Langkah Tommy Soeharto untuk menghadirkan kembali nostalgia masa kepemimpinan ayahnya agaknya bukan usaha yang main-main. Ia serius, terlalu serius malah. Tommy yang kini aktif sebagai nakhoda Partai Berkarya itu beberapa waktu yang lalu memang mengakui bahwa dirinya dan Partai Berkarya ingin merangkul masyarakat yang rindu untuk bernostalgia dengan orde baru.
Beberapa program unggulan yang ditawarkan oleh Partai Berkaya pun masih mengambil sebagian dari program yang unggul di masa Pak Harto. Misalnya trilogi pembangunan, yakni keamanan, ekonomi dan pemerataan pembangunan.
Nah, totalitas untuk mengembalikan romantisme dan menghadirkan nostalgia kepemimpinan Soeharto ini semakin kentara ketika beberapa waktu yang lalu, Tommy dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera mengusulkan agar sistem pemilihan presiden diubah seperti sebelum era Reformasi, yakni presiden dipilih oleh MPR.
Ia menganggap bahwa sistem pemilihan umum yang dianut oleh Indonesia saat ini membutuhkan banyak modal biaya yang sangat besar.
“Untuk jadi presiden, gubernur, wali kota, bupati, itu membutuhkan dana yang enggak kecil. Jadi presiden harusnya jadi mandataris MPR. Harus MPR lagi. Buktinya Inggris masih melakukan hal serupa, kenapa kita harus metodenya Amerika?” kata Tommy.
Tommy mengatakan bahwa jika sistem pemilihan kembali menggunakan sistem di masa pemerintahan ayahnya dulu, maka biaya bisa ditekan.
“Kita kembali kepada UUD 45 yang asli. Itu jati diri bangsa negara. Yang lebih relevan dan tidak jadi high cost politic. Dan itu tidak ada salahnya,” lanjut Tommy.
Wah, sungguh sebuah ide yang brilian dan transendental. Sekalian Mas Tommy, semuanya dikembalikan seperti jaman Pak Harto. Jangan hanya pemilihan pemimpin oleh MPR, tapi munculkan juga Kelompencapir, munculkan kembali pendidikan poleksosbud, munculkan kembali penataran P4, hadirkan lagi pelajaran PMP, ganti sistem semester kembali ke sistem caturwulan, siarkan kembali Dunia Dalam Berita, hidupkan kembali Kementerian Penerangan, dan bikin lagi acara seperti Aneka Ria Safari.
Pokoknya kembalikan semua yang ada di jaman Pak Harto. Biar sekalian. Revolusi jangan tanggung-tanggung.