Terkenal karena logatnya yang ngapak, bahasa Tegal kerap dimunculkan sebagai lucu-lucuan, baik di film, sinetron maupun sitkom. Seolah, bahasa Tegal ini sebegitu anehnya. Padahal, ya, biasa saja. Kalau toh terasa aneh, itu pasti karena si penutur sengaja di-ngapak-ngapakin biar kelihatan lucu. Tapi ada untungnya juga, sih, bahasa Tegal masuk ke industri hiburan. Setidaknya, bahasa Tegal jadi dikenal oleh banyak orang.
Nah, kalau selama ini kosakata atau istilah bahasa Tegal yang sering kamu dengar hanya berkutat di “nyong”, “kepriben” dan “koen” saja, berikut saya berikan daftar 12 kosakata bahasa Tegal lainnya yang biasa dipakai untuk percakapan sehari-hari.
#1 Loken
Kata “loken” sering sekali digunakan sebagai percakapan sehari-hari. Loken berarti “masa”, tapi bukan “masa” yang bermakna “waktu”, ya. Melainkan “masa” sebagai respon untuk mempertanyakan kebenaran suatu cerita.
Misal, teman kamu bercerita kalau dia habis beli rumah satu M padahal gaji dia UMR, jawab saja: “loken?”. Loken juga memiliki padanan kata lainnya, yaitu “ader”.
#2 Dongen
Dongen digunakan untuk menyatakan penyesalan. Contohnya ketika kamu menghabiskan uangmu untuk karaokean, padahal uang kost belum bayar, maka kalimatnya jadi seperti ini:
“Dongen duite mau nggo bayar kost-an disit, ya!”
(Harusnya tadi uangnya untuk bayar kost-an dulu, ya!)
#3 Rungsang
“Kalem, keh. Aja nggawe rungsang!” ucap seseorang yang baru bangun tidur. Di sampingnya ada teman yang terus saja berkoar-koar tentang tugas yang belum selesai mereka kerjakan, padahal hari ini deadline. Rungsang bermakna gugup. Bisa juga digunakan untuk menggambarkan betapa terburu-burunya dirimu saat itu.
“Aja diganggu. Nyong lagi rungsang!”
#4 Kober
Ada pula istilah “kober” dalam bahasa Tegal. Kober artinya sempat. Umumnya, kata kober ini disandingkan setelah kata “ora”, menjadi “ora kober” yang berarti tidak sempat.
“Koen ora ngopi?”
(Kamu nggak ngopi?)
“Lhaaa, ora kober! Tugas akehe por!”
(Lhaa, nggak sempet! Ada tugas banyak sekali!)
#5 Pan mbelih
Kamu mau bersikap bodo amat dan mengekspresikannya dalam bahasa Tegal? Maka, kata yang tepat untuk digunakan adalah “Pan mbelih”. Biar lebih afdol, ucapkan sambil melengos dan berlalu pergi, ya, MyLov.
“Eh, ini tugasnya nggak diselesaikan?”
“Pan mbelih!”
#6 Nglintong
Nglintong menunjukkan situasi di mana seseorang pergi untuk melihat atau menengok suatu tempat, tapi dalam waktu sebentar saja. Contohnya kamu mau keluar kantor, tapi kamu mau memastikan terlebih dahulu kondisi aman atau tidak. Kemudian kamu pun “nglintong” untuk melihat apakah si bos ada di ruangan atau tidak.
#7 Mbuh
Ada yang menyebut “mbuh”, ada pula yang “embuh”. Tapi, kedua kata tersebut memiliki arti yang sama yaitu “tidak tau”. Kata “mbuh” juga dapat diartikan sebagai “bodo amat” ketika disandingkan dengan kata “Bae”, sehingga menjadi “Mbuh bae”.
#8 Maha-maha
Dalam KBBI, “maha” berarti “amat”. Lantas, apakah “maha-maha” yang diucapkan orang Tegal berarti “amat-amat”? Tentu saja tidak. Orang Tegal menggunakan kata “maha-maha” untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang bertingkah secara berlebihan saat membeli atau menyiapkan suatu acara.
“Halah. Maha-maha!” respons Tukiyem saat tau suaminya menyewa satu lantai rumah sakit untuk persiapan kelahiran anaknya.
#9 Tarok
Istilah selanjutnya yaitu “tarok”, yang berarti pacar. Kata “tarok” juga bisa diimbuhi akhiran –an, menjadi “tarokan” alias pacaran. Nah, “tarokan” ini pun, oleh orang Tegal biasanya diucapkan secara berulang. Contoh kalimatnya begini:
“Paijo karo Maryati wingi tarok-tarokkan neng ngisor jembatan.”
(Paijo dan Maryati kemarin pacaran di bawah jembatan)
#10 Nrenges
Kalau kamu punya teman yang kalau dibilangin sukanya senyum-senyum doang, atau temen yang sok imut padahal njelei, kelakuan temenmu itu, oleh orang Tegal disebut “nrenges”.
#11 Toli
Meskipun terdengar mirip dengan kata “tuli”, “toli” tidak ada hubungannya sama sekali dengan gangguan indra pendengaran. Dalam bahasa tegal, “toli” berarti “lalu” atau “kemudian”. Jika digunakan untuk merespons suatu cerita, dan penasaran dengan kelanjutan ceritanya, kata “toli” bisa disambung dengan kata “pimen” menjadi “toli pimen?”, yang artinya “lalu bagaimana?”
#12 Ndayak
“Ndayak” dalam bahasa Tegal yang biasa digunakan untuk menggambarkan situasi ketika seseorang memaksa untuk naik ke atas mobil bak terbuka yang sedang melaju pelan.
Setelah membaca 12 kosakata di atas, nggak ada salahnya, loh, kalau mau dipraktikkan. Atau, masih kurang banyak?
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya