Banyak hal yang menyebabkan kita diganjar dosa. Dosa dan manusia memang sudah menjadi kesatuan. Sebaik-baiknya manusia, tetap tak ada yang bersih tanpa dosa. Baik itu pejabat, influencer, YouTuber, tukang cilok, pegawai, apa lagi tukang ghosting. Tak terkecuali para gitaris.
Sebagai gitaris lumayan profesional yang tak bersertifikat, saya lumayan paham dunia pergitarisan duniawi. Mulai masalah teknis hingga dosanya, saya paham semua. Dan masing-masing dosa itu, kadang sulit untuk dimaafkan.
#1 Membuang abu rokok di soundhole
Beberapa gitaris ra nggenah melakukan dosa semacam ini karena kebiasaan. Kadang kala pinjam gitar punya orang, eh, pas dikembalikan kotor banget bagian dalamnya. Saya salah satu korban dari gitaris tak bertanggung jawab semacam ini. Membedakan mana asbak dan mana soundhole (lubang resonansi) saja nggak bisa, masih berani ngaku gitaris?
#2 Maling Pick
Pick, sebuah benda tipis dari plastik yang sebenarnya nggak mahal. Sayang disayang, pick ini punya nasab serupa korek api. Sekali tergeletak di tongkrongan, hilang sudah. Memang murah, tapi kalau hilang rasa mangkelnya tak kunjung sembuh. Apalagi kalau dicuri, rasa emosinya sampai mbun-mbunan. Untunglah, sudah sepuluh tahun saya nggak pakai pick lagi. Hidup saya rasanya lebih indah karena minim konflik di tongkrongan.
#3 Pakai gitar palsu
Ya, tak ada dosa yang lebih besar bagi gitaris selain beli gitar palsu. Alasan paling umum yang digunakan untuk membela diri adalah tak punya uang. Padahal, banyak cara lain untuk dapat gitar yang kita inginkan, tapi harganya murah dan bukan bajakan. Kalau nggak punya duit buat beli Fender, tinggal beli Squire. Kalau masih kemahalan, beli saja merek Scorpio. Tak mampu beli Gibson, ada Epiphone, beli saja merek Cort. Kalau beli Takamine kemahalan, tinggal beli Segovia. Tapi, misal masih tetap kemahalan, bisa beli Cowboy atau Ella.
Ada satu cara lagi, namanya custom gitar. Custom berbeda dengan bikin bajakan. Custom tak perlu merek, tinggal bikin sesuai keinginan ataupun budget. Banyak pengerajin gitar yang menerima orderan gitar tanpa merek, seharga satu jutaan. Mau bikin bentuk SG, Strato, Les Paul, semua bisa. Bentuk mirip, tapi tak melanggar hak cipta.
#4 Egois
Tak semua gitaris bisa jadi Angus Young. Tapi, banyak gitaris yang senang berlagak seperti gitaris ACDC itu. Semakin profesional seorang gitaris, harusnya semakin bisa menempatkan dirinya. Angus Young dan gitaris keren lain tentu beda. Tak semua band berkonsep seperti itu. Terutama di acara nikahan, pensi, hingga jadi session player. Dibutuhkan gitaris yang dewasa dan tak ingin menang sendiri kalau mau lancar dapat job. Semua itu tak hanya soal skill ataupun lulusan sekolah musik mana. Atitude sangat diperlukan untuk bekerja. Kalau mau porsi yang banyak, mending jadi gitaris solo saja!
#5 Tuning gitar dengan intro lagu “Semua Tentang Kita”
Bukan, saya nggak benci dengan lagu itu. Itu adalah lagu yang bagus, pun kerap digunakan para pemula untuk pamer skill di tongkrongan. Saya termasuk yang mempelajari lagu ini saat SMP dulu. Nyatanya, lagu ini masih menjadi rujukan belajar gitar bagi banyak orang sampai hari ini. Lagu ini tentu banyak jasanya bagi para gitaris di Indonesia. Tapi, usahakan jangan gunakan lagu ini untuk tuning gitar, terlebih di panggung. Bukan apa-apa, bosan saja dengarnya. Apalagi sudah pakai tuner, tinggal lihat layar, tak perlu lagi memainkan intro lagu ini. Plis, jangan pokoknya!
Itulah beberapa dosa yang sering kali dilakukan para gitaris. Kalau kamu masih melakukan di antaranya, tolong bertaubatlah!
Sumber Gambar: Unsplash
Editor: Audian Laili
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.