Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

4 Kebiasaan Berlalu Lintas di Hungaria yang Pantas Ditiru

Asrul Ibrahim Nur oleh Asrul Ibrahim Nur
9 November 2021
A A
4 Kebiasaan Berlalu Lintas di Hungaria yang Pantas Ditiru terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Mungkin banyak warga Indonesia yang belum mengenal Hungaria, sebuah negara tanpa garis pantai (landlocked) yang terletak tepat di jantung benua Eropa. Saat ini, mulai banyak pelajar Indonesia yang menjadikan Hungaria sebagai tempat tujuan studi. Salah satu alasannya lantaran banyak tersedia berbagai macam beasiswa di negara ini, mulai dari Stipendium Hungaricum (beasiswa Pemerintah Hungaria), Erasmus, hingga beasiswa yang disediakan oleh pihak kampus. Tercatat lebih dari 300 pelajar Indonesia berada di tanah Magyar ini dengan berbagai pilihan studi seperti kedokteran, teknik, ekonomi, sastra, dan seni tarik suara (opera singing).

Saya berkesempatan menjadi bagian dari komunitas pelajar Indonesia di Hungaria, tepatnya di Debrecen, kota kedua terbesar di negara tersebut jika dihitung dari jumlah populasinya. Saat pertama kali datang ke kota ini, pengalaman yang paling berkesan adalah soal budaya orang Hungaria dalam berlalu lintas. Entah lebih tepat disebut budaya, etika, atau kebiasaan, yang pasti perilaku ini sering kali ditemukan dalam keseharian. Setidaknya terdapat empat budaya berlalu lintas orang Hungaria yang pantas untuk ditiru.

#1 Selalu mengutamakan pejalan kaki

Membawa kendaraan dengan kecepatan penuh alias ngebut masih jadi kebiasaan orang Hungaria, namun jika ada pejalan kaki yang ingin menyeberang jalan, pasti akan didahulukan. Pengemudi akan sabar menunggu hingga pejalan kaki selesai menyeberang kemudian kembali melaju. Mungkin hal ini terdengar biasa saja, namun silakan bandingkan dengan kondisi di tanah air. Betapa seringnya pejalan kaki harus mengalah demi kendaraan bermotor. Rekayasa berlalu lintas selalu dilihat dari perspektif pengendara sebagai penguasa jalan. Namun tidak demikian di negeri Sungai Danube ini, konsep penguasa jalan tidak dikenal karena sejatinya hamparan jalan adalah jalur komunal yang digunakan sementara secara bersama-sama.

Pejalan kaki yang ingin menyeberang juga harus melalui zebra cross yang tersedia. Ada dua jenis penyeberangan, yaitu dengan lampu aba-aba atau tanpa lampu. Untuk jenis yang pertama, lampu warna merah berarti dilarang menyeberang dan lampu hijau pejalan kaki dipersilakan melintas. Sependek apa pun lintasan penyeberangan, jika terdapat lampu aba-aba maka harus dipatuhi. Bagi pejalan kaki yang nakal dan mencoba menyeberang sembarangan, maka siap-siap dikenakan denda oleh pemerintah setempat. Uniknya, meski lampu lalu lintas menyala hijau bagi pengendara mobil, mereka akan berhenti jika lampu aba-aba menyala hijau bagi pejalan kaki. Dengan sabar pengendara akan menunggu hingga pejalan kaki terakhir selesai melintas.

Pada lintasan penyeberangan tanpa lampu aba-aba, pejalan kaki dapat menyeberang kapan pun. Tentu sebelumnya harus melihat kondisi jalan. Jangan khawatir dengan mobil yang melintas karena pengendara akan menghentikan laju kendaraannya ketika ada penyeberang jalan.

#2 Pesepeda dan pejalan kaki: sejalur tapi tak selajur

Pembedaan jalur pejalan kaki dan pesepeda yang terpisah dari jalan raya menjadi hal kedua yang saya temui dalam budaya lalu lintas di Hungaria. Trotoar dibangun lebar sehingga cukup untuk lajur pejalan kaki dan pesepeda yang dipisahkan oleh garis atau simbol tertentu. Istimewanya adalah lajur bagi pesepeda tidak disatukan dengan jalan tempat kendaraan bermotor lalu lalang. Tentu saja hal ini dilakukan demi keselamatan pejalan kaki, pesepeda, dan pengendara kendaraan bermotor.

Di Debrecen sendiri kondisi trotoar mayoritas berada di bawah rindangnya pohon yang akan membuat pejalan kaki dan pesepeda lebih merasa nyaman saat melakukan aktivitas. Saat memasuki musim gugur, pemandangan trotoar akan lebih romantis dengan guguran daun berwarna jingga dan kuning.

Hal yang perlu diperhatikan adalah antara lajur pesepeda dan pejalan kaki terdapat garis pemisah yang jelas dan jangan sampai pejalan kaki masuk ke lajur sepeda atau sebaliknya. Jika terjadi hal demikian biasanya pengendara sepeda akan membunyikan belnya dan komplain ke pejalan kaki, atau sebaliknya. Oleh karena itu, baik pejalan kaki maupun pesepeda harus tetap memperhatikan batas lajur agar tidak mengganggu kenyamanan yang lain. Adanya pembedaan lajur tersebut agar pesepeda dan pejalan kaki tetap teratur, tertib, bertanggungjawab, serta tidak saling mengganggu.

Baca Juga:

Lalu Lintas Medan Terlalu Barbar untuk Perantau Asal Surabaya seperti Saya

Malang Memang “Surga” bagi Warga Surabaya, tapi Jangan Kaget dengan Lalu Lintasnya

#3 Aksesibilitas transportasi publik

Transportasi publik menjadi pilihan utama bagi mayoritas warga adalah kebiasaan selanjutnya yang patut ditiru. Secara umum, transportasi publik dalam kota di Hungaria adalah metro, trem, dan bus. Tiga moda inilah yang menjadi pilihan untuk mobilitas penduduk. Memang masih ada juga yang menggunakan kendaraan pribadi karena alasan praktis, namun lebih banyak yang menggunakan transportasi umum.

Alasan memilih transportasi publik adalah karena kenyamanan juga akses yang cukup menjangkau ke berbagai sudut kota. Khusus di metropolitan seperti Budapest, pilihan transportasi publik lebih bervariasi baik dari bentuk, destinasi, maupun jadwal. Secara ekonomis, menggunakan transportasi publik juga lebih murah daripada membawa kendaraan pribadi.

Untuk melakukan mobilitas transportasi publik ini kita dapat menggunakan tiket sekali pakai (single ticket), tiket harian (daily ticket), tiket mingguan (weekly ticket), atau tiket bulanan (monthly ticket). Istimewanya, terdapat harga khusus yang jauh lebih murah dari harga biasa bagi pelajar dan pensiunan . Tiket yang digunakan untuk trem atau bus adalah sama, jadi jika membeli tiket bulanan maka dapat digunakan pada bus dan trem sekaligus.

#4 No klakson klakson!

Bagi penduduk kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, atau Medan, kebiasaan untuk membunyikan klakson saat akan melaju dari perhentian lampu lalu lintas tentu sudah tidak asing lagi. Bahkan kondisi tersebut sering kali memancing emosi yang berujung umpatan atau bunyi klakson yang lebih panjang dan intens. Di sini, khususnya Debrecen, saya sangat jarang mendengar bunyi klakson yang saling bersahutan. Bunyi lalu lintas hanya mesin bermotor dan suara ban yang beradu dengan aspal jalan.

Semua kebiasaan berlalu lintas tersebut tentu saja dijalankan dengan tertib, harmonis, dan meminimalisasi ego pribadi. Dalam perspektif saya, orang Hungaria mengkonstruksikan lalu lintas sebagai ruang bersama tempat saling berinteraksi. Semua seakan menjadi pemegang saham yang memiliki hak untuk menggunakan ruang tersebut tanpa berebut menjadi penguasa.

Selain itu, terdapat fenomena yang cukup menarik dalam lalu lintas di kota tempat saya tinggal, yaitu tidak adanya polisi yang berjaga pada titik-titik khusus. Seingat saya, polisi hadir ketika ada perbaikan lampu lalu lintas atau ketika ada hajatan akbar yang membuat warga kota tumpah ruah di tempat tertentu. Meski tidak ada polisi, kondisi lalu lintas tertib selayaknya terdapat polisi yang memantau dengan mata melotot. Teman seperantauan pernah berkelakar, “Apakah ini makna polisi tidur yang sebenarnya? Tidak terlihat bentuknya tapi dapat dirasakan kehadirannya.”

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 November 2021 oleh

Tags: Hungariakebiasaanlalu lintas
Asrul Ibrahim Nur

Asrul Ibrahim Nur

Lelaki biasa. Suka bermain dan belajar.

ArtikelTerkait

knalpot brong

Bertaubatlah Kalian yang Pakai Knalpot Brong

15 Agustus 2019
5 Kelakuan Pengendara Indonesia yang Bikin Orang Jepang Geleng-geleng

5 Kelakuan Pengendara Indonesia yang Bikin Orang Jepang Geleng-geleng

5 Agustus 2022
Hal-hal Nggak Biasa di Jerman yang Bikin Orang Indonesia Kaget: Mulai dari Selai Berry buat Cocolan Ayam sampai Anjing yang Jadi Penumpang di Metro

4 Hal yang Biasa di Jerman, tapi Luar Biasa di Indonesia

7 September 2023
bermain handphone

Dear, Orang yang Bermain Handphone Saat Berkendara: Kalian Menyebalkan dan Mengabaikan Keselamatan

9 September 2019
Kepribadian Orang bisa Ditebak Melalui Cara Mereka Melewati Polisi Tidur mojok.co/terminal

Kenapa Sih Harus Ada Polisi Tidur?

6 Agustus 2019
Minyak Goreng dan Kebiasaan Orang Jepang yang Nggak Suka Menggoreng Terminal Mojok

Minyak Goreng dan Kebiasaan Orang Jepang yang Nggak Suka Menggoreng

6 April 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.