konon, kawasan tersebut sering dijadikan tempat menginap bagi muda-mudi karena harganya yang murah dan terkesan “bebas”. Cukup banyak cerita negatif tentang kawasan tersebut. Namun terlepas dari kebenaran kabar tersebut, melewati Songgoriti adalah pengalaman visual yang cukup lumayan untuk dikenang dan ditertawakan di masa depan.
Yah, Kota Malang beserta kenangannya memang perpaduan paripurna untuk sebuah tempat nostalgia. Untuk mencari konten juga, sih. Hehehe.
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kota Malang Kalahkan Jogja Sebagai Kota Paling Ideal untuk Kuliah.