Jangan pernah mengikuti ulama yang bicaranya kasar, sebab ulama yang dari mulutnya begitu ringan keluar kata-kata kasar, pastilah ia ulama yang penuh dengan hawa nafsu; ia tak layak untuk diikuti.
Agaknya hal tersebut dipahami benar oleh Panglima TNI kebanggaan kita semua, Jenderal Gatot Nurmantyo.
Beberapa waktu yang lalu, saat memberikan ceramah dalam acara perayaan Milad ke-27 Pondok Pesantren Daarut Tauhid di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Jawa Barat, Jenderal Gatot Nurmantyo mengajak kepada seluruh hadirin beserta umat Islam di Indonesia untuk tidak mengikuti ulama yang menebar kebencian dan tidak memberikan pesan perdamaian antarsesama.
“Kalau ada ulama yang memakai serban dan berbicara kasar yang membuat orang marah, itu pasti ulama palsu dan jangan diikuti,” begitu kata Gatot.
Masih menurut jenderal yang banyak diidolai umat Islam ini, para ulama selayaknya berbicara dengan hati sehingga umat mendapatkan kedamaian. Selain itu, ulama juga seharusnya tidak mudah mengatakan kafir kepada orang lain, serta mengajak umat muslim untuk melindungi dan menghormati sesama umat lainnya.
Kita semua tentu berharap, semoga apa yang disampaikan oleh Pak Panglima TNI kita ini dipahami dan benar-benar diikuti oleh seluruh umat Islam. Maklum saja, selama ini masih banyak ulama yang dalam menyampaikan tausiahnya berkali-kali menggunakan kata-kata kasar yang sama sekali tidak mendamaikan.
Masih banyak ulama yang dengan ringan mengatakan kata-kata seperti guoblok, anjing, bangsat, pantat cina, dan kata-kata kasar lainnya. Masih banyak ulama yang mengajak dan menyebarkan kebencian kepada sesama. Masih banyak ulama yang mudah mengafir-kafirkan orang lain.
Yah, biarlah kata-kata kasar seperti anjing, bangsat, bajingan, dan lain-lain itu menjadi monopoli kru Mojok dan antek-anteknya. Sedangkan untuk para ulama, cukuplah mereka kebagian yang baik-baik saja.
Bukan begitu, anjing?