Daerah Istimewa Yogyakarta (baca: Jogja) menyandang banyak status. Mulai dari provinsi tujuan wisata, kota pendidikan, dan lain sebagainya. Namun, tahukah kamu, di semua status istimewa itu ada andil Kabupaten Sleman di dalamnya?
Saya sudah 5 tahun tinggal di Jogja. Selama masa tinggal yang tidak pendek ini, saya memahami bahwa Sleman itu kedudukannya sangat strategis. Baik sebagai kabupaten sendiri, maupun kontribusinya kepada provinsi. Saya lantas membayangkan, apa yang akan terjadi jika kabupaten di utara kota ini tidak ada.
Daftar Isi
#1 Tanpa Sleman, Jogja bukan kota pelajar yang utuh
Coba pembaca cek lewat Google tentang kampus-kampus besar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalian akan tahu kalau kebanyakan kampus besar ada di Sleman, bukan Kota Jogja.
Sebut saja Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Gajah Mada, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY), Universitas Islam Indonesia, dan masih banyak lagi. Semuanya ada di Sleman.
Menurut saya, predikat kota pelajar bagi Jogja tidak akan utuh tanpa sang tetangga.
#2 Jogja kehilangan predikat kota wisata alam
Tanpa Kabupaten Sleman, Jogja tidak akan menyandang predikat sebagai daerah dengan wisata alam. Jadi, wisata dalam kota itu sangat sedikit. Dan sebagian besar berkaitan dengan belanja. Misalnya, Malioboro, Pasar Beringharjo, Alun-Alun, Keraton Jogja, Benteng Vredeburg, Museum Sonobudoyo, dan Taman Pintar.
Nah, Sleman sangat kuat di wisata alam. Ada Kaliurang dan Gunung Merapi yang megah itu. Lalu, ada banyak desa wisata di kabupaten penghasil buah salak ini. Sudah begitu, masih ada wisata candi dan air. Selama 5 tahun tinggal di DIY, saya menjelajahi hampir semua wisata alam di Sleman.
#3 Bukan daerah yang pesat berkembang
Tanpa Sleman, perkembangan Jogja tidak akan pesat. Fakta ini sangat jelas terjadi mengingat posisi Kota Jogja yang terlalu kecil dan padat untuk terjadinya pembangunan infrastruktur.
Pembangunan-pembangunan itu banyak terjadi di daerah Kabupaten Sleman. Pembangunan yang saya maksud terjadi di bidang pendidikan, kuliner, gaya hidup, pekerjaan, ekonomi, seni, budaya, hiburan, dan pangan.
Mulai dari proyek jalan tol, kafe, restoran, tempat wisata, gedung universitas, hotel atau penginapan, sampai pengelolaan Sumber Daya Alam. Gairah seperti ini tidak terasa dari kota.
Hal ini juga mendorong Kabupaten Sleman menjadi pusat pembangunan ekonomi. Investasi di sana juga lebih besar mengingat luas wilayah sangat berpengaruh. Makanya, UMR Sleman lebih tinggi.
#4 Bukan pusat kuliner
Tanpa Sleman, Jogja bukan lagi pusat kuliner favorit. Banyaknya perusahaan, sekolah, atau universitas membuat Sleman menjadi pusat kuliner. Banyak warung makan, restoran, pusat oleh-oleh, dan tempat nongkrong tumbuh di sini.
Kota Jogja punya kuliner yang sangat kuat menjadi identitas, yaitu gudeg. Sentra gudeg, yaitu Jalan Wijilan, juga ada di kota. Namun, untuk menjadi daerah jujugan wisatawan untuk perkara makanan, tentu tidak bisa mengandalkan satu jenis kuliner saja.
Nah, di Sleman, makanan yang menjadi khas itu sangat beragam. Lagi-lagi karena perkara wilayah yang jauh lebih luas. Maka tidak heran jika kuliner di sini jauh lebih beragam. Selain itu, lokasi kuliner juga eksotis dan menjadi tujuan favorit wisata. Misal, makan sayur lodeh sambil lihat sawah.
#5 Hawa Jogja akan selalu panas
Tanpa Sleman, hawa di Jogja akan selalu panas. Sudah jelas, Gunung Merapi ada di utara. Ia menjadi “sumber hawa sejuk” bagi provinsi DIY. Banyak orang kota yang punya jadwal short gateaway ke Kaliurang atas. Tujuannya ya cari hawa sejuk setelah lelah bekerja di tengah tekanan UMR rendah.
Itulah yang akan terjadi kalau Sleman menghilang. Jogja pasti akan sangat merindukan sang tetangga.
Penulis: Marselinus Eligius Kurniawan Dua
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Kecamatan Gamping, Kecamatan Paling Underrated di Kabupaten Sleman
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.