Semarang, konon merupakan salah satu kota besar yang cukup adem ayem untuk ditinggali. Namun, siapa sangka, di balik keheningan itu, Kota Atlas merupakan salah satu penggerak utama roda perekonomian di Indonesia. Di samping memiliki pelabuhan besar, banyak pabrik juga didirikan di sejumlah titik di Semarang.
Potensi yang besar ini jelas membuka banyak peluang kerja. Sayangnya, masih banyak yang terjebak pada pandangan menjadi PNS atau buruh pabrik. Padahal, ada banyak pekerjaan atau profesi lain yang prospeknya terbilang cerah untuk ditekuni di Kota Lumpia ini. Setidaknya, dalam tiga tahun ke depan.
#1 Tangan ajaib tukang pijat, tak pernah sepi peminat
Di kota sebesar Semarang, budaya hustle mulai menjangkiti warganya. Tak heran, keluhan badan pegal dan lelah menjadi lagu lama yang terus berulang. Hal ini masih diperparah dengan kondisi jalanan yang kini mulai akrab dengan macet.
Makanya, kehadiran tukang pijat seolah menjadi pahlawan yang selalu didambakan. Baik itu dengan metode pijat tradisional maupun refleksi. Sayangnya, tidak banyak gerai jasa pijat yang benar-benar representatif dan bersih, di luar yang beroperasi di pusat perbelanjaan. Akibatnya, gerai yang punya reputasi baik dan tempatnya nyaman pasti penuh dengan reservasi, nyaris setiap hari.
Namun, ada peluang lain yang tak kalah menjanjikan, yakni menjadi tukang pijat panggilan. Bermodalkan keterampilan yang dipunyai, seseorang bisa menawarkan jasa pijat langsung ke rumah klien. Opsi ini menjadi sebuah solusi praktis bagi mereka yang ingin relaksasi tanpa harus keluar rumah. Apalagi, jika terapis menguasai tentang titik-titik refleksi dan sedikit pengetahuan kesehatan yang kerap dikeluhkan pelanggan.
Begitu pula bagi terapis mandiri, penghasilannya tidak akan dipotong oleh pemilik usaha yang mempekerjakan mereka. Rata-rata penghasilan pemijat adalah sekitar Rp100.000 hingga Rp150.000 per klien untuk satu sesi yang berdurasi maksimal dua jam. Artinya, profesi ini sangat menguntungkan tanpa terikat aturan perusahaan.
Baca halaman selanjutnya: #2 Kebutuhan terhadap psikolog anak masih kering kerontang di Semarang…




















